Bab 2: Pertemuan dan Kesepakatan Lagi

1057 Words
"How was your day?" tanya Elizabeth kepada Naura, sesaat ketika Naura membuka bungkus coklat dan mengunyahnya pelan. "Not bad..." jawab Naura datar. "Well. Next week i have to go to Canada..." Naura menoleh dan menatap tak percaya. "Really? Why?" "Last night my Dad send me email, he said my mom critis..." "Iam sorry to hear that..." "Iam just scare right now... You know if iam not really close with my mom after she cheat my Dad with my close frinds... But she still my mom until now. When I sad or happy, she always ask me everyday 'How was your day' eventhough only in a text message, eventhoug always i ignore it, but now, from yesterday i miss that message... And iam scare if lose her, who cares of me althougt not much..." ingatan Naura jauh melampau ke ibunya. Pagi ini ia muak dengan sikap ibunya yang tetap mempertahankan ayahnya yang b******n bersanding dengannya, hingga Naura memutuskan pergi. Ponsel Elizabeth berbunyi, dia buru-buru mengangkatnya. Naura memerhatikan sahabat asingnya tersebut, seorang gadis asing yang lahir jauh darinya, New York tepatnya. Gadis yang ia kenal ketika Naura koas di Halmahera. Mereka dekat ketika sama-sama berenang lepas laut di Halmahera, Elizabeth yang hampir meninggal karena tenggelam dan Naura yang melakukan pertolongan pertama untuk gadis asing itu. Raut wajah Elizabeth berubah. Naura menebak tengah terjadi sesuatu. "Iam fine..." kata itu yang akhirnya keluar dari bibir Elizabeth dengan nada yang amat serak seolah gadis itu sedang menahan isak tangis. "I have to go..." katanya lagi seraya mematikan ponselnya. Elizabeth menoleh ke arah Naura, Naura menatap kedua mata biru itu dengan tatapan bertanya-tanya... "What's wrong?" "My mom..." Elizabeth terlihat berusaha sekuat tenaga menahan air matanya agar tak tumpah. Naura yang mengerti keadaan mendekat, mendekap Elizabeth ke dalam pelukannya. Tangis Elizabeth pecah seketika. "She died, Ra... she has gone... Leave me forefer, leave me without say good bye, and the last message after all the suffering on her is she really grateful when I reply her message althoungh not everyday, not like her to me, always aksed 'How Was Your Day' and now iam really miss her... " kata Elizabeth di tengah-tengah pecahnya tangisnya... Naura menatap getir dirinya di cermin. Ingatannya tentang Elizabeth kembali terputar di roll otaknya. Ia ingat ketika mengantarkan Elizabeth ke bandara, Elizabeth berkata 'Your so lucky, you always beside your mom, please don't regret like me right now, i love you like my sister, and keep your mother always happy, do it anything for her as you can do..." Beberapa jam yang lalu ia mengayunkan pisau di lehernya, tepat di depan Ayah dan Ibunya. Semua hal yang diceritakan oleh Nadin belum sepenuhnya ia percayai, tetapi ia tahu bahwa Ayahnya sudah tak mencintai Ibunya, lalu apa gunanya pernikahan mereka tetap dipertahankan? Demi dirinya? Bullshit. "Aku akan menikah asal Ayah ceraikan dan tinggalkan Ibu..."kata Naura. Ayahnya diam. Selama ini ia juga tak berniat menceraikan istrinya, ia ingin membawa istrinya turut serta ke dalam kesengsaraan, kesepian dan kerinduan yang selama ini ia rasakan. Tak ada jawaban, hingga Naura menusuk pisaunya ke lehernya, membuat kedua orang tuanya tercengang dan kaget melihat aksi Naura. Darah segar mengalir di lehernya. Pintu rumah yang terbuka membawa serta beberapa orang ke dalam rumah Naura. Ketika mereka sampai di ruang tamu, mereka dikejutkan oleh aksi Naura yang berniat mengakhiri hidupnya. Tiga orang lelaki dan empat orang perempuan. Satu orang lelaki diantara tiga orang tersebut, dengan d**a berdebar dan rasa takut yang luat biasa, menatap nanar Naura. Adam. Calon suaminya. Lelaki aneh pagi tadi. Adam tak siap jika harus kehilangan Naura lagi. Bahkan ia tak akan memaafkan dirinya jika Naura meninggal karena bunuh diri. "Naura jika kau tak siap menikah denganku, baiklah... Kita batalkan... Tapi tolong jangan lukai dirimu..." kata Adam lembut. Dua orang perempuan dan satu orang lelaki yang menemani Adam, menatap Adam tak percaya, pasalnya lelaki itu bahkan tak pernah terlihat ketakutan dan khawatir sedemikian rupanya. Dalam masalah sebesar apapun, Adam selalu tampak tenang dan tersenyum. Tapi kali ini lain, ada gurat kesedihan yang benar-benar terpancar dari wajah Adam hingga orang-orang terdekatnya benar-benar menatap tak percaya. "Kau dengarkan itu, Yah? Nikah atau batal nikah? Jika kau ingin aku nikah, oke aku akan nikah, tapi ceraikan Ibu! " kata Naura berani. Kali ini disertai dengan sayatan yang memanjang hingga tanpa sadar salah seorang perempuan menjerit ngeri melihat Naura dan menutup matanya seketika. Adam yang melihat itu merasakan jantungnya seolah berhenti berdetak. Syarat yang diajukan oleh Naura kepada orang tuanya juga membuatnya tercengang. Adam tahu bahwa Ibu Naura adalah korban KDRT, ia bingung harus bagaimana. "Oke. Ayah turutin kamu." kata Ayah Naura dengan tatapan getir, kemudian menatap istrinya dengan benci lalu berlalu pergi. Entah mengapa uang sekarang bukan lagi menjadi prioritas utamanya, melainkan ia merasakan hal lain ketika putri satu-satunya dengan berani mengancamnya dengan nyawanya. Yang ia tahu selama ini ia selalu tak menganggap Naura sebagai anaknya, tapi ia ingat sikap Naura yang berani ini, sikap yang tak takut mati demi orang lain, sikap yang mengingatkannya pada sosok yang selalu terpatri rapi dalam benaknya. Dina Andira. Tangan Naura melemah, dengan cepat Adam dan Ibu Naura menghampiri Naura, ibunya menangis tersedu-sedu sembari memeluk Naura. Sedangkan Adam merasa lega saat melihat Naura sudah tak menyayat lehernya lagi. "Untuk apa mempertahankan rumah tangga, bu? jika diantara Ibu dan Ayah tidak ada cinta, hanya ada rasa bersalah dan dendam saja..." Naura menatap Ibunya, Ibunya semakin terlihat bersalah. "Berpisalah jika kalian ingin melihatku bahagia..." kata Naura lagi dan ibunya mengangguk. "Kau tak harus menikah denganku jika tak ingin..." kata Adam. "Apa kau pemuda yang menghamili Neli?" tanya Naura tajam, Adam mengernyitkan dahinya dan membuang napas kesal. Lagi-lagi dia dituduh hal yang bukan-bukan. Tapi kenapa Naura sampai tahu tentang Neli? Dari mana ia tahu Neli? "Kau mau ikut denganku untuk membuktikan bahwa bukan aku yang menghamili gadis itu?" tanya Adam dan Naura mengangguk. Setidaknya ia ingin tahu kebenaran berita yang dibawa oleh Nadin, sahabat Anora yang baru saja mengiriminya pesan bahwa kawan mereka yang bernama Neli akan menikah karena hamil duluan. Tak lupa Nadin pun mengirim pesan dengan menyertakan foto yang sangat mirip lelaki penyelamatnya tadi, dan Naura mulai kesal dengan lelaki pecundang seperti Adam. Naura dan Adam tiba di masjid yang akan menjadi akad mereka sore itu. Di hadapan Naura dan Adam kini sedang berlangsung prosesi akad yang sakral. Akad pernikahan Neli. Sampai di tempat tujuan, Naura tercengang. Ia benar-benar tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Berulang kali ia menatap orang yang tengah mengucapkan akad nikah itu dengan pria yang berdiri di sampingnya. "Kalian kembar?" tanya Naura tak percaya dan Adam mengangguk pelan. Ada apa ini? Siapa sebenarnya Adam?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD