Part 1

1227 Words
Dua tahun kemudian ..... “DASAR SETAN!! Kebiasan lo kampret!!" Naya berteriak kencang di dalam kelasnya saat menyadari hilangnya sepatu sekolahnya yang baru beberapa menit ia tinggalkan karena tadi adalah jam olahraga dan sepatunya diganti dengan sepatu olahraga. Sementara flatshoes hitamnya yang khusus untuk di kelas pun lenyap. Ia sudah tau siapa pelakunya tanpa harus memastikannya lagi. Siapa lagi kalo bukan sahabatnya yang super jahil dan suka menguji kesabarannya itu. Tidak ada yang berani mengusik ketenangan seorang Khanaya Felicia. Selain satu-satunya sahabatnya sejak orok. Siapa lagi kalo bukan Nathan Airlangga. Sosok cowok mostwanted yang paling sering dipanggil guru BK karena ulahnya. Juga ulah beberapa sahabat mereka yang membentuk satu geng aneh. Karena berisi 3 cowok ganteng dan 1 cewek, Naya. Ia satu-satunya cewek di geng itu. Tapi yang paling sering mencari masalah dengan Naya hanyalah Nathan. Naya sering memanggilnya Atan atau Setan karena sikap Atan yang gak jauh beda sama makhluk Tuhan yang paling durhaka itu. Kalo setan durhaka sama Tuhan, kalo Atan durhakanya sama Naya. Sementara dua cowok lagi. Bagas dan Aryo hanya sebagai penengah perang di antara Naya dan Atan. Mereka masih menyayangi diri mereka sendiri yang tidak mau jadi amukan seorang Naya. Si gadis dengan pemegang sabuk coklat di pencak silat. Bisa-bisa mereka dijadiin dendeng. " Siapa suruh PR gue kagak dikerjain!! Gue kan jadi keliling lapangan dihukum sama pak Ridho! Lelah abang, Dek!" Sahut Atan gak kalah keras, membuat siapa saja reflek menutup telinganya demi menyelamatkan pendengaran mereka. Naya berjalan cepat mencari suara Atan yang sepertinya tidak terlalu jauh. Bener aja. Cowok itu berdiri di koridor depan kelasnya, XI-5 dengan seragam yang tidak dikancingin, memperlihatkan kaos dalam cowok itu yang berwarna hitam. Kontras dengan seragam putihnya. Benar-benar menguji kesabaran para guru di sini yang kebanyakan sudah lelah dengan sikap salah satu murid mereka itu. Naya sendiri rasanya sudah lelah tapi sayangnya saja Atan adalah sahabatnya. Jika bukan ia sudah akan melempar cowok itu ke kandang buaya di Ragunan. Atan mengarahkan dagunya ke tiang bendera sambil tersenyum penuh kemenangan. Naya melotot. Apalagi kalo bukan karena sepatunya yang nyangkut di tiang bendera. Pasti ini ulah setan di hadapannya. " b******k dasar!!! Gue bunuh lo nanti!" Ucap Naya sambil menghentak-hentakkan kakinya menuju lapangan. Sementara sang pelaku hanya cengengesan. Bagas dan Aryo hanya geleng-geleng kepala dengan apa yang terjadi di depan mereka. " Kapan ya Naya beneran ngebunuh Atan?" Ucap Bagas dengan nada polosnya. Satu jitakan mendarat di kepala Bagas, membuat cowok itu meringis kesakitan dan melotot kearah pelaku yang beraninya menjitak kepalanya yang kosong ini." Bego! Ya kali dibunuh beneran ! Kapan pinternya sih lo." Ucap Aryo dengan gemas. Karena ketololan sahabatnya ini yang gak pernah ilang, malah makin naik tingkat kayaknya kebodohannya. " Gimana mau pinter kalo lo jitakin pala gue mulu!" Sementara Naya susah payah menurunkan sepatunya yang sengaja diikat dengan tali yang biasa untuk mengikat bendera. Begitu mendapatkan sepatunya, Naya melotot ke arah cowok yang dari tadi sedang senyam senyum dari depan koridor kelasnya. " Gue bunuh lo nanti, Setan!" ...... Harusnya jam istirahat dipergunakan untuk bersantai sambil makan di kantin atau sekedar ngobrol di taman. Tapi ini malah perang dingin. Bagas dan Aryo yang berada di tengah pun merasa jengah karena tidak bisa menikmati soto favorit mereka. Sementara di samping Bagas, Naya melotot kesal kearah Atan yang duduk dengan wajah santai di samping Aryo. Membuat mereka serba salah. " Udah lah sinetron FTVnya. Beloman jam 10 nih. Masih 10 menit lagi. Tunggu gue kelar makan ya baru perang lagi." Ucap Bagas yang hapal banget jadwal tayangnya FTV karena emaknya di rumah suka banget nonton. Apalagi pas weekend. Tuh FTV tetep aja tayang di TV, bikin ia gak bisa nonton kartun favoritnya. Aryo melotot gemas ke Bagas. " Salah mulu Bagas mah. Ganteng salah. Pinter salah." Ucap Bagas cuek sambil menyantap kembali sotonya. " Makanya besok-besok kerjain PR sendiri! Kapan pinternya sih!" Akhirnya Naya membuka suara. Ia mulai menasehati kemalasan sahabatnya itu meski ia tau Atan bebal banget dengan yang namanya nasehat. Cewek berambut coklat gelap sewarna dengan mata coklatnya yang sedikit terang itu mulai menguncir rambutnya. Mendadak suasana kantin terasa agak pengap karena mulai penuh. Atan berdecak sebal." Lo kan tau gue paling alergi sama PR. Mager sumpah!" Keluhnya.” Gue udah ganteng, kalo pinter juga kasian yang laen kalo yang baik-baik di gue semua. Gue gak mau serakah, Nay!” Naya menghela napas melihat kepedean sahabatnya yang di atas rata-rata itu. Ia tau Atan paling gak suka ngerjain PR. Dulu jaman SMP pun Naya mulu yang ngerjain PRnya. Tadinya ia gak mau peduli, biar aja Atan gak naik kelas gara-gara gak ngerjain PR. Rupanya dia gak setega itu. Tapi capek juga ngerjain PR orang selama bertahun-tahun. Padahal waktu SD pun Atan paling rajin dan paling pinter. Hanya saja setelah kematian tante Ayas, Ibu kandung Atan dan Ayahnya menikah lagi dengan tante Salsa, Atan jadi badung. Untung aja tante Salsa ibu tiri yang baik jadi selalu memaklumi Atan dan menganggap Atan sebagai anaknya sendiri. Karena ia pun gak bisa punya anak.  Naya juga sebenernya bukan murid baik, tapi dia rajin ngerjain tugas. Tapi soal bolos dan kelakuan aneh di sekolah gak jauh beda sama Atan. Bahkan sejak SMP mereka sering dijuluki dua setan. Saking seringnya keluar masuk ruang BK. Walaupun Naya bandel, setidaknya dia bertindak sebagai pelindung Atan. Ia takut cowok itu bandelnya kebablasan makanya ia selalu ngikutin Atan kemana pun. Berkat Naya. Atan gak sampe kena pergaulan bebas seperti drugs atau s*x bebas yang biasa dilakukan anak-anak yang kecewa berat karena broken home. Waktu itu hampir aja Atan dicekokin narkoba sama temen-temen kumpulannya di geng motor. Iya Atan pernah ikutan geng motor. Untungnya aja Naya yang udah dari kecil belajar beladiri menjauhkan Atan dari obat -obatan terlarang itu. Jelas aja temen-temen Atan waktu itu marah. Tapi Naya berhasil melawannya . Setidaknya ia bersyukur waktu itu hanya tangannya yang patah. Bagaimana pun juga satu cewek lawan tiga cowok itu hampir mustahil untuk selamat. Untungnya juga Atan membantunya untuk melawan tiga b******n itu dan sadar dengan kebodohannya yang hampir melukai sahabatnya sendiri. Sejak saat itu Atan janji ke Naya kalo dia gak bakal terjerumus ke teman-teman yang nyeleweng gitu. " Cukup Bagas aja yang rada bloon. Lo jangan! Puyeng gue satu yang bloon. Jangan ditambah lagi." Ucap Naya frustasi, membuat Bagas menatapnya karena merasa namanya terpanggil. Aryo menoyor jidat Bagas dengan telunjuknya sambil ketawa ngakak." Makanya pinter dikit Gas!" Bagas mendengus kesal walaupun kenyataannya omongan Naya emang bener. Otaknya emang rada lemot. Masih untung tiap pelajaran pas KKM. Itu juga karena guru pada kasian sama dia yang nilainya selalu pas-pasan. Padahal Bagas paling rajin diantara mereka berempat saat mendengarkan penjelasan guru. Tapi emang dasarnya tuh ilmu cuma masuk kuping kanan keluar kuping kiri. Berkat kegigihannya, ia masih bersyukur gak pernah tinggal kelas. " Gue ditoyor mulu. Si Atan juga bego kenapa gak ditoyor juga?" Bagas merasa Aryo pilih kasih. " Si Atan mah pinter. Nilainya dia juga bagus cuma males aja ngerjain PR. Lagian gue juga masih mau idup. Ya kali dia gue jentulin kayak gini." Aryo malah memperagakannya ke Atan. Persis seperti ia menoyor jidat Bagas tadi. Membuat yang ditoyor melotot kearahnya." Maap kelepasan!" Bagas terbahak ngeliat Aryo kicep karena dipelototin Atan. Sementara Naya lagi-lagi menghela napas ngeliat ketiga sahabatnya yang gak pernah bener ini." Capek ya Nay?" Tanya Bagas sok perhatian. " Udah tau pake nanya. Mau gue sirem pake kuah soto?!" Ucap Naya sambil siap-siap dengan mangkuk sotonya yang tinggal kuahnya doang. " Ke mulut ya siremnya." Bagas malah mangap. Aryo melempar tisu yang udah ia gulung kearah mulut Bagas. Berkat latihan basket tiap minggu, lemparannya tepat sasaran." Sialan!" Aryo, Naya dan Atan tertawa ngakak ngeliat kebodohan sahabatnya itu. Sementara tidak jauh dari mereka ada seseorang yang sedari tadi tidak suka melihat keakraban empat orang itu. Radirga Mahesa. Musuh dari Nathan Airlangga.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD