Prolog
Dia menangis bahagia menatap layar tipis miliknya yang menampilkan wajah bayinya yang sedang tertidur pulas di dalam box. Ia bisa melihat hidung dan bibir bayi merah itu sangat mirip dengannya. Berulang kali ia menghapus air mata yang jatuh ke pipinya karena kebahagiaan besar yang saat ini ia rasakan. Jari telunjuknya dengan lembut mengelus layar ponselnya seolah-seolah dia sedang mengelus pipi bayi mungil berjenis kelamin perempuan itu.
Ia sangat tidak menyangka. Diumurnya yang baru menginjak umur 18 tahun tiga hari lalu, dirinya sudah berubah status menjadi seorang ayah dari bayi mungil yang baru lahir pagi tadi di Indonesia, negara kelahirannya.
Ketukan pintu mengalihkan fokus pria itu dari layar ponselnya.
“Bos, dia belum ditemukan.”
Pria itu meletakkan ponselnya, menatap anak buahnya yang bernama Lion itu dengan raut wajah datar.
“Sekali lagi menyebutku seperti itu. Kau pasti-“
“Maksudnya kak.”
Ia berucap dengan ekspresi datar seperti sebelumnya. “Cari dia secepatnya! Perempuan itu adalah cadangan kita, Li. Jangan beri laporan apapun yang enggak sesuai sama keinginan ku!”
“Tadi pagi ada laporan baru kalau dia juga tinggal di Inggris setelah kematian sahabatnya. Semua orang kita dan para pesuruh yang dibayar sedang melakukan pengecekan di beberapa sudut kota Inggris.”
“Aku yakin tidak mudah menemukan dia di negara ini, tapi kita harus terus cari sampai ketemu!” tegasnya.
Lion mengangguk. “Siap Tuan. Aku janji bakal temuin dia untuk tuan.”
“Gimana masalahmu dengan Mr Alson sialan itu?”
Lion tertawa. “Udah beres tuan. Semua berkat bantuan tuan.”
“Lion!!” sentaknya.
“Iya kak,” jawab Lion. Sebelum pria yang sudah dianggapnya kakak itu mengamuk.
“Baguslah. Aku sudah tahu dia seperti apa. Kita dulu satu sekolah, aku sudah tahu bagaimana semua Mr and Mrs di sana.”
Lion mengangguk. “Kalau gitu aku pamit tuan. Sebentar lagi aku ada kelas.”
“Satu kali lagi terdengar kamu memanggilku seperti itu. Akan ku lempar buku ini padamu.”
Lion mengangguk-anggukkan kepala mulai melangkah mundur menuju pintu karena tidak ingin mendapatkan buku mengenai kepalanya. Pria yang masih berumur 19 tahun itu terus memperhatikan Lion dengan sebuah buku tebal di tangannya, berjaga-jaga jika Lion kembali berulah maka ia tinggal melemparkan buku itu.
Sebelum pintu tertutup Lion memberikan senyuman manis pada tuannya dan menghilang.
“Lion k*****t ganggu aja,” gerutunya kembali meletakkan buku di meja.
“Bos!”
Bugh!
Pria itu menggeram ketika buku yang ia lemparkan tidak mengenai Lion, justru terpantul pada pintu yang sudah tertutup rapat.
“Lion sialan!!” geramnya.