Part 3

1814 Words
"Tumben kamu pulang cepat, Di?" tanyaku saat Aldi memasuki kamar. Sambil mendudukkan tubuhnya di atas sofa, Aldi mulai membuka satu persatu pakaian yang melekat di tubuhnya.  "Iya, seharian ini aku ketemu beberapa nasabah di luar kantor. Jadi, setelah selesai aku langsung pulang aja ke rumah. Lagian badan cape banget," ceritanya padaku. "Memang nggak ada mampir-mampir lagi tadi?" tanyaku penasaran. "Ada, sih," sahutnya. "Tadi mampir makan siang dulu sebentar lalu setelah itu aku langsung pulang," jawab Aldi sembari berlalu masuk ke kamar mandi. Dengan sangat hati-hati aku bertanya pada Aldi apa saja yang ia lakukan hari ini. Aku tentu saja tidak ingin Aldi menaruh curiga atas segala rentetan pertanyaan yang aku layangkan. Mendengar jawabannya, sekilas memang tidak ada yang aneh. Aldi menjawab pertanyaanku sesuai dengan apa yang ia lakukan. Tetapi ia tidak menjelaskan secara rinci makan siang bersama siapa siang tadi. Aku rasa, Aldi memang tidak ingi jujur kalau tadi siang sempat bertemu bahkan pergi bersama Bella. Saat Aldi sedang mandi, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Buru-buru ku ambil dari atas nakas, terlihat dari layar muncul nama Bella yang sedang mengirim pesan singkat di sana. Dengan sangat penasaran ku beranikan diri untuk membuka pesan Bella tanpa sepengetahuan Aldi. Padahal, biasanya aku paling anti memeriksa apalagi membuka fitur pesan pada ponsel Aldi. Aku sangat percaya sepenuhnya kalau suamiku selama ini tidak pernah berbuat macam-macam. Namun, rasa penasaran kali ini sudah terlanjur menyelimuti pikiranku. Ku buka pesan yang di kirim Bella kepada Aldi saat itu juga. Mataku sedikit terbelalak membaca isi pesan singkat dari wanita yang statusnya sahabat karib itu. Dalam pesan singkatnya Bella menuliskan kata-kata yang tidak biasa. Bella : [Aku masih kangen banget sama kamu, Di. Malam minggu besok kita keluar, yah. Terserah mau makan atau pergi nonton atau apa saja. Yang penting aku bisa ketemu sama kamu] Bella : [Nanti habis magrib kamu langsung jemput aku aja. Kita pergi makan malam dulu, aku udah reservasii tempat bagus untuk kita berdua menyantap makan malam.] Bella : [Oh, ya, Di. Nanti kamu langsung jemput aku di rumah aja. Jangan lupa pakai baju yang kemarin kita beli di mall] Aku meremas pelan handphone milik Aldi. Dadaku terasa sesak membaca runtutan pesan yang Bella kirimkan. Apa maksud semua ini. Apa mereka berdua benar-benar melakukan affair di belakangku? Karena tidak ingin Aldi membaca pesan tersebut, buru-buru ku hapus semua pesan singkat yang Bella kirimkan. Anggap saja tidak ada pesan yang masuk sama skali. Dan setelah berhasil ku hapus, dengan sigap ku letakkan kembali benda pintar itu di atas nakas. Sempat terdiam sejenak, aku semakin penasaran apa yang sudah dilakukan Aldi dan Bella di belakangku selama ini. Ku langkahkan kaki segera menuju tempat tidur. Ku paksakan mataku untuk tidur walau dalam hati berjuta tanya menyeruak. Apa benar Aldi selingkuh ? Apa benar Bella dan Aldi memiliki hubungan lebih dari sekedar sahabat? Ku coba menerka-nerka hingga tanpa sadar aku tertidur dengan sendirinya. Sempat lama terlelap dalam tidur, tepat jam satu malam, aku terjaga karena Vino yang tiba-tiba menangis minta s**u. Saat Ku kepalaku menoleh ke samping, ku dapati  Aldi tidak berada di pembaringannya. Aku semakin heran. Karena biasanya saat Vino menangis atau meminta s**u, Aldi lah yang paling sigap menggendong atau membuatkan s**u lebih dulu daripada aku. Namun, saat hendak menyusui Vino, samar-samar ku dengar suara Aldi berbisik di luar sana. Aku sangat yakin itu suara Aldi. Dan benar saja saat ku intip keluar kamar ternyata Aldi sedang berbicara di telpon, entah siapa lawan bicaranya saat itu. Pelan-pelan aku mencoba untuk menguping pembicaraan Aldi.  Sekilas terdengar sepertinya ia sedang melakukan janji untuk pergi keluar malam minggu besok. "Iya, nanti aku jemput. Iya aku janji. Mau pergi makan, nonton atau apa aja aku temenin yang penting kamu senang," jawab Aldi dari balik ponselnya Aku yakin, sangat yakin. Pasti saat ini Aldi tengah berbicara dengan Bella. Mengetahui kenyataan ini, aku hanya bisa diam mendengarkan. Toh tidak ada lagi yang bisa ku lakukan sekarang. *** Keesokan harinya, dengan sengaja aku menghubungi bella dan mengajaknya untuk bertemu pada saat jam makan siang. Sudah ku putuskan untuk menanyakan secara langsung padanya mengenai status hubungan antara dirinya dan Aldi. "Tunben kamu ngajak makan siang di luar? Selama punya anak, biasanya kamu lebih nyaman ngajak makan bareng di rumah?" tanya bella dalam telponnya. "Biasanya, kalau diajak keluar kamu selalu khawatir Vino bakal cari," lanjut Bella kemudian. "Iya udah lama banget aku nggak pergi makan di luar. Lagian, Vino ada yang jagain kok. Jadi, aku bisa tenang pergi keluar rumah," jawabku kemudian. "Ya udah, kita ketemuan di mana?" tanya Bella kemudian. "Seperti biasa, kita ketemuan di cafe otista aja pas jam makan siang." "Okay, Vin. Nanti kalau kamu sampai duluan di lokasi kabarin aku ya takutnya nanti aku kena macet di jalan. Sampai jumpa nanti siang," balas Bella lalu setelahnya menuntup sambungan telpon. Aku pun bersiap dan kali ini pergi sendiri tanpa di temani adikku. Aku tidak ingin Della terlalu jauh ikut dalam pusaran masalahku saat ini. Benar dugaanku, saat siang tiba, aku yang lebih dulu tiba di Cafe. Muungkin saja Bella memang terkena macet saat dalam perjalanan ke cafe. Sepuluh menit menunggu, wanita itu akhirnya datang dan langsung menegur. Belum lagi sempat Bella mengatur napas, tanpa basa basi aku langsung melayangkan pertanyaan perihal ada hubungan apa antara ia dan Aldi belakangan ini. Tentu saja Bella sedikit terkesiap. Tapi tak berapa lama wajah wanita itu kembali berubah biasa. "Jadi, kamu anggap aku punya hubungan istimewa dengan Aldi?" tanyanya dengan santai seperti tidak ada dosa. "Iyaa, kamu dan Aldi ada hubungan apa? Kalian bahkan sering jalan bareng tanpa sepengetahuan aku, kan?" tanyaku sedikit emosi. Bella terperanjat, terlihat dari wajahnya ia sempat panik. Namun seperti sebelumnya ia kembali melempar senyum tipis. "Aku sama aldi ya seperti biasa vin, temenan kaya biasa. Kamu kan tahu dari dulu aku emang sering banget manja sama Aldi. Ya mungkin karna aku kangen aja udah betahun-tahun nggak ketemu sama dia," jawab Bella . Kangen ?  Dia kan tahu dan sudah pasti sadar kalau Aldi itu sekarang statusnya suami ku. Iya, aku juga paham kalau kami memang bersahabat dekat dari dulu dan memang Bella yang paling dekat dengan Aldi daripada aku. Tapi untuk saat ini kalau Bella kangen dengan Aldi , apa boleh di benarkan ? Yang ada aku merasa risih. Aku mendengkus kesal mendengar jawaban Bella. "Tapi aldi sekarang kan suami aku bell, kurang etis aja kalau kamu kangen sama suami orang," jawabku ketus. "Suami orang gimana vin ? kan Aldi suami sahabat aku sendiri, dan Akdi juga sahabat aku dari dulu. Lalu kenapa harus risih?" Bella mendebatku. "Dulu juga kan kita sering kangen-kangenan kalau salah satu dari kita nggak ketemu dalam waktu lama," sahutnya kemudian. "Tapi masalahnya Aldi udah nikah sama aku Bella, udah punya anak malah, jadi tolong beri batasan supaya kelakuan kamu nggak melebihi batas yang ada. Tolong hargain aku di sini sebagai istri nya!" pintaku memohon. Dengan hati-hati Ku coba untuk meyakinkan Bella agar bisa menjaga jarak dengan Aldi. Aku tidak pernah melarang mereka jalan atau berkegiatan bersama, namun ada batasan yang harus nya mereka jaga. Aku berharap Bella bisa mengerti dan memahami permintaanku saat ini. Namun, Bella hanya tersenyum. Tak sedikit pun ia tak menjawab permintaanku dan tak juga membantah. Karna sudah terlalu lama keluar rumah, aku memutuskan pamit dan pergi meninggalkan Bella. Aku sangat berharap Bella mau menuruti permintaanku demi keutuhan persahabatan kami. ** Malam akhirnya tiba,  ternyata Aldi tetap pergi keluar malam itu. Terlihat sekarang ia begitu rapi dengan pakaiannya. "Sayang kamu mau kemana? tumben malam minggu gini keluar?" tanyaku saat Aldi bersiap keluar. "Iya kebetulan ada undangan makan malam dari klien vin. Aku nggak enak kalau sampai nolak. Dia klien utama di kantor," jawan aldi. Mendengar alasan nya keluar karna di undang rekan kerja nya untuk makan malam bisnis, mau tidak mau aku mengijinkannya. Tapi aku tidak bodoh, kali ini aku butuh bantuan adikku. Ku minta ia untuk membuntuti kemana aldi pergi malam itu. Bak detektif, adikku melaporkan setiap detail pergerakan Aldi malam itu. [Gimana dek, kamu lihat mas Aldi kemana aja] tanyaku dari pesan singkat yang ku kirim ke adikku. [Tadi mereka pergi makan kak, lalu mas Aldi dan mba Bella pergi nonton, ini mereka sedang antri beli tiket] [Mba Bella cantik banget malam ini kak] tulis adikku sembari mengirimkan foto bella yang malam itu mengenakan blouse cantik dengan warna kesukaanku. Benar saja, Aldi memang pergi bersama Bella malam itu. Mereka terlihat pergi makan dan nonton. Adik ku terus mengirimkan foto-foto kebersamaan mereka. Ada rasa kecewa mendalam di hatiku, tapi aku bisa apa? Hanya bisa menangis meratapi. Terpikir di benakku untuk menyusul mereka, melabrak dan bertanya apa maksud semua ini. tapi ku urungkan kembali niatku, ku pikir aku harus punya cukup bukti untuk membongkar semua ini. Kenapa aldi,  kalau Aldi memang suka Bella kenapa Aldi dulu menikahi ku bukan menikahi Bella yg memang lebih cantik daripada aku? Air mataku berurai, tak sanggup aku menahan sesak ini . aku menangis sejadi-jadi nya. Saat sedang menangis, aku di kagetkan dengan tangisan Vino. Suaranya nyaring sekali tidak seperti biasanya cepat-cepat ku angkat Vino dari tempat tidur nya. Tapi Vino bukannya diam malah semakin nyaring nangis nya. Ku timang-timang, sesekali ku beri ia s**u agar bisa tenang. Namun ,  Saat sedang asik menggendong Vino,  tiba-tiba aku di kejutkan kembali dengan suara daun jendela yg tiba-tiba terhempas dari luar. Padahal tidak ada angin malam itu , dan seingatku aku sudah menutup smua jendela kamar. Sebenarnya aku tidak sempat berpikiran macam-macam kala itu . Nanun anehnya bulu kudukku sempat merinding ketika hendak menutup jendela yang terbuka. Dan saat aku ingin menutup jendela, sepintas aku melihat seperti ada sosok hitam di balik jendela. Aku sempat terdiam sesaat, namun lagi-lagi aku tak berprasangka buruk malam itu. Setelah tenang, aku mencoba untuk menidurkan Vino kembali. Tak butuh waktu lama, akhirnya vino kembali terlelap dalam tidur nya. Ku peluk dan ku ciumi Vino seperti biasa. Setelah merasa Vino nyenyak dalam tidurnya, aku memutuskan untuk langsung tidur. Aku sempat terbangun malam itu, ku lihat Aldi sudah pulang dan masuk ke kamar mandi yang ada di kamar. Terdengar ia menyalakan keran kamar mandi, karna masih sangat mengantuk ku lanjutkan kembali tidurku. Tepat pukul 6 pagi aku terbagun, cepat-cepat aku bangun dan menyiapkan sarapan untuk orang di rumah. Berfokus pada masakan, ibu tiba-tiba datang menghampiriku. "Aldi semalam nggak pulang vin ? kok ibu nggak lihat mobilnya di depan ya? Biasa nya kan sabtu aldi libur kerja vin, tumben-tumben nya nggak sempat pulan ? Apa dia lembur di kantor?" tanya ibu penasaran. Aku terdiam sesaat, mencerna apa yang ibu ucapkan kepadaku. "Vinnn, kamu dengerin omongan ibu kan?" tanya nya lagi. "Iya bu, aldi di telpon teman kerja nya buat bantuin ngerjain kerjaan mendadak semalam, mungkin karna selesai nya udah larut malam, jadi dia sekalian tidur di kantor." dusta ku.  Aku terkesiap. sempat ku terdiam seperti patung di hadapan ibu. Dalam benakku tersirat pertanyaan, bukannya Aldi tadi malam ada di kamar dan masuk ke kamar mandi. Lantas siapa yg aku lihat semalam di kamar ? Atau aku hanya bermimpi. Ah tak mungkin, pikirku. [bersambung]
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD