Second Meeting

1204 Words
“Vaye! Untung saja saat itu Tuan Tritas sedang terburu-buru sehingga tidak ada waktu untuk mengurusi anak nakal sepertimu. Ya Tuhan, Vaye.... Sudah berapa kali kubilang untuk tidak menendang pergi para hidung belang itu? Kamu bisa melapor pada penjaga bar jika mereka berani macam-macam. Sekarang lihatlah hasil perbuatanmu, Tuan Tritas kini bisa datang kapan pun untuk menghancurkan bar kita karena kesombonganmu itu.” Kuping Vaye terasa panas mendengar omelan Jay yang tidak ada habisnya. Pemuda berusia delapan belas tahun itu lebih memilih diam mendengarkan daripada kupingnya ditarik lepas oleh orang yang telah dengan baik mau menampungnya selama ini. “Lagipula sudah beberapa kali kukatakan, kamu tidak pantas bekerja ditempatku malam-malam begitu. Kamu ini-” “Aku Beta, Kak Jay. Berapa kali aku harus mengatakannya sih? Dan lagi, aku ini Beta yang kuat, jika mereka tidak mencari masalah dari pertama denganku di tempat pertama pun aku tidak akan memukul pergi mereka," bantah Vaye tidak terima. Lagi-lagi tarikan kupinglah yang didapat Vaye ketika dia berani memotong perkataan Jay, cukup keras sampai kupingnya yang biasa bewarna s**u kini berubah menjadi merah terang. “Aku tidak ingin mendengar bantahanmu lagi! Sekarang pergilah berbelanja dan ingat, jangan pukul siapabpun lagi kecuali kamu benar-benar terpaksa," peringat Jay sambil menyerahkan kartu debitnya untuk Vaye gunakan. Tentu saja mereka tinggal serumah, dan merupakan tugas Vaye lah untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari mereka menggunakan uang Jay. Vaye keluar dari bar tersebut dengan menggunakan jaket hoodie tanpa lengan menampakan tangannya yang seputih s**u dengan balutan otot tipis yang membuatnya tampak ramping. Kakinya ditutupi celana pendek, menampakan kaki jenjang putih yang mempesona. Rambutnya yang sebatas leher diikat atas agar tampak segar, menampakan tindik di kuping kirinya yang berupa anting hitam polos berjejer dua. Dirinya dengan santai dan sedikit malas mengambil barang-barang yang ditulis Jay dalam selembar kertas begitu dia tiba di supermarket yang menjadi tujuannya. Semua telah ada dalam trolinya, tinggal menuju makanan yang begitu dia suka saja sekarang. Coklat. Vaye sangat suka coklat dan dia tahu di supermarket pilihannya sedang ada coklat limited edition yang Vaye incar sedari kemarin. Harganya memang relatif mahal. Tapi dibandingkan rasanya, Vaye tidak keberatan bahkan jika dia harus mengeluarkan uang lebih banyak untuk coklat semacam itu. Matanya berbinar terang melihat coklat yang begitu dia nantikan kini ada di depan matanya. Dia hendak menjangkau coklat tersebut, sebelum suara rendah menghancurkan semua mimpinya. “Aku beli semua coklat ini.” Mata Vaye mendelik kesal pada lelaki berwajah sombong yang kini tengah membayar pada kasir tanpa tahu tatapan mematikan yang dikeluarkan Vaye. Demi Tuhan, coklat itu adalah coklat limited edition, dan lelaki itu membeli semuanya? Tidak pernahkah dalam kamusnya tersemat kata berbagi? Coklat itu telah habis dibeberapa swalayan di lingkungan Vaye. Pemuda itu tidak sengaja berbelanja jauh-jauh hanya untuk melihat incarannya dibeli habis oleh pria berwajah sombong yang bahkan tidak sadar akan keberadaannya sama sekali. “Maaf Tuan, tapi coklat itu adalah coklat limited edition dan bukan hanya Tuan saja yang ingin memakannya. Bisakah Tuan hanya membeli beberapa dan sisakan beberapa untuk kami yang ingin membeli? Saya yakin orang seperti Tuan pun tidak akan sanggup memakan semua coklat ini sekaligus,” sarkas Vaye kesal. Pria tersebut melirik sekilas Vaye, melepaskan kacamata yang menutupi mata biru terangnya lalu memandang tajam ke arah Vaye. “Sebuah kebetulan aku bertemu lagi denganmu di sini. Sekarang ikut aku untuk mempertanggung jawabkan perbuatanmu!” sungut pria yang ternyata Lussac itu kesal. “Bayarkan belanjaannya dan bawa mereka ke mobilku,” sambung Lussac pada supir yang ikut masuk ke dalam swalayan untuk membawakan belanjaan Lussac. Pria berumur itu mengangguk patuh, membayar lalu berjalan di belakang Lussac yang menarik tangan Vaye kesal. Setelah sampai di depan mobil Lussac, barulah Vaye sadar dan segera melepaskan pegangan tangan Lussac dengan seluruh kekuatannya. Cengkraman Lussac tidak mau terlepas, sehingga dengan kesal Vaye menendang s**********n Lussac sampai pegangan tangan pria tersebut akhirnya terlepas juga. Setelah lepas, dengan tidak sopannya Vaye ambil tas belanjaannya yang dipegang supir Lussac lalu berlari sekencang mungkin untuk pergi dari area tersebut. Kejadian itu berlangsung sangat cepat, sampai-sampai supir Lussac dibuat termenung sementara Lussac mengumpat cepat seraya mendesis sakit. Dua kali, akh tidak akan melepaskanmu lagi setelah ini! Janji Lussac sungguh-sungguh seraya dengan tertatih dan kesal masuk ke dalam mobilnya tanpa mengatakan apa pun lagi. ***** Vaye akhirnya berhenti berlari saat merasa bahwa Alpha menyebalkan itu ternyata tidak mengejarnya. Vaye tertawa puas, sangat puas karena berhasil melakukan dua hal yang menurutnya sangat spektakuler. Pertama, Vaye berhasil mendapatkan belanjaan tanpa membayar sedikit pun dan yang kedua, dia berhasil memberi pelajaran para Alpha sombong itu. Siapa peduli dengan keluarga Tritas atau apalah itu? Vaye benci pria sombong seperti Lussac, dan menurutnya Lussac sangat pantas mendapat tendangan darinya setelah dengan kurang ajarnya Lussac berani menarik tangannya seperti bocah di tempat ramai. Vaye sama sekali tidak merasa bersalah telah melakukan semua itu. Sebaliknya, dia malah tertawa puas walaupun tidak berhasil mendapatkan coklat yang selama ini dia idam-idamkan. Siapa yang tidak senang belanja begitu banyak namun tidak mengeluarkan uangnya seperser pun? Yang membayarnya orang asing pula. Orang asing..... Tawa Vaye segera berhenti mengingat kesalahan apa yang baru saja dia lakukan. Bagaimana jika lelaki itu melaporkannya pada polisi atas dasar penipuan dan kekerasan? Secara pria tersebut kan berasal dari kalangan atas. Mana mau dia melepaskan Vaye begitu saja? Jika itu sampai terjadi, itu.... Sedikit gawat kan? Seberapa nakalnya pun Vaye, dia tidak mau Jay yang merupakan walinya dipanggil ke kantor polisi hanya untuk mengurusi masalahnya. Vaye tidak tega melihat Jay dimarahi kepala polisi karena kenakalannya, seperti jaman saat dia pertama mengenal Jay dulu. Lelaki itu sudah terlalu banyak berkorban untuk Vaye. Dan Vaye masih cukup tahu diri untuk sadar bahwa dia tidak boleh menyusahkan Jay lagi. Vaye berpikir sejenak, hingga tercapailah sebuah keputusan yang sebenarnya Vaye malas untuk melakukan. Vaye kembali ke tempat parkir di swalayan tersebut. Berniat setidaknya mengembalikan belanjaan yang sebelumnya dia klaim sebagai miliknya. Jika pria tersebut yang membayar, bagaimana pun juga itu adalah miliknya bukan? Harapan Vaye langsung pupus saat mobil mewah yang tadi membawa pria tersebut telah hilang dari parkiran tempat mobilnya berada tadi. Nah, jika begini..... Tidak masalah dia membawa belanjaan itu pulang kan? Toh, yang membayarnya tidak ada niatan sama sekali untuk mengejarnya. Hari itu Vaye pulang dengan wajah senang, tidak menyangka sama sekali akan mendapat traktiran dari orang yang belum ia kenal hari ini. Dia bahkan lupa, bahwa besar keungkinan pria tersebut akan melaporkannya ke polisi dan memenjarakannya. ***** “Tuan, kamu..... Baik?” supir itu terlihat berusaha menahan senyumannya melihat wajah kesakitan Lussac yang errr..... Off limit? Oh ayolah, kapan lagi kita bisa lihat seorang ice prince bro-con mengerang kesakitan setelah ditendang keras seperti itu? Lussac memandang supirnya kesal, wajahnya sedikit memerah untuk menahan sakit. “Diam dan segera bawa aku kembali,” titah Lussac ketus. Lussac tidak pernah menyangka, anak kurus seperti itu memiliki kekuatan maha dahsyat yang mampu membuat Alpha hebat sepertinya kesakitan. Padahal Lusaac jelas mencium bau Omega dari tubuh mungil itu. Jadi di dunia ini masih ada ya Omega sekuat ibunya dulu? Lussac pasti akan menemukan pemuda tersebut kembali apapun masalahnya. Pemuda itu harus membayar untuk menganggu singa yang mudah marah dua kali, dan jangan panggil dia Lussac jika dia gagal begitu saja. Karena sekali Lussac menginginkan sesuatu, tidak akan mudah bagi siapa pun untuk melepaskan diri dari keinginan Lussac. To be continued
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD