Part 2

888 Words
Beberapa tahun kemudian... "Good morning baby." Kevin membangunkan Alin dengan kecupan di keningnya. "Eeeng Kev lo datang kapan? Bukannya besok? Iih sukanya kasih kejutan deh," "Baru aja baby turun dari pesawat langsung menemui lo. Gue kangen sama lo Alin." Kevin menyentuh wajah Alin. Alin tersenyum dengan semua perlakuan lembut Kevin. "Ayo mandi, hari gue mau nganterin tunangan gue yang malas ini kuliah,"  "Gendong, gue males jalan." Alin berkata manja pada Kevin. "Sepertinya tanpa gue lo ga bisa melakukan apapun deh, dasar gadis manja." Kevin menyubit hidung Alin yang mancung. "Ada satu hal yang gue bisa lakukan tanpa lo." "Apa itu?" "Mandi hahaha." Alin tertawa sambil berlari ke kamar mandi. Kevin melihat kelakuan Alin juga ikut tertawa bagi Kevin bisa melihat Alin tertawa bahagia seperti sekarang dia sudah sangat bersyukur. Alin dan Kevin sudah bertunangan setahun yang lalu di Jakarta. Kevin anak salah satu sahabat Lucy dan Lucy sengaja menjodohkan Kevin dan Alin. Kevin teringat saat mereja pertama kali bertemu di salah satu restoran di Jakarta 4 tahun yang lalu. Flashback "Eeh jeng cakep pisan anakmu. Cocok ini sama Alina," ujar Lucy bertemu dengan Cory ibu Kevin. "Aduuh jeng terima kasih, Alina juga cantik banget. Kayaknya memang cocok dengan Kevin." Cory bersemangat menjodohkan anaknya Kevin dengan Alina. Saat pertemuan pun tiba... Kevin dan Cory menunggu Lucy dan Alina di salah satu restoran mewah di daerah Jakarta. Kevin terpanah saat pertama kali melihat Alina, seorang gadis blasteran dengan wajah sempurna mampu membuat Kevin ingin memiliki gadis tersebut. Lucy dan Cory memperkenalkan Kevin dan Alina. Kevin tak percaya melihat tingkah Alina yang sama sekali tak tergoda saat melihatnya, biasanya banyak wanita yang langsung cari perhatian dan menggoda Kevin tapi ini berbeda. Alina hanya diam dengan tatapan kosong, hanya menjawab seperlunya saja. Alina seperti hanya raga nya saja disini tapi jiwa dan pikirannya berada entah dimana. Acara pertemuan perjodohan Alina dan Kevin berjalan dengan baik, tak ada penolakan yang dari Kevin dan Alina. Pertemuan kedua hanya ada Alina dan Kevin di salah satu kafe mewah. "Alina kamu mau makan apa?" tanya Kevin. "Sama aja dengan yang lo pesan," jawab Alina. Kevin menghela napasnya dia merasa Alina sama sekali tak tertarik padanya terlihat dari bahasa Alina yang berbicara padanya dengan gaya bahasa yang berbeda padanya. "Alina jika lo ga menginginkan perjodohan ini katakan saja. Jika lo ga enak menolak ntar gue yang bilang ke nyokap dan tante Lucy kalau gue ga mau perjodohan ini jadinya lo aman ga akan dimarahi," ujar Kevin dengan serius pada Alina. Alin tertegun Kevin bukan pria egois dan suka memaksa kehendaknya seperti Thomas. "Panggil gue Alin. Yaa gue keberatan dengan perjodohan ini, bukannya gue ga suka sama lo tapi maaf udah ada yang gue cintai," jawab Alin secara terus terang tanpa basa basi. "Wow lo terus terang banget ya tanpa basa basi, gue suka sama sifat lo yang begini, lo itu menarik," jawab Kevin. "Hehe terima kasih tapi maaf banget yaa. Ooh iya gue mau pergi dulu, Ini nomor gue kalo lo butuh gue tinggal calling or whatsup gue aja, gue cabut dulu ada urusan yang mau gue urus dulu,"  jawab Alin lalu beranjak pergi meninggal Kevin tak percaya Alin meninggalkan dia sendirian di kafe tersebut. Kevin melihat kepergian Alin dengan tatapan ingin memiliki baru kali ini dia bertemu dengan wanita yang tertarik padanya padahal begitu banyak wanita yang mengharapkan cinta Kevin. 3 tahun kemudian... Selama 3 tahun Kevin pindah ke London untuk menjadi direktur di salah satu hotel cabang London. Hidup Kevin terasa biasa saja, gonta ganti pasangan sudah biasa dalam kehidupan Kevin seperti sekarang dia memilih menghabiskan waktunya bersenang dengan teman temannya di salah club. Disaat dia sedang menikmati musik dan minum minuman beralkohol tiba tiba datang seorang wanita yang berjalan terhuyung - huyung sambil memegang kepalanya. Wanita itu terjatuh dan terduduk dipangkuan Kevin. "Ma..maaf gue ga sengaja," "Alin? Lo Alina Davidson kan?"  Alin menengadahkan kepalanya ke sumber suara yang menanggilnya. "Lo Kevin Willis kan? "Iya gue Kevin. Lo kenapa disini? lo mabuk yaa?" Kevin mendekatkan wajahnya di bibir Alin. Alin terperangah saat wajahnya begitu dekat dengan Kevin, Kevin sangat tampan saat Alin melihat dari dekat.  "Hei ngapain lo nempel nempel sama Kevin," teriak seorang wanita yang sedang mendekati Kevin dan duduk disamping Kevin. "Aakh berisik lo!! diam nenek lampir dia itu tunangan gue," balas Alin tak mau kalah.  Kevin melihat Alin tak percaya mendengar Alin berkata dia tunangannya setelah 3 tahun lalu Alin menolaknya. Kevin tak bisa mempercayai Alin bisa semudah itu mengucapkan kata kata itu dengan gampangnya. "Halah paling lo bohong, modus banget sih lo di pangku sama Kevin, minggir lo," teriak wanita itu tak kalah keras. "Kev kepala gue pusing," rengek Alin manja pada kevin. Kevin menggendong Alin di dalam dekapannya dan membawa Alin masuk ke dalam mobilnya. Flashback Off "Hayoo melamun aja sih Kev, melamun hal jorok yaa." Alin mengagetkan Kevin dan memeluknya dari belakang. "Iya hal jorok bersama mu baby," ujar Kevin menggoda Alin. "Iiih jangan gito dong aku kan masih dibawah umur," teriak kecil Alin dengan suara yang dibuat buat. "Dibawah umur yaa." Kevin mendekatkan bibirnya pada bibir Alin, mengecupnya kecupan kecil berubah menjadi ciuman mesra.  Dalam perjalanan ke kampus Alin dan Kevin mampir terlebih dulu ke salah satu kafe untuk sarapan. Saat Alin dan Kevin saling bercanda tiba tiba Alin melihat seoarang pria yang dia kenal, jantung Alin berdetak lebih cepat.  "Thomas," ujar Alin pelan. Alin melihat Thomas terus melihat Thomas yang sedang menunggu pintu lift dibuka sampai tak berkedip. Air mata tak terasa jatuh di pipinya saat melihat Thomas. Kevin penasaran dengan apa yang dilihat Alin dan melihat arah pandangan mata Alin tapi Kevin tak melihat apapun hanya pintu lift yang kosong.  *•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD