Hai!
“Tugas kamu adalah membahagiakan saya, tidak ada kata ‘pergi’ di dalamnya. Harusnya kamu sudah tahu, tanpa saya beritahu.”
***
Rinjani Maheswari
“Meru adalah laki-laki aneh dengan banyak kejutan. Kejutan terakhirnya adalah semua kalimat yang di akhiri dengan kata pergi.”
***
Hai!
Eh, halo!
Ah, saya kikuk kalau menjadi penyapa pertama. Kenapa bukan Meru duluan, sih, yang menyapa? Kenapa justru saya? Saya ‘kan jadi bingung.
Baiklah, marilah kita bekerja sama. Namun, boleh saya menarik dan mengembuskan napas sebentar? Untuk hal-hal yang seperti ini, sungguh, saya tidak pernah bisa biasa-biasa saja.
Baiklah, kali ini serius. Perkenalkan, nama saya Rinjani Maheswari. Sebenarnya ada nama Nazzarda setelah Maheswari, tapi kepanjangan, ya? Makanya, cukup dua suku kata itu saja yang saya tuliskan di sini. Semoga bisa dikatakan cukup untuk mengenal saya dari sebuah nama, hehe.
Saya harus menulis apalagi? Saya bukanlah seseorang yang hobi bercerita, tetapi Meru selalu tahu keadaan saya tanpa saya membuka suara. Laki-laki itu juga pandai memancing saya untuk bercerita. Kenapa saya harus membicarakan Meru, ya? ‘Kan ini perkenalan saya. Hihi.
Oke, kisah saya dan Meru sudah saya ceritakan sepenuhnya dengan penulis cerita ini. Eh, bukan saya ceritakan, sih, melainkan penulisnya sudah membaca betul-betul pada buku harian saya. Semoga cerita yang penulis sampaikan sesuai dengan yang saya alami, ya! Kalau tidak sesuai, ya sudah, saya ikut alur penulis saja. Terserah dia deh mau membawa cerita ini ke mana.
Apalagi, ya?
Aha! Anggap saja sudah ada lampu menclang-mencling di kepala saya saat ini.
Saya kelas tiga SMA, baru naik tahun ini. Meru baru lulus, nah jadi saya sama Meru itu selisih satu tahun, tetapi kami umurnya berdekatan. Bagaimana? Meru orang pintar, dia SMA hanya dua tahun, anak kelas unggul. Kenapa Meru bisa dekat dengan saya? Nanti mungkin akan dia jelaskan di bagian perkenalan dia.
Kalian penasaran? Sama, saya juga. Apakah ada nama saya di bagian Meru nanti, ya? Sudah, ah, perkenalan sayanya. Nanti kalian bosan. Kalian pasti menunggu Meru yang bercuap-cuap, ‘kan. Nah, setelah kalimat ini akan ada kalimat-kalimat luar biasa dari Meru.
-Rinjani Maheswari
Mahameru Erla Arlanta
“Rinjani adalah gadis dengan tawa yang pecah dan bahagia yang receh. Sudah, segitu saja.”
***
Hai!
Sapaan pertama saya mirip dengan Rinjani, ‘kan? Hihi. Saya baru pertama kali melihat Rinjani menulis banyak hal seperti bagian di atas. Gadis itu pasti sedang excited sekali ketika tahu kisahnya akan dituliskan. Pasti sekarang dia sedang senyum-senyum sendiri, ketawa-ketawa sendiri, banting diri di kasur. Terus, dia akan tiba-tiba muncul di jendela kamar saya, mengatakan: “Meru! Kisah kita akan ditulis, saya bahagia!”
Dan, saya pasti akan tertawa melihat ekspresi lucunya. Rinjani memang semenggemaskan itu.
Dia bilang saya anak unggul di SMA, ya? Memang begitu, Tuhan menganugerahi saya otak yang lumayan encer untuk mengajari Rinjani. Makanya, saya akan berusaha keras agar memahami pelajaran untuk membantu Rinjani belajar. Begitu.
Kalian akan berpikir kalau Rinjani bahagia bersama dengan saya? Iya, dia bahagia.
Semoga dia akan terus bahagia setelah ini. Semoga.
Oh iya, kenapa saya dan Rinjani menggunakan bahasa saya-kamu bukan aku-kamu ataupun penyebutan nama? Kalian bertanya-tanya, tidak? Jawabannya karena saya dan Rinjani sama-sama nyaman.
Rinjani berkata: “Sebenarnya karena kamu saya menggunakan penyebutan saya juga, Meru.”
Nah, saya jawabnya: “Karena saya nyaman berbincang apapun dengan kamu, Rinjani.”
Setelah itu tawa Rin pecah. “Apa sih, tidak nyambung!”
Iya, saya memang selalu berkata tidak nyambung saat bertemu dengannya. Dan, herannya Rinjani selalu tertawa. Sudah saya bilang kalau gadis itu memiliki tawa yang pecah dan bahagia yang receh, bukan?
Sudah, ah, sampai di sini saja. Untuk bagian-bagian selanjutnya saya serahkan sepenuhnya sama si penulis. Semoga dia tidak mengecewakan kalian, ya! Sampai jumpa di perbincangan-perbincangan selanjutnya.
-Mahameru Erla Arlanta