bc

Who are you

book_age16+
30
FOLLOW
1K
READ
murder
drama
sweet
mxb
mystery
brilliant
city
like
intro-logo
Blurb

Sebuah kisah misteri tentang kasus pembunuhan berantai dengan intrik tidak terduga dan nuansa romansa yang dilakoni sang tokoh utama. Butuh waktu untuk mengungkap semua.

chap-preview
Free preview
satu
Gadis berambut sebahu itu berlari sambil mengalungkan tanda pengenal di lehernya. Napasnya terengah saat ia berada di ujung jalan. Tidak pernah diduganya dia harus berlari menuju tempat kerjanya. Meski lelah, binar semangat dan tawa ceria tidak pernah menghilang dari raut cantiknya. Klik ... klik ... klik ... Jepretan kamera tanpa lensa berulangkali mengenai gadis itu. Meski demikian sang sasaran tidak menyadari. Ia malah kembali berlari menuju tempat kerjanya yang masih agak jauh. Perlahan sosok yang mengambil gambar menurunkan kamera. Senyum tipis tersungging di wajahnya. Begitu mudah untuk mendapatkan sasaran untuk ditaklukkan. *** Kantor detektif yang terletak di jalan raya tersebut tengah ramai. Gadis yang sama tengah menerobos masuk. Ia segera duduk di mejanya. Mata terpejam dan sejenak mengatur napas. Suara gebrakan di meja membuat ia tersentak. "Detektif Song Yifei, bagaimana kau bisa menangkap pembunuh kalau setiap hari kau selalu datang terlambat? Rekan-rekanmu saja sudah pergi untuk menyelidiki kasus, sedang kau baru tiba di sini!" Gadis itu segera berdiri dan memberi hormat. "Kalau begitu saya pergi sekarang, Pak Han!" ucapnya kemudian bergegas. Lelaki paruh baya berambut kelabu tipis di hadapannya tersebut membeliakkan mata dan kembali berteriak, "Berhenti di sana, Yifei. Kau tidak akan kemanapun sebelum menyelesaikan hukuman atas keterlambatanmu!" Yifei yang sudah berada di ambang pintu segera kembali. Bagaimanapun ia harus patuh pada lelaki itu karena beliau adalah pimpinannya. *** Lelaki muda itu berada di sebuah kamar gelap. Beberapa foto tergantung di sana. Wajahnya kemudian kembali menyungginkan seulas senyum saat menggantungkan beberapa lembar foto Yifei di sana. Tidak lama ia bergegas keluar dari ruangan tersebut dan menguncinya. Dering ponsel membuat ia segera mengangkat telepon. "Apa kau sudah melakukannya?" tanya suara di seberang. "Anda tenang saja. Aku masih mengamati dia. Jika saatnya tepat, aku akan mengambil tindakan." "Kuharap kau tidak membuang waktu, Leo." "Tentu saja tidak, tapi aku tetap harus bertindak hati-hati. Sasaran kali ini sangat berbeda. Dia seorang detektif. Anda tidak mau semua berantakan dan ia tahu segalanya bukan?" "Baiklah, aku percaya padamu, tapi kuharap kau tidak banyak membuang waktu dan gagal dalam menyelesaikan ini." Leo segera mengiyakan. Ia kemudian menutup ponsel. Menatap pada kaca besar di hadapannya sambil tetap tersenyum tipis. *** Gadis bergaun putih yang sederhana itu terbujur kaku. Matanya membeliak lebar menampakkan ketakutan yang mendalam. Bekas jeratan berbentuk luka melingkar tergurat jelas di lehernya. Tangan dan kakinya diikat dengan menggunakan pita berwarna merah. Beberapa orang bergegas menghampiri dan mengamati kemudian menggeleng. Gadis itu telah kehilangan nyawa dengan begitu cara yang demikian sadis. "Bagaimana? Apa kalian mendapat sesuatu?" tanya pria yang tengah berjongkok. Tatapannya tidak lepas dari jenazah sang gadis. "Namanya Feiyang. Dia seorang mahasiswi," jawab pria yang lebih muda yang berdiri tidak jauh darinya. "Kalau begitu, Detective Cheng, pergilah ke kampus gadis itu sekarang. Cari tahu apa pun tentangnya!" Detektif yang masih sangat muda itu tetap tertegun di tempatnya. Pria yang bersamanya menoleh dan menatap kesal. "Tunggu apa lagi? Kenapa masih diam di sini? Penyelidikan ini tidak akan berhasil jika kau tidak segera bergegas dan masih melamun di kebun kosong ini. Sang pelaku mungkin tengah bersiap melarikan diri!" Detektif pemula itu masih saja berdiri tertegun. Pelan ia menyahut teguran seniornya tersebut, "Tapi Senior, bukankah ini sama dengan kasus sebelumnya? Mungkin ini kasus pembunuhan berantai." "Jadi kau ingin tetap diam di sini? Baiklah, kau di sini saja. Tidak perlu melakukan penyelidikan!" Detektif Cheng segera meminta maaf dan bergegas pergi. Ia tidak ingin lagi mendengarkan amarah dari seniornya itu karena mereka belum bisa menangkap pembunuh dari kasus sebelumnya yang memiliki kesamaan dengan kasus ini. *** "Ada apa, Detektif Huang? Kau terdengar begitu kesal. Apa karena aku tidak ada di sana?" tanya Yifei. Gadis itu tengah menjepit ponsel di lehernya sambil menata berkas-berkas yang berantakan. "Kau masih bisa bercanda?" sahut suara di seberang, terdengar masih saja kesal. "Situasi di sini benar-benar kacau dan anak baru itu bahkan berani membantah perintahku. Ia bersikap sok pintar!" Yifei tertawa kecil. Detektif Huang dan detektif Cheng memang tidak akur. Detektif Huang yang adalah paling senior tentu berhak memberikan perintah atau memutuskan sesuatu, sedang Detektif Cheng yang masih baru berusaha untuk tampil menonjol dalam tim dengan memberikan pendapat. Selama ini Yifei selalu berusaha menengahi mereka. Meski tengah berseteru, tidak ada dari kedua detektif itu yang memusuhi Yifei. "Jadi bagaimana? Apa aku perlu ke sana? Tapi bagaimana dengan hukumanku? Pak Han tidak akan melepaskan aku begitu saja." "Sudah, sudah, kamu di sana saja. Tenang saja, aku bisa mengatasi bocah sok pintar itu." Yifei tertawa. Ia menduga saat ini Detektif Huang pasti sedang mengibaskan tangan dan menyulut rokok seperti kebiasaannya saat sedang kesal. Tawa Yifei kemudian menghilang, ia ingat kini mereka berada di tengah kasus serius. "Jadi bagaimana hasilnya? Apa ada kesamaan dengan kasus yang kita tangani?" tanyanya sambil berdehem sejenak. Kini tim mereka dikhususkan untuk menangani kasus pembunuhan 'Pita Merah' tersebut. Tentu yang mengabari juga menemukan kesamaan dengan kasus tim mereka yang sebelumnya belum terpecahkan. "Itu benar, tapi kita juga harus menyelidiki kemungkinan lain. Karena itu, aku menyuruh si bodoh itu ke kampus korban." Yifei diam tepekur. Baru lima hari lalu, jenazah gadis lain ditemukan dengan tangan dan kaki terikat pita merah di sebuah taman terbengkalai yang sudah tidak pernah dikunjungi dan kini ditemukan jenazah lain. Masyarakat akan makin cemas dan meragukan kemampuan mereka menangkap pembunuh keji itu. "Apa mungkin ini pembunuhan berantai?" tanya Yifei dengan suara pelan. "Jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan. Kita masih harus menyelidiki kemungkinan lain." Yifei mengiyakan, meski begitu perasaannya tetap tidak enak. 'Kasus ini, apa mungkin akan menjadi kasus pembunuhan berantai?' gumamnya dalam hati. *** Leo berada seorang diri di ruang gelap. Ia tersenyum saat mengambil salah satu foto yang tidak lain foto Yifei. "Tenanglah, kita akan segera bertemu. Saat ini, cepat atau lambat jalan yang kita tempuh akan mempertemukan kita. Semua akan menyenangkan saat itu," ucapnya sambil menatap foto sang gadis detektif dengan mata berbinar. Dering ponsel terdengar nyaring di ruangan tersebut. Leo segera mengangkat. "Apa saja yang kaulakukan hingga dia mati?" tegur suara di seberang. Di latar orang yang menelepon tersebut, terdengar suara televisi menyala memberitakan kematian gadis korban 'Pita Merah'. Senyum tersungging di bibir Leo. "Tenanglah, semua akan baik-baik saja. Tidak akan ada kesalahan."

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Penjara Hati Sang CEO

read
7.1M
bc

Accidentally Married

read
102.8K
bc

My Husband My Step Brother

read
54.9K
bc

THE DISTANCE ( Indonesia )

read
580.1K
bc

Mafia and Me

read
2.1M
bc

CEO Dingin Itu Suamiku

read
151.6K
bc

Dosen Killer itu Suamiku

read
312.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook