PROLOG

720 Words
    Di tengah gelapnya ruang rahasia yang menjorok ke bawah, bersembunyi di bawah rumah besar dan berdampingan dengan tanah. Sebuah basement, atau orang-orang sering menyebutnya dengan—ruang bawah tanah. Di sanalah, gadis malang itu terkurung. Sendirian, berteman sepi. Ruangan dengan pencahayaan sekadarnya itu seolah menggambarkan apa yang tengah gadis itu rasakan. Dirinya terikat di sebuah ranjang, tanpa sehelai benang pun yang melekat di badan. Tubuhnya berbalut peluh. Dadanya kembang-kempis, naik turun tak beraturan. Sorot matanya kosong, hanya ada genangan air bening yang terlihat. "Kau paham kesalahanmu?" Sebuah suara berat menyapa. Dengan gerakan patah-patah, Julia menolehkan kepalanya, menatap kedatangan seorang pria dengan ekspresinya yang datar. Sorot mata pria itu ... menyeramkan. Aura dingin begitu terasa sejak kehadirannya. Seperti menusuk-nusuk setiap rongga tubuh Julia. Bibir pucat itu terbuka perlahan. "Apa yang ... a-kan ... kau lakukan?" tanyanya susah payah. Sorot matanya terlihat menunjukkan ketidakberdayaan, setelah terpaksa menangis semalaman penuh. Sosok itu mendekat, naik ke atas tubuh Julia dan mencengkeram kuat rahang sang gadis. Julia merasakan getar ketakutan itu terasa begitu nyata di dasar hatinya. "Apa yang sudah kulakukan, katamu?" Cengkeraman di wajah sang gadis Peterson mengencang. Julia bahkan bisa merasakan kuku-kuku jari si pria yang menekan permukaan kulitnya dengan kuat. Rasanya menyakitkan. "Harusnya aku yang bertanya sesuatu padamu." Tangan besar itu mengusap pipi Julia dengan lembut, dengan tatapan yang menyiratkan kebencian yang begitu besar. "Kau seharusnya melakukan pembersihan dosa. Kalian semua pembunuh." "Ka-kami tak tahu apa-apa ...." PLAK!  Sebuah tamparan mendarat di pipi halus Julia. Suaranya begitu kencang, sampai memecah kesunyian di ruangan dengan cahaya yang temaram itu. Sebulir cairan bening menetes begitu saja dari telaga bening sang gadis. "Tak melakukan apa-apa katamu?" Nada suaranya langsung naik. "TAHUKAH KAU, APA YANG SUDAH KAKAKMU LAKUKAN TERHADAP KELUARGAKU, SIALAN?!" Dengan cepat, sosok tersebut menjangkau leher Julia, mencengkeram kuat leher sang gadis hingga gadis itu tak bisa berkutik sama sekali. Julia terbatuk-batuk, wajahnya memerah, paru-parunya kekurangan napas, lehernya terasa sakit saat pria itu mencekiknya brutal. "KAU JALANG! KALIAN SEMUA SIALAN!" Julia menangis. Dia akan mati saat itu juga ... pasti. Tapi dia tak tahu ... bahwa semuanya akan terjadi secepat ini. Tiba-tiba cekikan di lehernya melonggar, tangan besar itu mulai menjauh. Julia yang lemas hati maupun pikirannya tak bisa memberikan respons apa-apa saat pria itu mulai melepas ikat pinggang di celananya. Dan saat itu juga, jeritan penuh nelangsa terdengar, tetapi tertutupi begitu saja di ruang bawah tanah yang kedap suara itu. Julia merasa hancur, detik itu juga, saat kekasihnya—Jacob—memperkosanya dengan beringas. Meremukkan segala yang ada pada dirinya. Menghancurkan setiap impian yang selama ini telah dia buat. Jacob menggagahinya bagai orang yang kesetanan, menyesap seluruh permukaan kulitnya dan meninggalkan jejak ungu kemerahan yang tampak mengerikan. Memaksa masuk ke dalam dirinya yang masih sempit, dengan milik pria itu yang besar. Jerit tangis terdengar memekakkan telinga. Julia menangis, mengiba-iba memohon ampunan. Sebuah tamparan kencang ia terima, pipinya memerah begitu saja. "Kau merasa hina, benar, bukan?" tanya Jacob seraya melepas ikatan yang melilit kedua tangan Julia. Lalu ia membalikkan tubuh sang gadis, dan memaksa gadis itu bersimpuh dengan bagian belakang terangkat ke arahnya. Dengan rambut terjambak, Julia kembali menjerit saat Jacob memaksakan kejantanannya masuk dari posisi belakang. Dirinya hancur, tak lebih dari wanita yang kehilangan harga dirinya di ranjang, akibat sebuah pemerkosaan yang dilakukan oleh lelaki yang sangat dia cintai. "Kau harus tahu ...." Jacob mengentakkan miliknya sekali lagi, Julia menjerit, dirinya remuk untuk sekali lagi, seluruh tubuhnya merasakan sakit yang tak terperi. Terutama di bagian kewanitaannya. Jacob kembali melanjutkan ucapannya, "Kau tahu? Bahwa semua yang akan kau dapatkan nanti ... semua bermula dari satu orang terdekatmu." "Dan kau tahu siapa itu?" Julia dapat merasakan sesuatu mengalir di kewanitaannya, terasa begitu perih dan menyiksa. Jacob menarik rambut Julia kembali, memaksa gadis itu menengadahkan wajah ke arahnya. Lalu menatap tajam sang gadis Peterson. "Kakakmu," desisnya. "Kakakmu penyebab semua kegilaan ini." "Keluargamu ... penyebab semua kemalangan di keluargaku! Kehidupan kami hancur! Dan apa yang kau dapatkan hari ini, adalah buah atas perbuatan masa lalu orang itu!" "AH! BERHENTI!" Jacob semakin mendorong dirinya masuk. Julia menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Dirinya remuk, begitu pula dengan hatinya. Kesadarannya perlahan-lahan teralihkan. Julia memejamkan kedua matanya perlahan, dan ambruk begitu saja di ranjang berseprei putih bersih. Cairan merah kental mengalir, menodai kasur, keluar dari kewanitaan sang gadis yang merasakan kebrutalan dari ruda paksa itu. Jacob hanya memandang diam, dengan sorot mata yang kosong. Itu sama sekali bukan dirinya. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD