Meet
Jemariku mengetuk-ngetuk permukaan meja perlahan, sekedar mengusir kebosanan menunggu seseorang yang hingga saat ini belum juga menampakkan wujudnya. Sesekali menyesap cappuccinoku yang mulai mendingin sambil mataku melirik jam yang menyatakan bahwa penantianku masih belum berujung.
Sudah satu jam berlalu dari jam yang telah ditetapkan, tapi nyatanya si pembuat janji bahkan mengingkarinya sendiri. Lelah menungu akhirnya ku putuskan untuk pulang. Tidak ada gunanya menunggu seseorang yang entah sadar atau tidak sudah membuat janji dengan seseorang.
Baru saja akan membayar pesanan ku di kasir saat suara gaduh mulai terdengar di belakangku. Seseorang berseragam sekolah terlihat mencolok di antara kerumunan. Wajahnya memerah menahan amarah yang siap ia keluarkan. Sementara di hadapannya berdiri seorang laki-laki kantoran dengan sosok manis digandengnya. Ekspresinya tampak tenang, tapi aku bisa menjamin jika di dalam hatinya ia berteriak panik.
“Jadi ini yang kau lakukan selama ini? Alasan sibuk bekerja tapi nyatanya sibuk selingkuh.”
Sosok berseragam sekolah memulai argumennya, tampak tak terganggu dengan kerumunan yang mulai mengelilinginya.
“Aku bisa menjelaskan semuanya.”
Dan sesuai perkiraan sosok yang dihakimi pasti akan mulai membela diri.
Aku hanya geleng-geleng kepala melihatnya. Kekanakan sekali. Setidaknya carilah tempat yang tepat untuk menyelesaikan urusan kalian, bukan di tempat ramai dan jadi tontonan seperti ini.
Setelah membayar pesanan ku, aku segera melangkah keluar dari café. Tidak mau berlama-lama di sana dan menonton pertunjukkan yang sama sekali tidak menarik untuk kulihat. Baru beberapa langkah menjauhi café, seseorang keluar sambil membanting pintu.
Dia si sosok berseragam sekolah itu. Melangkah menjauh sambil mengumpat kesal dan sekali lagi tidak peduli pada sekitar. Saat berjalan melewati ku ia berbalik, menatapku dengan tatapan kesalnya.
“Apa lihat-lihat?” Setelahnya ia kembali melangkah.
Tidak sadar bibirku malah tersenyum menanggapi ucapan ketusnya. Sikap ketusnya sungguh berbanding terbalik dengan wajahnya yang manis. Sayang kekasihnya menduakan nya yang kuakui terlalu sayang untuk diabaikan.
*****