bc

SD CARD

book_age12+
238
FOLLOW
1.3K
READ
friends to lovers
goodgirl
tomboy
CEO
boss
comedy
sweet
bxg
office/work place
office lady
like
intro-logo
Blurb

Sequel SEARCH (͡° ͜ʖ ͡°) .. Sebelum baca ini, dimohon untuk membaca dulu SEARCH ya gengks..

Pertemuan Gara dan Alya untuk yang kedua kali, membuat laki-laki itu bingung. Pasalnya, Alya seperti tidak mengenalnya. Pertemanan yang mereka jalin atas dasar ketidaksengajaan. Gara tidak ingin kehilangan teman satu-satunya.

Untuk itu Gara mencari tahu, penyebab gadis yang menganggapnya seperti orang asing. Saat perasaan lain datang, perasaan yang lebih dari sekedar teman, sebuah fakta mengejutkan mengguncang pikiran membuat Gara mulai bimbang akan hatinya.

Fakta yang Gara temukan tentang gadis itu, membuat bagaimana sebenarnya perasaan Gara pada Alya--si gadis penderita Goldfield Syndrome.

Bertahan dengan status teman? Sedang hatinya menginginkan lebih dari sekedar teman.

chap-preview
Free preview
Gara
POV Gara           Entah kenapa saat gue kembali ke Jakarta, gue selalu mengingatnya. Mengingat gadis itu--teman pertama yang aku temukan, atau bahkan teman satu-satu nya. Karena selama gue hidup sampai saat ini, gue belum pernah menemukan teman yang seperti dia. Menyapa, perhatian dan peduli ke gue. Sampai dia membantu menyelesaikan masalah terbesar gue. Ya, kesalahpahaman tentang masa lalu gue dan Rama--sahabat kecil gue. Dia sungguh berbeda dengan teman-teman yang hanya menganggap gue atm berjalan. Asalkan ada uang, mereka pasti menempel dan m******t.           Ah, gue bosan dengan kehidupan seperti itu. Bagi mereka mungkin gue hanyalah boneka hidup yang menguntungkan. Namun gadis itu berbeda, benar-benar membuat gue merasa layaknya manusia. Tunggu! Kenapa akhir-akhir ini gue terus memikirkannya? Mungkin gue rindu dengan teman gue itu. Bagaimana kabarnya? Keadaanya, sedang apa dia sekarang? Apakah dia juga sedang memikirkan gue?            Setelah pekerjaan gue selesai disini, gue akan menemuinya. Keseharian dan kebiasaan gue sekarang menjadi kesibukan rutin, perusahan yang gue pegang warisan dari Ayah gue kini tengah berkembang pesat. Banyak para kolega yang ingin menanamkan saham di perusahaan gue. Menjadikan perusahaan ini sebagai perusahaan dengan pendapatan tertinggi setelah perusahaan milik Rama--sahabat kecil yang tadi gue ceritakan.              Dan saat ini gue benar-benar ke Bandung untuk menemui nya. Alya, ya namanya Alya. Gadis yang sudah membuka hati gue untuk menerima seseorang, setidaknya saat ini seorang teman. Dan gue berteman dengannya. Sebelum gue pulang ke Jakarta, gue pernah mengatakan bahwa gue akan menemuinya lagi. Namun jawaban yang dia berikan hanya sebuah senyuman, dan aku anggap itu iya.              Teman? Aku lebih senang dan nyaman berteman dengan hanya satu orang, gadis itu. Daripada memiliki teman yang banyak tapi penjilat semua, membuat gue muak. Pertemanan gue dengan Alya mungkin terbilang masih sebentar, baru satu bulan ini.             Pertama kali gue bertemu dengannya saat gue sedang kacau waktu itu. Masalah yang rumit dengan Ayah gue dan rasa bersalah gue yang berujung kesalahpahaman dengan sahabat gue--Rama membuat diri gue linglung. Melampiaskan semuanya hanya dengan minum. Alya menemukan gue dengan wajah babak belur, baju yang kotor dan bau tajam alkohol di seluruh tubuh.                Gadis itu tidak takut jika gue mungkin akan memukulnya atau memarahinya. Dia malah mendekat berusaha menyapa gue dan memberikan gue saputangan ungu untuk mengelap darah segar yang mengucur di area wajah. Gadis itu terus bicara, hingga dia sendiri yang mendekat dan membersihkan darah di wajah gue mungkin kesal karena gue tidak menanggapi nya. Kalau saja dia laki-laki, sudah gue tonjok muka nya. Namun gue masih setengah sadar dan menghargai kalau dia perempuan.            Kulirik wajahnya sekilas saat dia masih membersihkan luka di wajah gue. Gue hanya diam sampai dia menyelesaikannya.          "Lo mau cerita?" gadis itu membuka pembicaraan lagi. "Gue dengerin."         Cerita? Untuk apa gue menceritakan pada orang yang tidak gue kenal. Lagi pula masalah gue sangat rumit untuk di ceritakan ke orang lain, gadis seperti dia mana mungkin mengerti.         (Baca SEARCH).          "Lo gak akan ngerti masalah gue dan gak bakalan percaya sama omongan gue."             "Kalo yang lo ceritain itu dongeng, tentu gue gak akan percaya." Gadis itu menatap gue dalam seakan gue harus percaya padanya, dapat gue lihat dia mungkin hanya ingin membantu gue. Dengan mengeluarkan semua beban yang selama ini gue tanggung sendiri dan menceritakannya mungkin akan mengurangi keresahan hati gue.           Akhirnya gue mulai menceritakan masalalu buruk gue padanya. Pada gadis yang baru gue temui, dan entah kenapa gue percaya padanya. Lega rasanya setelah gue keluarkan semua yang gue tahan selama ini. Terserah gadis itu mau percaya atau tidak, yang penting gue sudah mengatakannya. Namun ...             "Kenalin, gue Alya." Tiba-tiba gadis itu memperkenalkan diri. "Lo udah cerita panjang lebar dan gue belum tau nama lo."            Gadis itu, tanpa rasa takut ataupun rasa bersalah sudah memaksa gue untuk menceritakan kisah paling buruk. Dan sekarang dia meminta nama dari gue. Masih menunggu jawaban, akhirnya gue menyebutkan nama gue padanya.             "Gara."         Dan lagi-lagi dua kata yang lolos gadis itu ucapkan membuat gue kaget, tidak percaya sekaligus senang.           "Kita temenenan."          Ada rasa menghangat dalam hati gue saat gadis itu mengatakannya. Teman? Teman seperti apa yang dia maksud? Teman seperti teman-teman gue yang dulu kah? Yang hanya menginginkan uang gue saja. Atau seorang teman yang benar-benar tulus? Saat gue lihat sorot matanya, dia memang mengatakan jujur. Atau pakah dia hanya kasihan?            Jika gadis itu tulus berteman dengan gue. Gue sungguh senang, akhirnya gue menemukan teman yang seperti gue inginkan. Teman seperti Rama, Rara dan Alexa. Tapi gue juga takut akan berakhir dengan sebuah perasaan dan gue tidak ingin kejadian itu terulang lagi.              Setelah pertemuan dengan gadis itu, gadis berkepang dua dan berpenampilan sedikit tomboy. Gue merasa tenang, entahlah. Gue benar-benar nyaman rasanya saat menceritakan masalalu gue padanya. Ingat apa yang dia katakan, katanya ingin membantu gue menyingkirkan kesalahpahaman. Dan benar saja, tanpa sengaja atau disengaja gue selalu bertemu dengan gadis itu.             Gadis itu benar-benar membantu gue, membersihkan nama baik gue. Walaupun kami hanya mengenalnya dalam semalam, tapi dia seperti sudah sangat akrab dengan gue. Apakah dia malaikat yang dikirim untuk menolong gue? Setelah masalah gue selesai, dia pergi dan gue kembali ke Jakarta. Gue janji akan menemuinya namun dia hanya tersenyum mengangguk. Dan sekarang, setelah beberapa bulan di Jakarta gue bermaksud untuk bertemu dengannya.            Alya si gadis berkepang dua, dialah teman gue.       Gue mencari nya disini, di tempat parkir. Dia pernah bilang bahwa dia bekerja disini tapi bukan di club. Dia hanyalah tukang parkir yang memang bertempat di club. Gue melihat sekeliling dan mata gue langsung tertuju ke tempat pos security. Gye tersenyum, dia tengah mengipaskan tangannya ke gerahan. Gue ingin berterima kasih padanya karena telah membantu gue sekaligus ya bertemu dengannya.             Sial, gue sampai lupa tidak bawa apa-apa. Minimal oleh-oleh Jakarta untuk seorang teman?          "Hai, apa kabar. Sorry, gue baru kesini lagi." Gue duduk disampingnya. "Terima kasih, lo ud--"        "Maaf, siapa ya?" Gadis itu langsung memotong ucapan gue.           Bukan jawaban senang yang gue harapkan, tapi malah sebuah pertanyaan. Siapa? Gue sedikit terkejut mendengarnya. Ok Gara, ingetin, mungkin dia lupa.          "Lo lupa? Gue Gara." Berusaha mengingatkan, gadis itu berdiri dari duduknya dan menatap gue dengan alis mengkerut.             "Maaf, kayaknya kita baru ketemu. Jangan sok kenal deh lo." Gadis itu melengos pergi meninggalkan gue yang kebingungan. Masa iya baru sebulan tidak bertemu, Alya bisa lupa.          Gue berusaha mengejarnya, dia pergi ke parkiran tempat motor berjejer rapi. "Hei, tunggu!" Gadis itu tidak menghiraukan. "Alya si gadis berkepang dua." teriakan gue membuat gadis itu berbalik dan mendekati gue.          Gadis itu diam menatap gue sedikit lama, mungkin berusaha mengingat-ingat atau hanya terpaku melihat ke tampanan gue. Ya, gue akui gue tampan. Lantas gue tersenyum dan membuat Alya mengerjap.           "Maaf, gue gak kenal sama lo. Tau nama gue dari siapa? Mungkin Alya yang lo maksud bukan gue."          Gue semakin bingung.          "Gue Alya Mikayla." Gadis itu memperkenalkan diri.           "Masa gue harus kenalan sepuluh kali sama lo?"         Sejarahnya darimana itu? Apa gue benar salah orang? Nama nya sama, tadi dia bilang Alya Mikayla, nama yang bagus. Terus rambutnya? Sekarang sudah tidak berkepang lagi, tapi hanya diikat satu ditengah. Ah wajahnya tapi sama, gue tidak mungkin langsung lupa dengan wajah seseorang.  "Kita baru bertemu hari ini, sepuluh kali darimana?" Gadis itu malah semakin menyatukan kedua alis bingung.  "Lo bener lupa? Inget gue dihajar babak belur sama Rama? Lo tau Rara? Dirumah sakit?" gue kembali berusaha mengingatkan.  Namun gue kaget melihat apa yang Alya lakukan. Dia menempelkan punggung tangannya di dahi gue dan satu tangannya lagi di dahi nya.  "Lo kehabisan obat ya? Duh sayang banget, cowok ganteng kayak lo harus gesrek otaknya." Alya menggelengkan kepala berulang.  Apa? Dia bilang gesrek? Gue? Apa otak dia yang kebentur ya? Dia itu pura-pura tidak ingat atau emang tidak ingat beneran? Gue memperhatikan gadis itu yang tengah membuka tas nya mengeluarkan secarik kertas dan pulpen. Alya menuliskan sesuatu disana dan dengan cepat memberikannya ke gue. Ternyata itu sebuah alamat, gue membaca nya dengan tatapan bingung. Apa maksudnya ini?  "Lo--jalan--rumah sakit--periksa--pulang--minum obat--tidur." Gadis itu mendikte satu persatu kalimatnya dengan memperagakan pergerakan tubuhnya. Lalu pergi meninggalkan gue.  Ya ampun, gadis itu. Apa ada sesuatu yang menimpa gadis itu selama gue di Jakarta? Dengan cepat gue mengejar kembali gadis itu. Cepat gue pegang tangannya dan membalikkan badannya menghadap gue. Gue periksa tangan, kaki, dan wajahnya takut ada apa-apa. Topi di kepalanya gue buka untuk memastikan sesuatu bahwa dia tidak kejedot pintu ataupun jatuh. Nihil, gue tidak menemukan luka ditubuhnya.  "Lo mau apain gue?" Gadis itu sudah mulai jengkel.  "Alya, lo bener gak inget sama gue? Loe udah bantuin gue. Gue pernah cerita masalalu gue sama lo."  Alya hanya menghembuskan nafas dan menggeleng. "Sorry, gue bukan Alya yang lo maksud." hendak gadis itu pergi, gue kembali menahannya.  Ada rasa penasaran yang gue ingin ketahui. Kenapa Alya teman satu-satunya itu bisa melupakan gue. Apakah gue pernah melakukan kesalahan padanya? Gue tidak ingin pertemanan kita putus hanya gara-gara Alya lupa ingatan. Gue ingin ini tetap berlanjut, setidaknya gue tidak ingin kehilangan teman baik dan tulus seperti Alya. Gue akan mencoba mengikuti keadaan untuk yang sekarang ini.  "Iya, sorry. Mungkin gue salah orang, mungkin lo bukan Alya temen gue yang gue cari. Tapi, bolehkah kita berteman?" Gadis itu masih diam mendengarkan. "Lo sangat mirip dengan Alya temen gue. Kenalin, gue Gara."  Gue mengulurkan tangan memperkenalkan diri, Alya masih diam, namun di detik selanjutnya Alya membalas uluran tangan gue.  "Lo bisa nyanyi?" jawaban yang membuat gue sukses terkejut lagi.  Jawaban apaan itu? Bukannya langsung jawab iya, malah bertanya lagi. Nyanyi? Apa maksudnya?  "Maksudnya?" tanya gue bingung.  "Lo nyanyi, dan gue akan jadi temen lo."  Permintaan konyol apa itu. Kalau gue tidak bernyanyi, dia tidak mau berteman denganku. Baiklah, aku akan bernyanyi. Tapi nyanyi apa? Ya Tuhan, tolong gue!  Kulihat Alya mulai berbalik badan hendak meninggalkan gue yang masih memikirkan lagu apa yang akan gue nyanyikan. Namun dia berhenti saat gue mulai bernyanyi. Sorry, hanya lagu ini yang gue tahu.  "Hari ini, hari yang kau tunggu. Bertambah satu tahun usiamu, bahagianya aku."  Gue nyanyi dengan sedikit berteriak karena memang nyanyi nya harus begitu dan supaya Alya mendengar gue. Masa bodo dengan orang-orang yang berlalu lalang dan memperhatikan gue. Dia berhenti, dan sekarang berbalik menatap gue.  "Yang ku beri, bukanlah jam dinding, bukan seikat bunga atau puisi, juga kalung hati. Ma--"  "Stop!" dia menghentikan nyanyian gue, dapat gue lihat saat ini dia sedang menahan tawa.  Sial, dia ngerjain gue.  Gadis itu mendekat, "Lo nyanyi apa?"  "Jamrud- selamat ulang tahun."  "Ini bukan hari ulang tahun gue." masih dengan sambil menahan tawa.  "Yang penting gue udah nyanyi dan lagu yang gue tau cuma itu."  "Gue gak tau penyanyi nya. Lo lahir tahun apa sih?"  "Jangan dibahas!" kata gue sambil menahan kesal dan malu.  Kenapa gue mau aja disuruh nyanyi. "Baiklah, sekarang kita berteman." Alya tersenyum dan dengan cepat menarik tangan gue untuk bersalaman.  Ada rasa bahagia saat Alya menerima pertemanan gue. "Gue nge baso dulu, mau ikut?" karena memang gue lapar, bayangin saja dari Jakarta langsung ke Bandung terus langsung ke parkiran. Gue lapar banget, sumpah.  Alya menggeleng, "Tidak, lo aja. Gue mau pulang, kebetulan ini udah jam pulang gue.".  "Besok kita ketemu lagi disini." kata gue dan gadis itu mengangguk lalu pergi meninggalkan gue.  Hari ini sampai disini dulu, gue sudah malu tadi bernyanyi dengan teriak-teriak. Yang penting sekarang gue sudah bertemu dengannya, yah walaupun dia tidak ingat atau pura-pura, yang penting tadi gue sudah mensakralkan pertemanan kita. Awas saja jika besok gue kesini lagi dan dia lupa lagi. Langsung gue bawa ke rumah sakit untuk periksa otaknya.  Alya si gadis berkepang dua yang sekarang sudah beralih menjadi Alya si gadis dengan berikat rambut satu. Hehe gue sambil tertawa mengatakannya.  Sampai bertemu lagi besok, Alya temanku. 

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Pengantin Pengganti

read
1.4M
bc

Married With My Childhood Friend

read
44.0K
bc

Om Tampan Mencari Cinta

read
397.4K
bc

CEO Dingin Itu Suamiku

read
151.5K
bc

Pernikahan Kontrak (TAMAT)

read
3.4M
bc

MY ASSISTANT, MY ENEMY (INDONESIA)

read
2.5M
bc

Skylove (Indonesia)

read
109.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook