Bab 2

1129 Words
Flashback on Hana memperhatikan Ratu yang sibuk mengaduk-aduk sarapan yang dipersiapkannya tapi sejak tadi Ratu tidak menyendokkan ke dalam mulutnya. Hana mencoba mengingat sejak kapan Ratu terlihat aneh. Biasanya Ratu sangat ceria dan juga riang tapi dua bulan ini anak gadisnya itu lebih banyak melamun dan juga jarang makan, tubuhnya semakin kurus dan cahaya di wajahnya seakan sirna. "Kamu kok nggak makan sih?" tanya Hana sambil menyuap nasinya. Ratu melihat Hana lalu menggeleng pelan. "Ratu nggak nafsu makan Ma, perut Ratu mual dan suka muntah kalau diisi makanan," balas Ratu. Hana kaget dan meletakkan sendok yang ada di tangannya dan menatap Ratu. Meski dia yakin Ratu tidak akan melakukan hal yang dilarang, tapi tetap saja Hana merasa kuatir dengan pergaulan anak sekarang. "Haid kamu kapan terakhir datang?" tanya Hana pelan agar Ratu tidak merasa diinterogasi. Ratu seperti berpikir panjang. "Hmmm kapan ya, sudah lama kayaknya nggak datang," balas Ratu yang masih tidak tahu kenapa Hana menanyakan datang bulannya. Ratu pikir tamu bulanannya belum datang karena stress memikirkan kejadian naas yang menimpanya beberapa bulan yang lalu. "Selesai makan kita ke rumah sakit," ajak Hana yang cemas dengan keadaan Ratu. Hana berusaha menafikan pikiran jelek tentang Ratu yang kemungkinan sedang hamil, karena dia yakin Ratu bukan anak seperti itu. Ratu yang merasa tidak enak badan memilih mengikuti keinginan Mama-nya. Hana dan Ratu melanjutkan kembali sarapannya. Ribuan pertanyaan membuat membuat selera makan Hana hilang. Beberapa jam kemudian. Setibany di dokter kandungan, Hana berdoa agar ketakutannya tidak menjadi kenyataan. Bagi dia Ratu masih anak-anak dan belum saatnya hamil dan tidak boleh hamil. Masa depan Ratu masih panjang dan tidak boleh hancur karena aib. "Keluarga Nona Ratu," teriak suster dari pintu ruang pemeriksaan. Hana langsung masuk dengan jantung berdetak cepat. Sebelum dokter memberitahu hasil pemeriksaan, Hana sudah langsung jatuh ke lantai saat melihat layar monitor  menunjukkan kalau Ratu sedang hamil. "Ma ... aku kenapa?" tanya Ratu setelah melihat Hana menangis di lantai ruang dokter kandungan. "Ya Tuhan! Kenapa kamu melakukan itu!" teriak Hana dengan nada kecewa dan juga hancur. "A ... aku kenapa?" tanya Ratu tak kalah panik. Hana diam dan tidak menjawab pertanyaan Ratu di depan dokter dan perawat yang memeriksa kondisi Ratu. Hana lalu berdiri dan menyambar tas punggung milik Ratu yang tergeletak di atas kursi. "Kita pulang," ajak Hana dengan wajah sangat marah. "Ada apa ma?" Ratu yang tidak tahu kenapa Hana sangat marah hanya bisa diam. Sesampainya di rumah. "Kamu ... kamu hamil! Ya Tuhan Ratu! Umur kamu masih lima belas tahun Nak. Kenapa kamu bisa seperti ini, bilang sama Mama siapa ayahnya?" teriak Hana dikamar Ratu. Ratu menegang mendengar kata hamil dari mulut Hana, semua rahasia akhirnya terbongkar. Rahasia yang selama sepuluh tahun ini dia simpan sendiri dan akhirnya hari ini diketahui orang tuanya. "Ampun Ma, maafin Ratu." Hana melihat Ratu memohon ampun di kakinya dan Hana langsung memeluk Ratu yang ketakutan. "Ceritakan, apa yang sebenarnya terjadi." Hana masih berusaha mengorek informasi dari mulut Ratu. Ratu masih diam dan hanya bisa menangis, lidahnya kelu memberi tahu Hana tentang pelecehan yang dialaminya sejak usia lima tahun. Tangis Ratu, tangis Hana dan juga Jasmine membuat kamar Ratu penuh kesedihan. Raja yang baru pulang dari kantor dan mendengar wanita kesayangannya menangis langsung berlari masuk ke kamar Ratu. Raja melihat Ratu dan Hana berpelukan di lantai sedangkan Jasmine menangis sendirian di atas ranjang. Raja langsung menggendong Jasmine dan menenangkan anak bungsunya itu. "Sayang, kalian kenapa?" tanya Raja. Hana melihat Raja dengan airmata bersimbah. "Ratu ... ya Tuhan!" Hana menjambak rambutnya dan melihat kegusaran di wajah Hana membuat Raja semakin bingung dengan apa yang terjadi. "Ratu kenapa?" tanya Raja. "Dia hamil! Hamil!" Raja hampir saja menjatuhkan Jasmine setelah mendengar perkataan Hana. Raja menggelengkan kepalanya dan merasa Hana sedang membohonginya. "Ampun Pa, maafin Ratu." Ratu kemudian bersimpuh di kaki Raja dan Raja masih tidak percaya walau dari kata-kata Ratu sudah jelas kalau Hana tidak sedang menggodanya. "Kamu lagi ngegodain aku kan sayang? Ratu nggak mungkin hamil dan dia masih lima belas tahun," kata Raja yang masih tidak percaya dengan apa yang terjadi dengan anak kesayangannya. "Ini benar sayang! Aku yang mengantar dia ke dokter tadi, aku curiga seminggu ini dia malas makan dan selalu mual-mual. Aku wanita dan aku tahu dia sedang hamil. Dokter bilang dia hamil dua bulan," sambung Hana masih dengan nada bergetar. Berita ini bagaikan mimpi buruk bagi keluarga besar Raja dan Hana. Raja mengepalkan tangannya untuk menampar Ratu, tapi melihat keadaan Ratu yang shock membuat Raja membatalkan niatnya. "Anak siapa!" teriak Raja kasar. Hana lalu mengambil Jasmine dari gendongan Raja dan membawa Jasmine ke kamarnya. Amarah Raja sangat menakutkan dan Hana tidak mau Jasmine mendengar amukan ayahnya. Ratu diam dan tidak menjawab pertanyaan Raja, Ratu takut jika nanti Hana dan Raja mengusirnya dari rumah dan tidak menganggapnya anak lagi. "Papa nanya siapa ayah anak itu!" Emosi Raja semakin tidak terkendali, dia sangat marah dan mencari keberadaan Rendra untuk mengorek informasi siapa saja lelaki yang dekat dengan Ratu. "RENDRAAA!" teriak Raja, tapi orang yang dicarinya sama sekali tidak muncul. "SUSANNN!" teriak Raja lagi, Susan datang dengan wajah ketakutan. "Rendra mana?" tanya Raja sedikit membentak. Wajah Susan berubah menjadi ketakutan. Susan tahu apa yang telah menimpa Ratu, malam itu tanpa sengaja dia melihat Rendra keluar dari kamar Ratu tapi karena takut dia memilih untuk diam. "Rendra pergi pak sejak semalam, kemarin Non Ratu mengusirnya," balas Susan. Bulu kuduk Raja langsung berdiri, perasaannya tentang kepergian Rendra yang mendadak membuatnya yakin jika ayah dari anak Ratu adalah orang terdekat di rumahnya. Rendra yang diangkatnya sebagi pengawal Ratu adalah orang kepercayaan yang disewanya untuk menjaga Ratu. "Jangan bilang ... ya Tuhan Ratu, Rendra kah ayah anak itu?" tanya Raja dengan nada tinggi dan penuh paksaan. Awalnya Ratu tidak menjawab tapi kemarahan Raja membuat Ratu akhirnya mengangguk takut. Hana langsung pingsan mendengar jawaban Ratu. "Kapan ... sejak kapan dia berani menyentuh kamu? Dia memperkosa kamu? Jawab Ratu!" tanya Raja dengan nada keras. "Sudah lama Pa ... sejak aku kecil," balas Ratu dengan terisak-isak dan tidak sanggup untuk melanjutkan kejadian tragis yang dia alami semenjak kecil. Pelecehan, sentuhan, dan ciuman Ratu terima dari lelaki dewasa sejak usianya lima tahun sampai kejadian tragis itu terjadi dua bulan yang lalu. Rendra memperkosanya dengan keji di rumahnya sendiri, di kamarnya sendiri dan menghancurkan mimpi indahnya tentang masa depan. Raja meninju cermin yang ada di kamar Ratu, hatinya hancur melihat masa depan Ratu hancur akibat ulah dirinya. Berulang kali Hana memperingatkan tapi dia bersikeras mempertahankan Rendra dan ternyata kepercayaannya dibalas dengan pelecehan dan p*********n yang kini menghasilkan anak di rahim anaknya yang baru berusia lima belas tahun. "Maafin saya Pak, saya akan tanggung jawab atas semua yang telah saya perbuat." Suara Rendra di belakang Susan membuat Raja naik pitam. Raja langsung menghampiri Rendra dan menghajarnya tanpa ampun. Teriakan Susan untuk menghentikan usaha Raja membunuh Rendra tidak berhasil. Rendra pasrah dipukul Raja karena memang ini kesalahannya, matanya hanya memandang Ratu yang ketakutan di sudut kamar. "b******k! Aku akan membunuhmu b******n!" Bughhh "Tuan, Non Ratu pingsan," teriakan Susan membuat Raja menghentikan pukulannya dan melihat Ratu bersimbah darah setelah mengiris tangannya dengan pisau cutter. ****  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD