CHAPTER 2

1181 Words
Minda benar, Erbian tidak bisa dianggap remeh. Dia memang b******k. Sayangnya Erbian adalah b******k yang punya otak dan kekuasaan. "Lo nggak balas pesan gue?" Tayra memutar bola mata. Seperti biasa, mengabaikan Abi dan mencoba melewati laki-laki itu seolah tak melihat Abi di sana. "Lo dapet pesan gue, kan?" Abi masih belum menyerah. Tayra menghembuskan napas kasar saat Abi memblokade jalannya. Dengan malas dipandanginya Abi. "Mau lo apa sih?" Abi tersenyum. "Kenapa lo nggak balas pesan gue?" "Apa lo semacam seseorang yang penting yang kalau pesannya nggak gue balas maka akan membuat nyawa banyak orang terancam?" "Nggak. Tapi, gue bisa bikin sesuatu yang bakal bikin lo kaget." "Enough, ok! Gue bener-bener nggak tau alasan kenapa lo ngelakuin ini semua. Gue rasa lo sama gue udah selesai waktu itu. Walaupun gue lebih senang menganggap nggak pernah terjadi apa-apa di antara kita." Ekspresi Abi menunjukkan raut kebingungan campur takjub. Ia cukup salut atas keberanian dan keteguhan pendirian gadis cantik di depannya ini. Tayra memang bukan satu-satunya perempuan yang pernah menolaknya, karena Abi pun masuk dalam daftar black list kaum nerd kampus, tapi Tayra adalah satu-satunya perempuan cantik yang dengan lantang menunjukkan ketidaktertarikan padanya. Keseluruhan Tayra memang bukan yang paling cantik di antara perempuan-perempuan yang pernah dan masuk dalam daftar perempuan yang akan Abi jadikan "teman kencan". Tapi, Abi bisa jamin, Tayra satu-satunya yang gila. Gila karena berani menolaknya. Padahal Tayra satu-satunya perempuan yang Abi sapa dan datangi lagi setelah ia tiduri. Wow. "To be honest, gue akui gue cukup salut sama lo." Senyum seringai Tayra muncul. "Kenapa? Apa ini pertama kali lo ditolak?" "Basically yes. Walaupun 10% dari populasi cewek di kampus ini adalah pasukan pembenci gue. But, lo satu-satunya cewek yang berani langsung nolak gue." "Dunia ini nggak berjalan sesuai dengan yang lo mau. Power yang lo punya nggak selamanya berpengaruh ke semua orang." "Yap, lo benar." "So, gue rasa kita nggak ada urusan lagi. And it's the last time." "Dan lo bikin gue sadar," ucap Abi membuat Tayra kembali balik badan. Menatap Abi bingung. "Sekarang keinginan gue untuk menguasai semuanya 100% jadi semakin besar. Wait and see, siapa di antara kita yang akan bertekuk lutut lebih dulu." Tayra menatap kepergian Abi dengan melongo. Ia menggeleng. "Dasar psycho." ... "Ini apa, Min?" Tayra baru masuk kelas dan mendapati banyak bunga bertumpuk di meja di depan Minda. "Buat lo." "Gue? Dari?" "Erbian." Tayra melotot. "Apa sih yang terjadi antara lo sama Erbian?" tanya Vanya. Tayra meletakkan tasnya dengan malas. "Nggak ada yang terjadi." "Tapi Erbian nggak pernah kasih bunga ke cewek sampai sebanyak ini," ujar Resha. Dia benar. "It's just like how playboy do their job. Kalian nggak tau aja gimana dia di belakang. Mana tau dia udah pernah kasih seorang cewek rumah." "Wew. Sampai segitunya?" Vanya terkejut. Tayra mengangguk. "Playboy emang kayak gitu sistim kerjanya. Semakin susah mereka dapetin seseorang, semakin besar yang mereka keluarkan. Ini cuma trik, ok. Jangan sampai tertipu." Minda mengangguk membenarkan. "Lo beneran nggak ada apa-apa kan sama dia, Tay? Gue cuma takut lo jadi sasaran Erbian karena lo kasih pelajaran sahabatnya waktu itu." Tayra tersenyum. "Tenang aja. Gue bisa jaga diri," katanya mencoba meyakinkan Karin. Ya, meski menjaga diri kategori Tayra itu berbeda. ... Sudah seminggu lebih Erbian melancarkan aksinya mendekati Tayra. Tapi belum ada hasil. Tayra masih sama, cuek. Mendekati Tayra juga bukan berarti Erbian berhenti main-main. Dia juga masih sama, sering make out dengan perempuan lain. Tapi satu hal yang pasti, Erbian tidak pernah membawa siapapun ke apartemennya. Bahkan tidak teman-temannya. Hari ini, dia menculik Tayra, membawa gadis itu ke sana. "Apa-apaan sih? Lo udah gila?" Tayra marah. Abi membanting pintu apartemennya. Pintu itu tertutup dengan cepat. "Buat gue cewek itu nggak ada bedanya. Kalian semua itu sama." Abi mendekat. "Buat gue juga semua cowok itu sama. Sama-sama b******k!" Abi menyeringai. Namun kali ini seringainya beda. Ada aura kelam di manik itu. Abi tampak berbeda. Tayra mau tak mau jadi waspada. Abi mendekat. "Lo bener. 100% bener. Semua cowok emang brengsek." Abi melempar jaket kulitnya asal. Kemudian membuka baju kausnya dan membuangnya ke lantai. Dia topless. "Lo mau ngapain?!" Tayra semakin mundur. Namun sebelum Tayra berhasil berlari ke balik sofa, Abi lebih dulu menangkap tangannya, lalu menarik Tayra hingga keduanya berakhir di karpet. "Er jangan gila! Lepasin gue!" Tayra memberontak. "Jangan gerak. Gue akan usahain nggak kasar, semoga." "ABIIII!!!!" ... Ponsel Tayra tak hentinya berdering. Mungkin sudah ada lebih dari 15 kali sejak tadi. Tayra mengabaikan rasa sakit di pergelangan tangan dan juga di area sekitar leher hingga bahu. Ia berusaha mencari di mana letak ponselnya. Tayra menarik selimut agar tubuhnya tetap tertutupi. Nama Cen Setan tertera dilayar. Sepertinya ada sesuatu yang mendesak sampai kakak yang Tayra anggap setan itu menelpon berkali-kali. Nama Cen Setan menjadi satu-satunya penelpon di 15 panggilan terakhir. Tayra hendak menekan tombol call saat ponsel itu lebih dulu dirampas dari tangannya. "Er! Balikin!" Erbian yang dalam kondisi sama, hanya tertutup selimut, menahan gerak tangan Tayra. Tidak susah baginya. Ia kemudian menatap layar ponsel Tayra. "Cen Setan. Siapa? Pacar lo? Ex boyfriend?" "Bukan urusan lo!" Tayra masih berusaha merebut ponsel itu. Tapi Abi tidak memberikan dengan mudah. Dia justru tampak tak akan memberikan ponsel itu ke Tayra. "Bastard! Give me back my phone!" Tawa Abi berderai. "That sounds so sexy. Gue bakal balikin hape lo dengan satu syarat." "Nggak ada syarat-syarat. Balikin!" Bentak Tayra. Abi menggeleng santai. Ia lempar ponsel itu ke bawah sofa. Tayra melotot. "ABII!!!" Tayra hampir lupa bahwa mereka baru saja bergumul di karpet di ruang tamu. Saat ini pun mereka masih di sana. Entah kapan Abi mengambil selimut ke kamarnya. "b******k! Mau lo apa sih? Sialan!" Tayra sudah siap mencakar, tapi Abi menahan pergelangan tangan Tayra dengan mudah. "ER!" Pintu yang tiba-tiba terbuka beriringan dengan sebuah panggilan serempak membuat Abi dan Tayra mematung. Lalu dalam gerak cepat Abi tarik Tayra ke dalam pelukan. Sedikit memaksa karena Tayra memberontak. Abi benar-benar sudah gila. Bagaimana bisa ada orang yang tiba-tiba masuk ke apartemennya dengan kondisi mereka seperti ini? Seperti yang diduga, si tamu tampak terkejut. "Wow. Sorry, gue nggak tau." "Kenapa?" tanya Erbian datar. Tampak tidak senang dan tidak bersahabat. Pandangan si tamu yang merupakan seorang laki-laki itu tertuju lurus ke Erbian dan perempuan yang Erbian peluk. Ia bisa menduga Erbian sengaja memeluk perempuan itu agar ia tidak bisa melihat wajahnya. "Grandpa mau ketemu sama lo, Papi juga. Nomor lo nggak aktif, makanya gue ke sini." "Cuma itu?" "Lo bakal datang kan? It's grandpa's birthday." "Lo bisa pergi." "Gue nggak tau lo sibuk, kalau tau gue nggak bakal ke sini." "Makanya lo bisa pergi sekarang." "Tapi lo bakal datang kan?" "Gue usahain," jawab Erbian akhirnya. Ingin mempercepat saja agar si tamu tak diundang cepat pergi. Meski ia tau kalau kehadirannya tak diinginkan, si tamu tampak masih enggan beranjak. Ia penasaran dengan sosok perempuan yang kini tengah Erbian lindungi. Yap. Ia merasa Erbian tengah melindungi perempuan itu. Karena biasanya Erbian tak pernah menyembunyikan siapapun perempuan yang ia tiduri. "AWAS! DASAR GILA!" Tayra mendorong keras tubuh Erbian hingga laki-laki itu membentur sofa. Tidak terlalu kencang. Erbian tersenyum tipis. Tayra mengapai-gapai ponselnya di bawah sofa. Erbian menikmati saja pemandangan itu tanpa ada niat membantu. Di matanya, Tayra terlihat sangat sexy dan lucu secara bersamaan. Membuat ia lupa kalau ia dalam mode sangat kesal beberapa jam lalu. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD