bc

HIRAETH (INDONESIA)

book_age16+
259
FOLLOW
2.1K
READ
possessive
dominant
powerful
independent
confident
drama
comedy
sweet
no-couple
humorous
like
intro-logo
Blurb

Cerita ini mungkin tidak bisa kembali menjadi awal bagaimana dimulai. Tidak ada energi yang bisa mengembalikan, seperti semula. Tidak penyesalan, tidak juga janji untuk menjadi lebih baik. Semuanya berjalan dengan tingkat entropi yang tinggi, probabilitas untuk diulang yang minim, terlalu impulsif atas segala hal yang ada.

-Rainy Hulya Arrum

Cinta itu sederhana, sesederhana kata aku menerimamu dari segala masa lalu hingga ke masa depan kita.

-Ardan Firdaus

chap-preview
Free preview
Kota Pertama
Jakarta yang sibuk, itu kenyataan pertama yang masuk ke dalam pikirannya saat pertama kali kakinya menginjak lantai Bandara Internasional Soekarno Hatta. Jakarta dengan penuh kebisingannya, itu adalah kenyataan kedua yang bersemayam di benaknya saat dia melihat ke arah jalan raya yang padat dengan iring-iringan klakson yang bersahutan. Jakarta dengan beragam orangnya, itu adalah kenyataan ketiga yang merasukki relungnya saat seorang ibu-ibu yang tidak sengaja menginjak kakinya. Bukannya minta maaf, ibu-ibu itu justru melotot dengan muka judes tanpa ada kata maaf yang keluar. Dia meringis, untungnya Jakarta bukan tujuannya. *** “Hati-hati di jalan.” Dia tersenyum, kalimat itu sudah berkali-kali dia dengar semenjak sebulan yang lalu. Sejak Ibunya tahu dia ingin mencoba untuk menggali ilmu di kota orang. Dia yang selama ini sama sekali tidak pernah beranjak dari kota kelahirannya, bahkan ke provinsi se-pulau pun juga tak pernah. “Jaga diri baik-baik.” Itu kalimat pamungkas kedua dari Ibunya. “Saya pergi, Bu, Assalamualaikum.” Dia menyalami tangan sang Ibu dengan khidmat. Hanya Ibunyalah yang bisa mengantarkan dia ke bandara. Sementara, keluarganya yang lain sedang sibuk dengan urusannya masing-masing. Lagi pula, tidak apa-apa. Toh dia hanya pergi untuk sementara. “Hati-hati, Nak.” Kalimat itu lagi. Baiklah, kali ini ia sudah mulai menitikkan air mata. Meski pergi hanya sebentar, tetapi baru kali ini dia pergi jauh dari keluarganya. Dia tersenyum, lalu melambaikan tangan. Dia menggeret kopernya untuk masuk ke ruang tunggu bandara. Memberikan tiketnya untuk diperiksa penjaga, lalu antre untuk check in, setelahnya menunggu beberapa saat di ruang tunggu. Ia gugup, ini benar-benar perjalanan pertamanya seorang diri. Ia juga agak ragu, soalnya dia juga sama sekali belum pernah naik pesawat. “Perhatian … perhatian … kepada penumpang pesawat Lion Air nomor penerbangan GT631 tujuan Jakarta dipersilakan naik ke pesawat udara melalui pintu A07.” Pengumuman yang baru saja ia dengarkan justru membuat dirinya lebih gugup. Ia langsung berdiri bersamaan dengan para penumpang lain. Berjalan menuju pintu yang sudah ditunjuk oleh petugas yang ada. Ini pertama kalinya dia naik pesawat, dia gerogi. *** “Mau ke mana, Dik?” Lamunannya pecah, pertanyaan ibu-ibu di sampingnya ini menarik fokusnya untuk kembali dari memori yang baru saja terjadi. “Juanda, Bu,” jawabnya. “Surabaya?” Dia mengangguk. “Saya juga, penerbangan jam berapa?” “Jam empat sore, Bu,” jawabnya sopan. Ibu itu terlihat mengangguk, “Saya juga, mau ke Surabaya jenguk anak saya yang kuliah di sana.” “Oh iya, Bu.” “Kamu Surabayanya mau ke mana?” “Saya enggak ke Surabaya, Bu, tujuan saya ke Kediri.” “Kediri? Ngapain?” “Kursus di Kampung Inggris, Bu.” “Oh, Pare?” Dia mengangguk. “Anak saya baru pulang dari sana, kursus empat bulan. Seminggu lagi dia mau berangkat ke Australia, dapat beasiswa pasca sarjana di sana. Makanya saya ke Surabaya, mau mengantar,” jelas Ibu di sampingnya. “Selamat, Bu.” “Iya, saya punya makanan, kamu mau?” tawar Ibu itu seraya menyodorkan sebungkus roti dari dalam tasnya. Jangan sembarang terima makanan dari orang lain. Tiba-tiba pesan dari Ibunya terngiang di kepalanya. “Saya sudah makan, Bu.” Ibu yang ada di sampingnya hanya mengangguk, lalu mulai memakan rotinya dengan lahap. Jam menunjukkan pukul dua belas siang, masih empat jam lagi sampai pesawatnya tiba. Dia hanya memandangi sekelilingnya dengan perasaan takjub. Melihat bandara di kotanya yang kecil saja dia sudah takjub, apalagi bandara di ibukota ini. Interiornya yang bagus dan bersih, bandara yang luas, petugasnya yang banyak. Gedung-gedung menjulang di luar sanapun tak terlepas dari pandangannya. “Rainy!” Tiba-tiba ada suara yang memanggilnya. Dia menoleh ke sana ke mari untuk mendapatkan seorang tersangka yang baru saja mengembalikan dia dari dunia lamunannya. “Hei!” Dia merasakan ada tangan yang menepuk pundaknya, ia menoleh, wajah wanita muda yang sudah tak asing tertangkap di retinanya. “Rainy, ‘kan?” Dia mengernyitkan dahi, mencoba mengingat siapa wanita yang ada di hadapannya ini. “Astri!” pekiknya seraya mengembangkan senyum. Pekikkan yang sukses membuatnya diperhatikan oleh orang sekitar. “Kamu ingat aku?” “Mana mungkin saya lupa sama seorang wanita manis yang lembut selalu jadi sorotan di masa sekolah dulu,” guraunya. Gadis di hadapannya ini tersipu, “Ah, Rain bisa aja!” balasnya. “Eh, Rain mau ke mana?” “Kediri, mau kursus bahasa inggris.” “Hah? Serius?” Dia mengangguk. “Sama!” “Iya?” Astri mengangguk. “Di mana?” “Titik Nol Course.” “Sama lagi! Program apa?” “Speaking Master.” “Sama terus!” “Rain, aku seneng banget! Akhirnya setelah lama berpisah, kita berjumpa lagi. Hehe,” ujar Astri. “Berarti saya punya teman di sana, Tri.” Dia tersenyum senang, sepertinya perjalannya akan menyenangkan. Astri adalah orang yang menyenangkan. Setelahnya, mereka berbicara panjang lebar. Mulai dari ospek di zaman sekolaj, ketua OSIS yang hobi razia di periodenya, prestasi-prestasi gemilang yang Astri capai, kantin sekolah, guru BK, guru kimia yang killer, guru matematika yang garang, dan sebagainya. Waktu tak terasa sudah mendekati pukul empat sore. “Eh, ngomong-ngomong gimana hubungan kamu sama si Bayu?” tanya Astri. Dia terdiam. *** Sepasang remaja yang masih berseragam SMA sedang duduk di pojok kafe dekat sekolah mereka. Dua jus jeruk dan dua kentang goreng menemani mereka mengobrol panjang lebar. Bercerita banyak hal. “Rain ….” Laki-laki yang ada di hadapannya itu saat ini tengah menggenggam jemarinya, menatap dalam ke matanya hingga membuatnya salah tingkah. “Aku jatuh cinta sama kamu sejak pertama kali kita bertemu.” Dia hanya menunduk dalam. “Kamu mau jadi kekasihku, Rain?” tanya laki-laki di hadapannya itu. “Bayu ….” “Aku tulus menyayangimu. Lagi pula, kita sudah lama dekat. Aku merasakan nyaman dan cocok saat berbicara dengan kamu. Mau, ya?” rayunya. “Bayu ….” “Aku janji bakal selalu menyayangi kamu, mencintai kamu, membahagiakan kamu. Aku enggak akan ninggalin kamu, Rain.” “Iya.” “Iya apa?” “Iya, aku mau.” “Terima kasih, Rain!” seru Bayu dengan girang. Setelahnya, dia berdiri dan mencium kening Rainy dengan lembut dan penuh kasih sayang. Rasanya, hari ini adalah hari kebahagiaan mereka berdua. *** “Hei, kok bengong?” tegur Astri. Ia menggoyang-goyangkan tubuh Rainy. “Bayu …,” lirih Rainy. “Iya, Rainy dan Bayu adalah pasangan paling romantis se-SMA Bina Bangsa dulu, ‘kan? Sampai-sampai semua wanita di sekolah iri sama kamu karena setiap hari selalu ada-ada saja yang Bayu lakukan. Entah tiba-tiba datang membawa bunga atau coklat, berdiri di depan kelas sambil gitaran dan menyanyikan lagu romantis untuk Rainy, dan segalanya. Kalau aku sebutkan semua bisa-bisa aku jadi naksir sama Bayu. Jadi gimana? Apa kabar kamu sama Bayu?” desak Astri. “Selesai, Tri.” “HAH!?” jerit Astri. “Kok bisa?” Rainy hanya tersenyum kecut. “Perhatian … perhatian … kepada penumpang pesawat Lion Air nomor penerbangan GT632 tujuan Surabaya dipersilakan naik ke pesawat udara melalui pintu B13.” “Yuk ke pesawat,” ajak Rainy. Astri menggeleng, “No, you must explain to me. What happened between you and Bayu?” “Nothing. Ayok, ah! Nanti kita ketinggalan pesawat.” “Tapi ….” Rainy menarik tangan Astri agar dapat cepat bergerak. Dia sama sekali enggan menjawab pertanyaan yang baru saja Astri lontarkan untuknya. *** Terima kasih karena sudah membaca cerita ini. Salam sayang, Rumy,

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

BRAVE HEART (Indonesia)

read
91.0K
bc

Rujuk

read
912.7K
bc

Om Bule Suamiku

read
8.8M
bc

Sekretarisku Canduku

read
6.6M
bc

Because Alana ( 21+)

read
360.6K
bc

My Ex Boss (Indonesia)

read
3.9M
bc

Hubungan Terlarang

read
501.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook