Dave Pramudia Arkana. Seorang CEO muda berusia dua puluh sembilan tahun yang sukses dalam berbagai bidang bisnis yang ia jalankan. Dalam kesehariannya, Dave biasa dikenal sebagai pria Pecinta one night stand dan selalu berburu wanita-wanita yang ingin ia jadikan teman kencan malamnya jika dia kelelahan ataupun suntuk dengan pekerjaannya.
Dalam menemukan wanita-wanita tersebut, Dave tak melakukannya sendiri melainkan ia dibantu oleh sahabatnya yang juga merangkap sebagai orang kepercayaannya di perusahaan, bernama Damian. Dari tangan Damianlah, wanita itu Dave dapatkan. Dan selama mencarikan wanita untuknya, Damian tak pernah membuatnya kecewa sedikitpun.
Seperti malam ini. Dave baru saja selesai menghabiskan malam panjangnya dengan seorang peelacur. Ah ya, mungkin akan lebih sopan jika disebut sebagai Pekerja Seex komersial. Di negeri +62 ini, tak sulit lagi untuk mencari wanita-wanita seperti ini. Justru kadang tak dicaripun, mereka akan dengan sangat bahagianya menyerahkan tubuh mereka begitu saja untuk dinikmati. Seperti itulah kehidupan perempuan zaman sekarang. Tapi tentu saja yang Dave cari tetap harus yang sehat dan tak berpenyakitan sedikitpun.
Sang wanita yang menjadi teman kencan Dave malam ini masih memejamkan matamya menikmati apa yang Dave lakukan padanya. Namun hanya sebentar. Ia kembali membuka mata cantiknya dan menatap Dave lekat. Dengan berani, wanita itu menggapai wajah Dave namun seketika ditepis oleh pria itu. Dan jangan lupakan tatapan tajam dari Dave seolah ingin menghabisi wanita yang tadi baru saja ia tiduri.
"Turunkan tangan kotormu...!" Geram Dave dengan tatapan tajamnya. "Kau tahu peraturanku dalam bermain kan? Tak ada kontak fisik dari lawan main. Hanya dariku yang dibolehkan." lanjutnya. Dave turun dari ranjang setelah ia mengancam wanita yang masih terbaring.
Wanita itu yang tadi berharap dengan bahagia bisa menyentuh wajah Dave hanya bisa mendesah pasrah. Jujur dia ingin mencoba menyentuh Dave yang begitu sempurna itu walaupun hanya di wajahnya tapi tak pernah diberi izin oleh Dave.
Dalam setiap aktifitas ‘bermainnya’, Dave selalu bermain aman. Dave tak mau suatu saat nanti ada yang mencarinya dengan perut membesar merengek minta dipertanggung jawabkan. Karena menjadi ayah untuk saat ini belum terlintas dalam otaknya. Apalagi dengan status wanita yang tak jelas.
Dave segera beranjak dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi yang tersedia di kamar hotel untuk membersihkan dirinya lalu pergi meninggalkan hotel setelah penampilannya sudah kembali rapi.
"Uangmu akan kutransfer nanti." ucap Dave dingin sebelum akhirnya ia memutuskan untuk melangkah keluar meninggalkan si wanita yang masih belum sepenuhnya tersadar dari bayangan aktivitas mereka tadi.
*****
Pagi ini jalanan tak terlalu ramai, mungkin karena sekarang juga hari minggu dan semalam juga di guyur hujan lebat. Apalagi udara juga terasa begitu dingin.
Dinginnya pagi juga dirasakan oleh Nania, seorang gadis yatim piatu yang hidup sebatang kara di dunia yang begitu fana. Haaahh! Sudah puitis sekali hidupmu Nania.
Nania tersentak saat alarm ponselnya kembali berbunyi. Entah yang keberapa kalinya ponsel itu mencoba membangunkan Nania tapi tetap tak digubris oleh gadis tersebut.
Otaknya sangat kacau semalaman. Uangnya sudah habis dan dia juga baru dipecat lagi dari tempat kerjanya gara-gara memecahkan beberapa piring mahal di restoran italia tersebut.
Lagi?
Ya Lagi. Nania tak pernah bertahan dalam setiap pekerjaan yang ia dapatkan. Paling cepat ia bekerja selama dua minggu. Namun beruntungnya, ia tak akan terlalu lama menganggur dan ia sudah akan menemukan pengganti pekerjaannya sehari atau dua hari berikutnya. Dan Nania sendiri juga lebih suka mencari pekerjaan yang dibayar per hari atau per minggu melihat dirinya yang ceroboh dalam bekerja.
"Haaahh. Harus dimana lagi aku bisa menemukan engkau wahai uang.?" gumam Nania dengan mata yang masih terpejam. Ia mengucek matanya yang terasa begitu lelah. Banyak yang akan ia pikirkan setelah ini. mulai dari pekerjaan sampai hutang-hutangnya.
Belum lagi biaya apartemen yang harus dia lunasi. Nania memang membeli sebuah apartemen kecil namun berkapasitas lengkap di tengah kota yang dia bayar per bulan sampai lunas. Tapi sekarang? Bagaimana cara dia membayar angsurannya. Uang saja tak punya. Walaupun pemilik Apartemen tak memaksanya melunasi dengan besar melainkan boleh dicicil seberapa Nania bisa perbulan itu, namun tetap saja ia tak ingin terjerat hutang terlalu lama. Ia tak ingin nanti saat ia mati, tak ada yang tahu berapa sisa utangnya dan ia tak tenang dikehidupan barunya.
Nania menyibakkan selimut yang sedari tadi menutupi tubuhnya dan menendangnya jauh sampai sebagian dari kain tebal tersebut terjuntai ke lantai. jangan kaget jika kalian mengetahui fakta kalau Nania tidur hanya menggunakan celana dalam dan singlet tanpa bra. Hampir sebagian perempuan juga suka tidur seperti itu. Selain alasan kesehatan, alasan lega juga menjadi acuan bagi Nania.
Setelah selesai meregangkan tubuhnya, Nania turun dari tempat tidur lalu berjalan lunglai ke dalam kamar mandi. Gadis itu menggapai kran bathtub dan menghidupkannya dengan kencang agar bak tersebut cepat terisi penuh.
Sembari menunggu air tersebut penuh, Nia mengatub dirinya di cermin full badan yang sengaja ia letakkan di kamar mandinya. Menelisik satu persatu tubuhnya yang begitu proporsional. Dengan lingkar d**a yang pas serta bentuk pinggang yang sudah seperti gitar spanyol jika kata para pujangga.
“kau begitu cantik Nia.” Seru Nia memuji dirinya sendiri. Jika dipikir-pikir, itu bukan sebuah kebohongan jika Nia mengatakan dirinya cantik. Nia memang memiliki paras yang ayu dan juga lembut. Bulu matanya lentik dengan lesung pipi yang menghiasi sebelah pipinya. Membuat Nia terlihat begitu manis jika ia tersenyum. Apalagi mata bulatnya itu. Karena mata bulat dan besar itu, tatapan Nia terlihat begitu polos dan membuat setiap orang gemas.
Puas dengan memperhatikan dirinya di cermin, Nia melirik ke arah bak yang tadi diisinya. Bak itu sudah hampir terisi penuh. Dengan cepat Nia mematikan kran tersebut dan segera berendam sebelum terlebih dahulu ia menanggalkan satu per satu pakaian yang tadi menutupi tubuh indahnya.
Nania hanya butuh waktu setengah jam untuk kembali rapi dan segar setelah mandi. Hari ini Nania ingin menemui Adrian teman satu kuliahnya. Adrian bekerja di sebuah Bar ternama yang hanya didatangi para petinggi atau golongan anak orang kaya. Siapa tahu saja nanti Adrian punya kerjaan untuknya. Setidaknya hanya sampai apartemennya lunas.
*****
Aroma cinta, orang-orang yang meliuk-liuk di lantai dansa dan bau alkohol yang begitu menyengat. Itulah ciri khas aroma klub malam yang kini Nania kunjungi. Saat tiba di sini, tak jarang mata Nania menangkap orang-orang yang sedang bercinta di atas sofa yang sudah disediakan, atau saling berusaha untuk memuaskan pasangan masing-masing di lantai dansa. Hal seperti ini sudah menjadi khas dan lumrah dari Angkasa Club.
"Ada apa Lo kesini?" tanya Adrian yang tengah menuangkan cocktail untuk Nania sambil berteriak. Pasalnya suara dentuman musik cukup mampu melenyapkan suaranya.
"Gue cari kerjaan nih. Ada kerjaan nggak buat gue di sini?" Adrian seketika mengernyit.
"Emang kerjaan Lo di restoran Italia itu kenapa?"
"Dipecat Gue..."
"Lagi?" tanya Adrian tak percaya. tiga bulan terakhir ini kalau dihitung, Nania sudah tiga kali dipecat. Adrian geleng-geleng kepala melihat temannya yang satu ini. "Lo mau kerjaan kayak gimana lagi? Semuanya udah Lo cicipin kan.. "
"Iya juga sih.” Nania menarik nafas kasar lalu menghembuskannya secara perlahan, “Tapi mau gimana lagi. Nasib sial gue di sini.!" Balas Nania dengan wajah ditekuk. Adrian tampak sedikit berpikir.
"Lo mau kerjaan?" tanya Adrian yang membuat Nania mengangguk antusias. "Tapi gue nggak yakin Lo mau lakuinnya.."
"Emangnya kerja apaan?" tanya Nania penasaran.
"Bercinta sama orang kaya!" Nania melotot sempurna saat Adrian berbisik di depan telinganya.
"Gila Lo! Nggak mau gue...!" bantah Nania cepat.
"Ya udah kalau Lo nggak mau. Lagian kalau gue pikir, hanya ini deh kerjaan yang bisa bertahan lama buat Lo. Enak lagi...!" Nania menatap Adrian horor. Teman macam apa seperti ini. Menjerumuskan temannya sendiri.
"gila Lo Rian! Saran tu yang bagus kek?"
"Ealaahh. itu udah bagus kali neng. Lagian menyenangkan kok. Lo bakalan ketagihan.?" Seru Adrian dengan semangatnya. Sedangkan Nania langsung melotot tajam mendengar tawaran Adrian.
Selama dia hidup, itu tawaran tergila yang pernah dia terima. biasanya Adrian memberikannya tawaran bekerja sebagai pelayan, atau sebagai OB dan juga sebagai karyawan mini market. Namun kali ini sungguh diluar nalarnya.
Apa seorang wanita penghibur?
Adrian menatap Nania yang masih termenung memikirkan tawarannya, "Gini aja, kalau Lo memang mau. Gue punya kenalan yang bisa bawa Lo dapetin lelaki kaya. Sahabat gue sih! Dia udah kewalahan mencari pasangan ONS buat Bossnya yang gila wanita. Siapa tahu Lo bisa mendadak jadi milyader kan kalau tidur sama si Boss." Nania terdiam seketika. Otaknya langsung mencerna ucapan Adrian kata per kata. “Udahlah, jangan banyak pikir. Lagian di dunia ini, untuk hal yang seperti itu udah lumrah banget kali Nia. Lo kan Cuma jadi teman kencan satu pria, nggak banyak..”
“Tapi sama aja gue jual diri Yan..”
“Beda lah! Setelah lo dapatkan uang si boss, lo bisa hidup dengan baik. Dan cari pekerjaan lagi, tapi harus yang lebih layak.”
Apa dia harus mencobanya? - batinnya bertanya. Mungkin ini gila. Bahkan sangat gila malahan, namun ini peluang bagus. Toh hanya sekali dan dia bisa mendapatkan uang yang banyak. Jika soal keperawanan, lakuin sekali juga nggak bakal masalah kan?.
"Coba aja Nia! Enak kok gue jamin. Banyak wanita malam di sini yang menawarkan diri buat dipuasin Dave si Boss kaya raya itu."
"Dave?"
"Iya, namanya Dave. Dia masih muda kalau Lo takut digempur lelaki tua. Heheheh"
"Sialan Lo.." dengus Nia. "Emang umurnya berapa?" lanjutnya penasaran
"Kalau nggak salah masih tiga puluh. Eh! Dua delapan apa dua sembilan gue lupa. Pokoknya kisaran itu.” Jawab Adrian, “Pengusaha muda yang sukses Neng. Cuma beda tujuh tahunan dari Lo. Dari pada yang nidurin Lo pria tua jenggotan trus buncit, ayo? Mau yang mana?"
Nania seketika bergidik ngeri membayangkan jika opsi terakhir yang disebutkan Adrian tadi benar terjadi padanya. ditiduri pria buncit tua dan jenggotan.? Ih, amit-amit.
“Maunya gue nggak kerjaan macam ini..”
Adrian mengangkat bahunya acuh,"Gimana? Terima nggak nih?" tanya Adrian.
Nania berpikir sejenak, "Tapi gue takut Rian..."
"Takut kenapa? Enak kok gue jamin. Kalau nggak enak, nggak mungkin Karin minta gue ‘serang’ tiap hari. Atau kalau sama Dave nggak nikmat nggak mungkin wanita malam di sini memohon-mohon untuk diambil sebagai pemuas Si milyader muda. Lo coba aja Nania..!"
Saat ini gadis itu tengah berpikir keras. Ingin menolak tapi dia butuh uang. Ingin terima, tapi dia takut. Apa akan baik-baik saja nantinya?.
"Gimana?" tanya Adrian kembali. "Gue jamin nggak bakalan nyesel kok...." Nania mendengus kesal pada Adrian sebelum akhirnya mengiyakan. Tapi gadis itu memberikan syarat yang harus Adrian sampaikan pada si Dave Dave itu.
*****
BERSAMBUNG.