Awalan
"Gak!"
"Jelek!"
"Buruk!"
"Alay! Kuno!"
Semua dress yang berada di dalam lemari telah Anna keluarkan semua. Bahkan kondisi kamarnya saat ini sudah seperti kapal pecah.
"Argh! Kenapa semua dress gue gak ada yang bagus?" Anna berkacak pinggang menatap berbagai model dress yang berada di atas ranjang. Mendadak semua dress mewah miliknya terlihat jelek di matanya.
Bola mata gadis cantik itu bergerak menatap ke arah jam dinding. Sepuluh menit lagi, Daniel akan datang menjemputnya. Namun, dia masih belum juga bersiap-siap. Malam ini, mereka akan mengadakan dinner romantis spesial di hari anniversary hubungan mereka yang ke empat tahun.
"Gue harus pakai dress yang mana coba? Gue gak mau ngecewain Daniel. Pokoknya gue harus memberikan penampilan yang terbaik sama dia."
Anna meraih dress berwarna moccha yang sebelumnya ia lempar ke atas ranjang. Menelisik dress di atas lutut tersebut dengan teliti.
"Gak-gak, gue gak mungkin pake dress yang ini. Gue udah pernah pakai ini dulu." Anna melempar kembali dress tersebut seraya menjerit frustasi. "Argh! Doraemon gue butuh kantong ajaib lo!!!"
DDRRRTTTT
DDRRRTTTT
Suara notifikasi yang masuk pada ponsel nya terdengar. Anna segera berjalan ke arah nakas untuk mengambil ponsel tersebut dan melihat siapa yang mengirimkan pesan padanya.
"Aduh, Daniel lagi. Gimana nih? Daniel pasti udah ada di depan," gumam nya terlihat panik. Lalu, ia segera membuka isi pesan yang masuk dari kekasihnya itu.
My Dear: Maafkan aku, Anna. Tapi aku rasa, hubungan kita cukup sampai di sini. Kita harus putus!
DUAARR!
Tubuh Anna membatu. Matanya mengerjap tidak percaya menatap layar ponsel. Apa katanya? Putus?
PLAK!
Anna melayangkan tamparan pada pipinya sendiri untuk memastikan kalau ini hanyalah mimpi. Namun, bekas tamparan yang terasa panas cukup membuktikan kalau ini bukanlah mimpi. Tanpa dia sadari, air mata telah menetes membasahi pipi.
"Gak, ini gak mungkin. Pasti kamu cuma lagi prank aku kan?" gumam nya tak percaya sambil bertanya menatap layar ponsel.
Segera Anna membalas pesan dari Daniel. Ia butuh kejelasan dari kekasihnya itu.
Me: Kamu gak serius kan, By? Kamu cuma lagi bohongin aku aja kan?
Anna menggigit bibir bawahnya, menunggu balasan selanjutnya dari Daniel. Ia terlihat sangat cemas dan takut kalau ternyata apa yang dikatakan oleh lelaki itu sungguhan.
My Dear: Aku serius, Anna.
Anna menggelengkan kepala beberapa kali, bolehkan ia hanya menganggap ini hanya sebuah lelucon? Anna tidak ingin putus dengan laki-laki yang begitu ia cintai itu.
Me: Tapi kenapa?
My Dear: Karena aku udah gak cinta lagi sama kamu. Aku harap kamu mengerti. Hubungan kita hanya cukup sampai di sini. Semoga kamu bahagia, Anna.
BRAKK!
Anna membanting ponsel nya ke sembarang arah. Ia terduduk lemas di atas lantai. Setelah empat tahun mereka menjalin hubungan asmara, kini dengan begitu mudahnya Daniel mengatakan kalau sudah tidak ada lagi cinta untuknya. Anna merasakan sesak yang luar biasa menghadapi kenyataan buruk ini.
"Kenapa kamu tega ngelakuin ini sama aku, Dan? Kenapa? Aku masih sangat mencintai kamu," cicit Anna dengan air mata yang sudah membanjiri kedua pipinya. Benar-benar menyakitkan.
"Apa kurangnya aku buat kamu? Aku cantik, pintar, tinggi, kaya, terus kamu mau cari cewek yang kayak gimana lagi, Dan?"
Anna merasakan sesak yang luar biasa. Harusnya malam ini adalah malam bahagia karena mereka akan merayakan anniversary ke empat tahun nya hubungan mereka. Namun semuanya telah sirna ditelan kenyataan pahit. Sangat memilukan.
Tatapan mata Anna beralih pada sebuah bingkai foto yang berada di samping lampu tidur. Ia beranjak untuk mengambil bingkai foto tersebut. Di sana, memperlihatkan Anna dan Daniel yang sedang tersenyum bahagia. Ia ingin kapan foto ini diambil, tepatnya pada saat mereka merayakan anniversary yang ke dua tahun. Anna benci melihat wajah lelaki yang foto bersamanya.
PRANG!
Bingkai foto itu kini sudah tergeletak di atas lantai dengan kondisi kaca yang pecah.
"Aku benci kamu, Daniel! Ternyata semua janji manis kamu hanya sampah!" jerit Anna, membuat tangis nya semakin menjadi.
Pintu kamar terbuka, menampilkan seorang wanita setengah baya berdiri shock menatap keadaan kamar dan kesediaan Anna.
"Ya ampun, apa yang terjadi?" Kinan - Bundanya berjalan cepat menghampiri Anna.
"Bunda!"
Kinan menarik tubuh Anna ke dalam pelukan nya. Tangis Anna semakin menjadi-jadi, kala merasakan usapan lembut di punggungnya.
"Tenang, Sayang. Jangan menangis," ucap Kinan mencoba menenangkan nya.
"Dia jahat sama aku, Bun! Dia telah menyakiti hati aku!" racau Anna disela-sela tangisnya.
Kinan melepaskan pelukan nya. Mengusap air mata di kedua pipi Anna. "Apa yang sebenarnya terjadi? Ceritakan sama Bunda sekarang."
Kemudian ibu dari satu orang anak itu membawa putrinya untuk duduk di atas ranjang. Anna langsung memeluk sang bunda dari samping sambil merasakan usapan lembut di bahunya.
"Siapa yang telah berani menyakiti hati putri cantik Bunda, hm?"
"Daniel! Dia jahat, Bunda! Dia jahat! Aku benci dia!"
Kinan mengerutkan kening. "Daniel? Bukanya dia pacar kamu, Sayang?"
Anna mendongak menatap pada Kinan. Kemudian dia menggelengkan kepalanya beberapa kali. "Gak, Bunda. Daniel udah mengakhiri hubungan kami dengan cara sepihak! Huaaa....! Dia sangat jahat!"
Kinan tersenyum memaklumi. Dia memeluk erat tubuh Anna. "Udah-udah, jangan nangis lagi. Mungkin ini adalah yang terbaik untuk kalian."
"Tapi aku masih mencintai dia, Bun! Aku sakit hati dicampakkan seperti ini."
Kinan mengecup kening Anna beberapa kali. "Anna, Sayang. Kamu adalah gadis yang cantik. Banyak laki-laki diluar sana yang mengejar cinta kamu. Jangan menjadi lemah hanya karena putus cinta," ucapnya.
Sebanyak apapun laki-laki yang mengejar cintanya, jika Anna hanya menginginkan Daniel untuk menjadi kekasih hatinya, lalu mereka bisa apa?
"Susah, Bunda. Aku gak mungkin bisa lupain Daniel."
Kinan terkekeh pelan mendengar jawaban darinya. "Kamu hanya belum mencobanya, Sayang. Lambat laun, pasti kamu bisa move on dari Daniel."
Kinan mendekap wajah Anna dan menatapnya dengan tajam. "Kamu boleh patah hati, tapi ingat pesan Bunda, jangan terus berlarut-larut dalam kesedihan. Karena di setiap hujan yang turun, pasti akan selalu ada pelangi setelahnya."
Anna diam tidak menjawab ucapan Kinan. Namun, air mata masih mengalir membasahi pipinya. Anna terpejam sesaat saat merasakan kecupan dari Kinan di kening.
"Sekarang ayo kita makan malam bersama. Ayah kamu udah nunggu di meja makan."
Anna menggelengkan kepala dengan bibir mengerucut. "Gak mau, Bunda. Aku gak punya selera makan sekarang."
Kinan yang mengerti pun, membiarkan Anna sendiri di dalam. Percintaan anak muda selalu dihiasi dengan drama.
Anna berjalan ke arah jendela kamar. Melihat langit malam tanpa ada satu cahaya bintang yang terlihat. Seolah mengerti dengan suasana hati nya saat ini. Hitam dan kelam.
"Hiks.... Kenapa sakit banget hati gue? Kalau cinta hanya akan menoreh kan luka yang menyayat hati, mending sekalian gak usah gue rasain."