bc

MARIA

book_age16+
21
FOLLOW
1K
READ
tragedy
mystery
demon
detective
male lead
horror
like
intro-logo
Blurb

{ DALAM PENGAJUAN KONTRAK }

Kekasihnya menghilang. Ditambah tiga mayat ditemukan secara beruntun di dalam sumur tua. Dapatkah Rudy memecahkan misteri pembunuhan berantai di desanya? Dan benarkah Maria kekasihnya menghilang karena tragedi ini?

chap-preview
Free preview
PROLOG
======   Seorang wanita tua dengan cucunya yang masih berusia kurang lebih enam belas tahun itu, tampak menenteng keranjang berisi pakaian menuju sumur tua. Keduanya naik ke atas undakan sebelum akhirnya masuk ke area di sekitar sumur yang biasa digunakan para warga untuk mencuci pakaian.     Sumur tua tersebut dulunya milik salah satu warga yang kini rumahnya telah dibongkar hingga menyisakan sumurnya saja. Airnya yang jernih membuat beberapa warga yang tak memiliki sumur cukup terbantu dengan adanya sumur tua tersebut. Termasuk seorang lansia dan cucunya yang setiap harinya rutin mengambil air di sana mengingat mereka belum atau mungkin tidak punya cukup uang untuk membuat sumur mereka sendiri.     Sang nenek yang terlihat sudah membungkuk, nyatanya tenaganya cukup kuat untuk menimba air yang kedalamannya nyaris lebih sepuluh meter itu. Sang cucu sendiri memilih untuk mulai memisahkan pakaian berdasarkan warnanya. Ia teringat terakhir kali mencuci semua pakaian dan merendamnya secara bersamaan, kain batik neneknya yang mudah luntur mengenai sebagian seragam sekolahnya yang berwarna putih. Dia tak bisa berdebat dengan sang nenek apalagi meminta uang untuk membeli seragam yang baru. Kerena itulah dia memilih untuk sering mencucinya berharap warna luntur dipakaiannya akan segera pudar. Walaupun pada akhirnya itu tak bekerja dengan baik. Seragamnya malah semakin menipis karena terlalu kerasnya ia menyikat.   “Nek..besok aku ikut buk Tini yah ke sawah pak Basuki.”   Sang nenek berhasil menimba satu ember yang kemudian ia tuang ke dalam ember berisikan pakaian berwarna.   “Ngapain ke sana?” tanya sang nenek sambil menurunkan kembali ember timbanya ke dalam sumur.   “Ya kerja nek. Cari uang buat beli seragam baru.”   “Kamu itu yah, nurut kata nenek. Belajar yang rajin. Nggak usah kerja-kerja nyari uang. Nenek masih bisa kasih kamu uang.”   Sang cucu mencebik. Dengan setengah malas ia mulai menyabuni seragamnya sambil menyiramkan air yang neneknya ambil tadi.   “Isah kan juga mau bantuin nenek. Isah juga nggak mau kerja kalau nggak terpaksa, Nek. Nunggu uang dari jualan singkong nggak mungkin kekumpul buat beli seragam sama sepatu. Untuk makan kita saja masih kurang.”   Isah masih menggerutu. Ia masih berusaha membujuk sang nenek untuk mengijinkannya bekerja. Tapi si nenek juga sama kerasnya seperti dirinya. Ia masih bersikeras bahwa masih mampu kasih uang. Isah hanya kasihan melihat neneknya bekerja untuk dirinya.   “Nggak usah. Nenek punya uang. Kamu pakai buat beli seragam baru besok,” ujar si nenek sambil mengeluarkan dompet kain dari balik kain kembennya setelah berhasil mengambil satu ember lagi dari dalam sumur.   Isah menerima uang lima ribuan yang ia tatap dengan penuh perasaan. Perasaan bersalah karena terus menerima uang pemberian dari neneknya yang sudah renta. Sang nenek tersenyum kecil lalu mengisi ember besar dengan air yang baru ia ambil. Tapi kemudian, Isah mengeryit melihat air tersebut berubah warna menjadi kemerahan.   “Nek..kok airnya berwarna merah?”   Sang nenek masih sibuk menarik tali timbanya, “Mungkin kelunturan kain merah nenek.”   “Bau amis nek –“ sambung Isah yang kemudian membuang air tersebut. Isah yakin tak ada kain merah yang dimaksud si nenek itu.   Ketika timba si nenek berhasil mencapai permukaan, beliau pun ikut mengeryit. Karena apa yang dikatakan Isah cucunya benar adanya.   “Iya nduk. Airnya merah. Kenapa yah?”   Si nenek mencoba melihat ke bawah yang tentunya tak tampak baginya. Isah kemudian ikut melihat ke dalam sumur yang gelap tersebut. Kemudian samar-samar Isah melihat sesuatu yang ganjil. Ia mendekatkan kepalanya ke permukaan sumur untuk melihat bayangan yang ia lihat tadi. Dan benar saja, Isah langsung mundur begitu cahaya matahari sedikit masuk ke dalam sumur. Seketika Isah terjatuh sambil menunjuk ke dalam sumur. Si nenek pun terkejut dan langsung membantu cucunya untuk bangun.   “Ada apa Isah?”   “Orang nek..ada orang di dalam sana!”   “Nggak mungkin nduk. Kamu pasti salah lihat,” ujar si nenek masih tak percaya.   Sama seperti cucunya, ia juga sebenarnya tak ingin percaya. Tapi apa yang dilihatnya adalah kebenarannya.   “Itu mayat nek! Isah nggak salah lihat!”   .   .   Bersambung    

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

JIN PENGHUNI RUMAH KOSONG LEBIH PERKASA DARI SUAMIKU

read
4.2K
bc

Marriage Aggreement

read
81.3K
bc

Menantu Dewa Naga

read
177.4K
bc

Di Balik Topeng Pria Miskin

read
861.1K
bc

Scandal Para Ipar

read
694.6K
bc

Pulau Bertatahkan Hasrat

read
625.5K
bc

TERPERANGKAP DENDAM MASA LALU

read
5.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook