bc

Storm Rider, Opal Edition

book_age18+
361
FOLLOW
5.8K
READ
murder
revenge
kidnap
counterattack
brave
bxg
first love
whodunnit
special ability
crime
like
intro-logo
Blurb

"Aku mencintai Abang Ojan dan Mas Mailku, kamu bukan kriteriaku," suara dingin terdengar.

Naufal tersenyum manis.

"Aku tidak mengakui cintaku pada Lia kecil, tapi aku mengakui cinta pada Ariella adik sepupuku yang manis."

....

"Didi mana? Mana Didi?!"

"Ada apa?"

"Akad nikah terancam batal! Lia kecil yang keluar! Sialan! Tunanganku tertidur!"

"Anwar! Aku pinjam istrimu Didi!"

...

Brugh!

Krek!

Dor dor dor!

Bom!

"Sialan! Berani menyentuh istriku Ariella? Cari mati!"

Tetetetetet!

Bom!

"Tidak ada yang boleh menyentuh istriku Ariella!"

...

"Aril."

"Aku Lolly." Suara tanpa ekspresi terdengar.

Slep.

Pisau menyayat d**a Naufal.

"Ahk!" darah menyembur dari d**a pria 30 tahun itu.

.....

chap-preview
Free preview
Chapter 1
Jakarta, lima belas tahun yang lalu. "Miki, siapkan mobil, aku ingin latihan menembak." Suara perintah seorang gadis berusia sembilan tahun lebih terdengar dengan nada serius. "Baik, Nona Lia," sahut seorang wanita paruh baya yang dipanggil Miki. Umur Miki saat ini adalah 54 tahun.  Miki memberi perintah pada bawahan untuk segera menyiapkan mobil. Perintah dari nona Lia ini tidak boleh ditunda apalagi diabaikan, sebab jika ditunda atau diabaikan, hal buruk akan terjadi. Bisa saja mereka diberi hukuman atau dipecat dari pekerjaan mereka saat ini. Nona muda Lia ini mempunyai kekuatan yang diberikan oleh kakek buyutnya–Tuan Besar Nabhan untuk memberi perintah pada semua bawahan Nabhan tanpa terkecuali. Kasih sayang dari Tuan Besar Nabhan sangat kuat untuk nona muda Lia. Lia kecil berjalan ke arah taman belakang, di sana dia melihat dua manusia tua atau lebih tepatnya pasangan lansia yang kini telah berusia lebih dari 1 abad dan 90 tahun sedang asik mencari makanan di tempat sampah. Lia kecil berjalan ke arah sang nenek buyut. Senyum manis ditampakkan oleh gadis yang beberapa bulan lagi akan berusia 10 tahun itu. "Nenek Lia, Lia kecil ingin pergi latihan. Jadi untuk hari ini maafkan Lia kecik yah Nenek Lia karena Lia kecil tidak bisa menemani Nenek Lia mencari makan siang di tempat sampah." Wajah Lia kecil terlihat agak sedih. Ya, sedih. Bagi Lia kecil, sang nenek yang bernama Lia atau biasa dibedakan menjadi Lia besar itu adalah belahan jiwanya setelah dia mengidap kepribadian ganda enam tahun lalu. Lia besar atau lebih tepatnya sang nenek buyut melirik ke arah Lia kecil setelah dia meraih sebuah 'roti sisa' yang masih hangat dari tempat sampah. "Oh, diriku yang kecil, tak apa. Pergilah, ada suamiku yang akan menemaniku di sini untuk mencari makan siang," balas Lia besar, suaranya terdengar bergetar tua. Lia kecil tersenyum. "Baiklah, Nenek Lia."  Lia kecil menoleh ke arah sang kakek buyut yang sedang memegang tempat sampah agar sang istri lebih leluasa mengobrak-abrik tempat sampah yang telah disediakan oleh dia. "Kakek Agri, Lia Kecil akan pergi latihan menembak. Lia kecil harus menjadi lebih kuat agar bisa melindungi Nenek Lia," ujar Lia kecil serius. Agri Arelian Nabhan –pria yang kini berusia lebih dari 1 abad itu mengangguk. "Ya. Jadilah kuat."  Dia sangat menyayangi cicitnya yang ini. Sebab, cicitnya yang ini sangat dekat dengan sang istri. Lia kecil tersenyum, dia mengecup pipi nenek dan kakek buyutnya lalu pergi meninggalkan dua insan tua itu melanjutkan aktivitas yang telah mereka jalani sehari-sahari, mengais 'sampah makanan' di tempat sampah gadungan. °°° Di waktu yang sama di kediaman Basri. "Tuan Opal, mobil untuk ke rumah paman Anda telah siap," ujar seorang bodyguard. "Ya. Aku naik sekarang," sahut seorang remaja laki-laki, usianya beberapa bulan lagi akan menjadi 14 tahun. Remaja itu adalah Naufal Mochtar Basri, cucu laki-laki dari penguasa Basri saat ini. Naufal atau yang biasa disapa Opal itu berjalan menaiki mobil. Ada satu mobil di belakangnya, itu adalah mobil yang dinaiki oleh bodyguard yang bertugas melindunginya dari bahaya. °°° Dor dor dor! "Sangat bagus, Nona. Tepat sasaran," puji Miki. Lia kecil yang sedang fokus menembak ke arah target itu hanya diam dan menatap dingin pada target, seakan target itu adalah musuh sebenarnya. Para bodyguard dan bawahan Nabhan hanya bisa menyembunyikan ringisan ngeri. Nona muda mereka ini terlihat sangat ganas. Jari telunjuk Lia kecil menekan lagi pelatuk dari senjata. Dor dor dor! Tepat sasaran. Semua bidikan dari Lia kecil atau gadis yang bernama Ariella Achtiana Rousseau itu selalu mengenai titik fatal dari target. Seakan belum puas, dua telapak Lia kecil menengadah ke arah dua orang bodyguard yang bertugas memegang pistol di kedua sisi belakangnya. Seakan mengerti, dua bodyguard itu dengan sigap mengambil pistol tadi yang digunakan Lia kecil lalu memberikan pistol baru ke tangan kanan dan kiri Lia kecil  Lia kecil mengaktifkan pemicu lalu mulai menembak ke arah titik-titik lima target yang telah disediakan. Dor dor dor dor dor dor dor dor! Para bodyguard hanya bisa melongo dan menggelengkan kepala mereka, mereka seakan tak percaya bahwa kemampuan tembak dari nona muda yang berumur 9 tahun ini sangat bagus. Setelah berkutat dengan latihannya selama sembilan jam, Lia kecil memutuskan untuk menyudahi acara latihan menembak. Dia menghabiskan peluru sisa di dua senjata yang dipegang lalu memberikan dua senjata yang telah kosong amunisi itu ke arah dua bodyguard. "Pulang." Singkat padat dan jelas tanpa embel-embel Lia kecil ucapkan pada Miki tanpa melihat ke arah Miki. "Baik, Nona," sahut Miki. Lia kecil keluar dari gedung pelatihan milik Nabhan lalu memasuki mobil dan duduk di jok penumpang belakang, tak lama kemudian Miki juga ikut naik dan duduk di samping sang nona muda. °°° "Opal, Mama dan Papaku ada perjalanan bisnis, tidak pulang malam ini, kita jalan - jalan, yuk." Ajak Jonathan, teman baik Naufal. Naufal berpikir, ayah dan ibunya juga tidak ada. Orangtuanya juga pergi ke pertemuan bisnis. "Ok. Naik mobilku saja, nanti pas pulang diantarkan bodyguard ke rumahmu." "Ok, sebentar, aku bilang Mang Sarno dulu," ujar Jonathan. Jonathan berjalan ke arah Sarno yang merupakan supir, dia berbicara sebentar lalu berjalan kembali ke arah Naufal. "Kita ke mana?" tanya Jonathan. "Jalan - jalan ke mal saja, enak," jawab Naufal. "Ok." Jonathan memberikan tanda isyarat 'ok' pada sang teman. Dua remaja itu naik mobil bersama dan diikuti oleh mobil bodyguard milik Basri dari belakang. Setelah Naufal puas bermain di rumah gadis sang nenek, dia dan teman baiknya ingin jalan-jalan ke mal yang buka selama 24 jam. °°° Pada saat yang sama. "Miki." "Ya, Nona Lia kecil?" Miki menyahut. "Aku ingin jalan - jalan sebentar di mal, membosankan setelah latihan hari ini." "Baik." Miki yang duduk di samping sang nona muda itu mengangguk mengerti. Sekarang dia telah pahami siapa sebenarnya nona mudanya ini. Berdarah Rousseau, bermarga Farikin, namun merupakan nona muda Nabhan. Kartu identitas berbeda.  Miki paling takut jika kepribadian kedua Lia kecil keluar. Sangat ganas. Bodyguard merubah arah haluan jalan pulang ke rumah ke tempat mal terdekat sekaligus mal yang buka selama 24 jam. °°° Setelah jalan - jalan satu jam, Naufal dan Jonathan merasa lapar. Mereka makan di restoran cepat saji. Mereka tak dapat menahan lapar lagi. "Wah! Pizza enak!" Naufal terlihat senang saat Pizza hangat disajikan. Dia menyeruput minuman bersoda dan hendak menggigit pizza. "Wah, kejunya meleleh." Naufal mengunyah senang. Setelah hampir setengah pizza telah dimakan oleh Naufal, ada pelayan restoran cepat saji yang membawakan hidangan lain. "Ini makanan Anda," ujar pelayan itu. Naufal yang sedang mengunyah pizza itu berhenti. Bule. Pintar bahasa Indonesia. Dia mengerutkan keningnya. "Kami hanya memesan-Jon tunduk!" Sret! Dor! "Aku ingin makan pizza dan minum soda." Lia kecil berjalan memasuki restoran cepat saji. "Senangnya, ini mal buka dua puluh empat jam." Lia kecil berjalan penuh semangat. Miki yang berada di belakang sang nona muda hanya mengangguk. Sret! Dor! Naufal menendang kursi yang diduduki oleh Jonathan agar menjauh dari moncong peluru setelah itu dia menunduk ke bawah kolong meja. Sayang sekali, justru peluru dari orang yang tak mereka kenal itu menghujani meja. Dor! Dor! Dor! "Aakh!" Naufal menjerit sakit setelah dua buah peluru meleset melukai paha dan lengan kiri atas. Peluru itu menembus sisi paha kiri luar. Beruntung tidak menembus organ vitalnya. "Nona Lia! Menunduk!" Miki hendak menarik keluar Lia kecil dari pintu masuk, namun sayang sekali ada dua orang mengeluarkan senjata tepat di pintu masuk ke arah mereka. Bukan, bukan ke arah mereka tapi ke arah seorang remaja yang berada di bawah kolong meja. Kolong meja .... Mata Miki membulat. Itu tuan muda Basri! Dua bodyguard Basri mendekat. Dor! "Bsuk!" darah segar keluar dari mulut bodyguard Basri. Ternyata ada orang lain yang bersembunyi di tempat lain yang mengintai. Sang bodyguard Basri memuntahkan darah segar lalu tak lama kemudian mati. Salah seorang teman bodyguard menarik temannya. Peluru membolongi jantung sang teman. Dua orang bodyguard Basri yang lain melepaskan tembakan ke arah orang yang tadi menembak rekan mereka. Sedangkan yang lain menembak ke arah musuh yang tadi menembak ke arah Naufal. Dor! Dor! Saling sahut - menyahut tembakan. "Aaaahh!" "Aaakk!" "Tolong!" "Lari!" "Lari!" "Aaahh!" Teriakan panik dari pengunjung mal. Orang - orang lari kucar - kacir. Naufal berusaha untuk keluar dari suasana berbahaya ini, dia beruntung tak ada peluru yang menembus kepalanya. Sedangkan Jonathan yang tertendang itu berusaha menarik keluar sang teman dari bahaya. Dia menarik Naufal, apa pun yang terjadi, dia tak akan mau meninggalkan Naufal. Setelah peristiwa hampir enam tahun lalu dan pertemanan mereka, dia tak bisa meninggalkan begitu saja sang teman. Sret. Jonathan menarik tangan kanan Naufal, sedangkan musuh menembak ke arah kolong meja. Dor! Dor! Tepat sekali tarikan Jonathan. Setelah menarik keluar Naufal, Jonathan melemparkan kursi ke arah musuh itu. Brak! "Bocah sial!" Musuh lengah. Naufal melompat ke arah musuh. Bugh! "Akh!" Satu tendangan mendarat di telinga kiri musuh itu. Telinga pria itu berdengung sakit. Seakan hampir tuli. Meskipun paha kiri Naufal berdarah, namun dia masih kuat. Latihan yang dia dapatkan dari sang kakek, dia tak pernah lupa. Musuh terjatuh. Saat Naufal hendak merebut pistol, dia tidak sadar, dua buah moncong pistol dari seseorang diarahkan ke arahnya. Dor! Dor! Sret! "Opal tunduk!" Jonathan berteriak. Peluru meleset menyentuh daun telinga kanan Naufal. Tubuh Naufal membeku untuk sesaat. Meleset. Hanya meleset. Beruntung peluru itu meleset. Jika tidak, kepala belakangnya pasti ditembus oleh peluru yang lewat tadi. Naufal berbalik. Dor!  "Bsuk!" mati. Pria yang mengarahkan peluru ke arah Naufal tadi mati seketika setelah sebuah peluru membolongi jantungnya, darah segar menyembur keluar dari mulutnya. Hal ini bukan hanya membuat Naufal terkaget, tetapi lebih terkaget lagi. Dia tidak menyangka bahwa yang menembak musuh itu adalah .... Ariella .... Sepupunya. "Tunduk!" perintah Lia kecil. Naufal menunduk dan .... Set. Peluru dari arah kanan meleset menuju ke arah Lia kecil. Dengan berani Lia kecil hanya menghindar membiarkan peluru itu berlalu menembus pintu kaca restoran. Di depan pintu kaca, dua orang yang tadi mengeluarkan pistol ke arah Naufal telah mati bersimbah darah. Miki lebih dulu mengirim mereka ke neraka VIP dengan perawatan khusus. Naufal menunduk, dia mengambil senjata musuh yang mati ditembak oleh Lia kecil lalu mengarahkannya ke arah orang yang menembaknya dari arah kanan. Dor! Dor! Mati. Satu tembakan dari Naufal plus satu tembakan dari Lia kecil mendarat bersamaan di tubuh pria itu. Naufal merayap. Dia menarik Jonathan yang bersembunyi di balik mayat musuh. "Keluar! Kita harus keluar!" Naufal menarik Jonathan. Hanya Miki dan Lia kecil, perempuan yang berada di dalam restoran itu. Sisanya adalah tiga orang bodyguard Basri yang masih hidup yang berusaha menghabisi musuh yang entah dari mana banyak berdatangan. Satu telah mati. Sedangkan satu bodyguard bertugas menjaga mobil di tempat parkir bawah tanah. Naufal merayap sampai pintu, tepat di bawah kaki Lia kecil. Dia sekarang tidak mau terlarut dalam acara kaget - kagetnya, yang dia pikirkan sekarang adalah lari menyelamatkan diri. Naufal berdiri, sedangkan Lia kecil menembak ke arah dalam dapur. Sial sekali, ternyata penjahat telah lebih dulu mendiami dapur. Setelah Naufal berdiri, matanya melirik ke arah Lia kecil yang sedang fokus menembak. Tepat sasaran, selalu tepat sasaran. Gadis 9 tahun ini sangat lincah. Namun, selincah apapun orang, dia memiliki kelemahan. Ssset! "Akh!" Sret! Tangan kiri Naufal yang berdarah memeluk perut Lia kecil lalu menariknya ke belakang. Peluru baru saja meleset melewati dagu gadis cilik itu. °°°

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.1K
bc

Pulau Bertatahkan Hasrat

read
625.5K
bc

PLAYDATE

read
118.8K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.5K
bc

My Secret Little Wife

read
98.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook