3 - The Monster of The Sea

1501 Words
            Selena memandang Grissham dengan risau, “Bagaimana ini ? Mereka yang sering di sini saja tidak tahu kapal itu. Kemana kita harus mencari ?” “Ayo kita telusuri pelabuhan ini. Nampaknya kita bisa terlambat jika seperti ini.” Grissham kemudian menyeret kopernya lebih cepat karena ia mulai berlari.             Mereka berdua menyusuri pelabuhan itu dan mencari kapal yang dimaksudkan panitia The Gamers. Keringat sudah mulai bercucuran saat mereka terus berlari mencari nama itu. Hampir sepanjang pelabuhan itu sudah mereka telusuri tapi mereka masih belum bisa menemukan kapal yang dimaksud. Keduanya mulai terengah-engah dan Selena menatap jam tangannya dengan sedikit panik. Hampir jam 4 dan mereka masih belum bisa menemukan kapal itu.             Mata Grissham tiba-tiba menemukan sebuah kapal yang ditambatkan di ujung pelabuhan. Letaknya paling terpisah dengan kapal-kapal lainnya dan bahkan jika mereka tidak menoleh ke sana, mereka tidak akan tahu ada kapal lain di tempat itu. Berbeda dengan kapal-kapal yang ada di pelabuhan yang berwarna putih, kapal itu dicat hitam dengan tulisan merah yang tidak bisa mereka lihat dari kejauhan. Grissham memberi tanda pada Selena untuk berlari ke sana memeriksa kapal itu.             Ternyata memang benar. Kapal hitam kecil itu bertuliskan The Monster of the Sea. Karena tulisannya merah tua, mereka hampir saja tidak bisa membacanya. Tidak ada awak kapal yang menunggu di depan kapal hingga keduanya memutuskan untuk langsung naik ke kapal itu.             Keduanya memandang bingung pada kapal yang sepi itu. Tidak ada yang berlalu lalang di dek kapal sama sekali. Selena membuka pintu kabin dan sebuah suara terdengar. “Kalian hampir saja terlambat sebentar lagi.” sebuah suara membuat mereka memandang ke dalam kabin kecil itu.             Ada tiga orang pria yang duduk di kursi-kursi kabin dengan jarak berjauhan. Mereka bisa menebak bahwa ketiga pria itu pastilah lolos tes The Gamers juga. Pria yang menegur mereka tadi cukup tinggi dan tubuhnya atletis. Rambutnya pirang dengan mata hijau yang memikat. Perawakannya memang tampan tapi ia terkesan playboy.             Lelaki itu menghampiri Selena dan Grissham yang berdiri mematung. Ia mengulurkan tangan untuk menyalami mereka. “Kupikir tidak ada wanita dalam permainan ini. Untungnya pihak The Gamers masih memikirkan kebutuhan pria.” ia mengedip pada mereka hingga membuat Selena mengernyit jijik padanya. Grissham pun tidak membalas uluran tangannya.             Pria itu mengangguk kecewa melihat tangannya tidak disambut oleh kedua gadis itu. “Aku Ian Hevensky. Siapa nama kalian, ladies ?” “Selena Walter.” jawab Selena singkat dan ia langsung berjalan melewati Ian begitu saja. Ia menarik salah satu kursi dan duduk di sana. Kakinya pegal berlari-lari mencari kapal ini. “Grissham Verdinand.” Grissham pun langsung mengikuti Selena dan duduk di samping gadis itu. Ian kembali merasa diacuhkan dan ia pun menghela napas untuk duduk di tempatnya kembali.             Selena mengerling pria yang duduk berjarak tiga kursi darinya. Lelaki itu memakai kacamata dengan rambut cepak berwarna hitam. Ia lebih terlihat seperti seorang geek karena sibuk mengetik di laptopnya. Selena hanya memperhatikannya dan pria itu sadar bahwa ia sedang diperhatikan hingga ia menoleh dari laptopnya dan memandang Selena. “Warren Xavier.” ia mengangguk sekilas pada Selena yang tersenyum padanya. “Kau orang Perancis ?” tanya Selena. “Campuran. Ibuku kelahiran Perancis.” jawab Warren yang sepertinya tidak terlalu suka berbicara. Ia kembali memandang laptopnya dan Selena mengerti ia tidak ingin diganggu.             Selena kembali memandang lelaki lain yang duduk di samping jendela bundar sambil memandang ke laut. Pria itu menghela napas panjang sebelum berpaling dari jendela dan bertemu mata dengan Selena. Gadis itu tersenyum padanya yang dibalas dengan anggukan oleh lelaki berambut cokelat itu. Raut wajahnya terlihat sedih. “Halo. Namaku Selena Walter.” Selena menatap wajah yang terlihat depresi itu. “Thomas Hemmington.” jawabnya dengan suara yang halus. Ia kembali memandang jendela dan Selena mengangkat sebelah alisnya. Nampaknya kedua pria ini sibuk dengan dunia mereka sendiri.             Sementara itu, Ian mulai duduk di samping Grissham dan nampaknya berusaha merayu gadis itu. Grissham terlihat jengah dengan kehadirannya dan langsung mendelik ke arahnya. “Menyingkirlah dariku ! Aku tidak ingin diganggu.” kata Grissham dengan sebal. Ian menggerutu melihat penolakan seperti itu. Ia kemudian mengerling pada Selena yang nampaknya sadar ditatap seperti itu walaupun ia tidak menoleh dari ponselnya. “Jangan menatapku. Aku juga tidak ingin diganggu. Urus saja urusanmu sendiri.” kata Selena sebelum Ian sempat berkata apa-apa. Pria itu mendengus kesal melihat penolakan kedua ini.             Selena menyimpan ponselnya ketika kapal perlahan mulai bergetar. Sepertinya mereka mulai berangkat menuju pulau The Gamers. Selena menoleh pada Grissham dan berbicara pelan pada gadis itu, “Aku tidak melihat panitia The Gamers di sini. Kenapa cuma kita saja yang ada dalam kabin ini ? Bahkan tidak ada juru kamera untuk menayangkan acara ini.” “The Gamers tidak pernah ditayangkan di televisi, Selena. Apa kau tidak tahu ? Mereka hanya akan mengumumkan audisi dan pemenang melalui selebaran. Yah, walaupun belum ada pengumuman pemenang sampai sejauh ini sih.” jawab Grissham. “Yah, tapi aku juga penasaran kenapa tidak ada satu pun orang dari The Gamers yang menyambut kita ?” Grissham mengernyit dan mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan kabin.             Sebelum Selena sempat menjawab, pengeras suara yang ada di dalam kabin berbunyi hingga semua orang memandang ke sana.             “Selamat datang para peserta The Gamers ! Kami ucapkan selamat kepada kalian yang berhasil lolos tes dan akhirnya bisa duduk di kapal ini ! Saya akan menjelaskan beberapa peraturan menjelang sampai ke pulau. Pertama, ponsel dan semua alat komunikasi akan disita sampai permainan berakhir yaitu 6 bulan kemudian. Tidak ada jaringan internet atau apapun hingga kalian akan benar-benar dikarantina. Kedua, selama permainan berlangsung, semua akses keluar dan masuk dari pulau akan ditutup. Ketiga, permainan ini diawasi oleh CCTV tersembunyi yang ada di setiap bagian rumah.” suara yang terdengar seperti dimanipulasi itu membuat semua orang meneguk ludah. Mereka akan merasakan hidup seperti penjara.             “Seperti yang kalian ketahui, tujuan dari permainan ini adalah dengan menemukan cincin batu rubi peninggalan keluarga Tramonde yang tersembunyi di pulau pribadi milik keluarga Tramonde. Pulau itulah yang akan menjadi tempat tinggal sementara kalian. Jika kalian berhasil menemukan cincin itu, kalian bisa meletakkannya di kamar tidur utama kepala keluarga Tramonde. Ada CCTV khusus yang akan merekam siapa yang masuk ke dalam kamar itu sehingga kami bisa tahu siapa yang menemukan cincin itu. Ingat, ruang lingkup pencarian TIDAK TERBATAS. Tentu saja masih dalam area pulau Tramonde.” pengeras suara itu terdengar sangat serius hingga membuat mereka berlima memfokuskan diri pada keterangan yang disampaikannya.             “Bentuk cincin dan petunjuk terakhir sebelum menghilangnya cincin itu akan diberikan saat kalian sampai di pulau nanti. Selamat menikmati perjalanan~” terdengar melodi ringan sebelum pengeras suara itu diam kembali.             Selena dan Grissham saling berpandangan dengan tegang. Bahkan kedua pria yang dari tadi sibuk dengan dunianya sendiri pun memasang ekspresi serius mendengar pengumuman tadi. Ian terlihat santai saja dan mungkin hanya dialah satu-satunya peserta yang terlalu menganggap masalah ini sepele. “Aku akan melihat sekeliling kapal ini. Kau mau ikut Griss ?” Selena berdiri dari kursinya dan menuju pintu keluar kabin. “Tidak. Kau saja Selena. Aku ingin tidur sebentar... rasanya karena terlalu tegang mengikuti acara ini, aku sampai kurang tidur.” jawabnya sambil menguap. “Oh, baiklah.” Selena keluar dari ruangan kecil itu dan angin laut langsung menerpanya.             Tidak ada awak kapal yang biasanya berkeliaran di dek kapal. Selena menyusuri kapal kecil itu untuk mencari ruangan lainnya. Sebuah pintu dengan kaca bundar membuat perhatian Selena teralih. Ia mendekati pintu itu dan melihat tanda 'Ruang Kemudi' di atas pintu. Setidaknya nahkoda kapal masih ada... aku heran siapa yang menyediakan semua keperluan kapal ini jika tidak ada awak dan hanya mengandalkan si kapten ??? kernyit Selena dan ia mengintip kaca bundar itu untuk melihat bagaimana rupa si kapten kapal.             DEG ! Tidak ada siapapun di dalam ruangan itu ! Selena membelalak untuk memastikan benar-benar tidak ada seseorang pun di sana. Ia melirik kemudi kapal yang bergoyang-goyang sendiri ! Selena benar-benar terkejut dan bukannya lari menjauh dari sana, ia malah berusaha membuka pintu yang terkunci itu. “Mungkin saja itu sistem auto-pilot.” sebuah suara mengagetkan Selena dan ia langsung berbalik ke belakang. Warren berdiri tepat di belakangnya dan terlihat tidak terkejut sama sekali. “Sedang apa kau di sini ???” Selena masih berusaha menenangkan jantungnya yang berdegup kencang. “Melihat-lihat sekeliling kapal. Tidak ada jaringan internet di laut lepas begini hingga aku tidak bisa melanjutkan pencarianku.” jawabnya ringan dan ia berbalik meninggalkan gadis itu menuju bagian kapal lainnya. Selena tanpa sadar mengikutinya. “Tapi, siapa yang menekan fungsi auto-pilot itu jika tidak ada satu orang pun di kapal ini ???” Selena tidak bisa menyembunyikan pertanyaan yang menghantuinya dari tadi setelah melihat kemudi kapal itu. “Mungkin sebelum berangkat ? Atau bisa saja dikendalikan dengan remote dari jarak jauh ? Teknologi sekarang sangat canggih, Miss Walter. Ruangan itu dikunci hanya agar kita tidak mengutak-atik tombol apapun yang akan mengacaukan sistemnya. Kau tidak mau 'kan kita berakhir di lautan lepas dan menjadi mangsa ikan hiu hanya karena keisengan semata ?” Warren berbalik memandangnya dan berkacak pinggang. Barulah Selena dapat melihat pria itu cukup tinggi dan tubuhnya sangat atletis. Padahal gadis itu berpikir pria geek seperti Warren mungkin tidak berolahraga sama sekali tapi tidak disangka otot-otot tangannya sangat kekar dan padat. “Panggil saja aku Selena. Kita akan hidup bersama selama 6 bulan 'kan ?” Selena tersenyum ramah padanya. Ketakutannya sudah hilang semua. “Kalau begitu kau bisa memanggilku Warren.” balas pria itu tanpa menyunggingkan sedikit senyum pun. Nampaknya ia tidak termasuk tipikal yang suka beramah tamah.              
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD