bc

JODOH PAK DOKTER

book_age18+
8.2K
FOLLOW
74.9K
READ
love after marriage
goodgirl
student
doctor
drama
comedy
sweet
bxg
campus
city
like
intro-logo
Blurb

COVER by Author_Unfaedah

GENRE : KOMEDI ROMANTIS

NB : CERITA INI MENGANDUNG BANYAK KEGILAAN, HARAP UNTUK MENYIAPKAN CEMILAN DAN JUGA PASANGAN JIKA PERLU.

Arham—seorang dokter bedah tulang yang sangat pintar karena berhasil mengikuti program akselerasi sejak jaman sekolah mampu menyelesaikan studi dokter spesialisnya pada umur 28 tahun. Arham adalah tipikal dokter pada umumnya, cuek, dingin, tidak peduli dengan banyaknya perempuan yang mendekatinya. Jika teman-temannya sudah menunjuk pendamping yang mereka inginkan, berlainan dengan Arham yang sama sekali cuek dengan pernikahan. Dia tidak suka diburu-buru menikah, apalagi Ibunya. Ibunya sudah berulang kali memintanya untuk menikah, namun Arham selalu mengatakan jika dia akan menikah tapi bukan sekarang.

Akhirnya, Ibunya berinisiatif untuk menjodohkan Arham dengan anak temannya yang masih kuliah. Jelas Arham menolaknya karena tipenya adalah perempuan yang dewasa dengan pekerjaan yang sudah mapan.

Sayangnya pertemuan yang tidak Arham kehendaki malah terjadi begitu saja. Seorang perempuan yang masuk ruangan UGD dengan kondisi patah tulang membuat heboh semua orang dengan tingkah hiperaktifnya. Memiliki wajah yang imut dan terlihat kekanakan, membuat Arham hanya bisa geleng-geleng kepala.

Dalam sekali melihat, Fasha sudah jatuh cinta dengan dokter di depannya. Walaupun harus kecelakaan ketika menunggu laki-laki yang akan dijodohkan dengannya, namun dia bersyukur bisa bertemu dengan dokter ganteng yang merawatnya.

Lalu, Bu Dena—Ibu Arham—datang dengan membawa kejutan jika Fasha adalah calon istri Arham. Awalnya Arham tetap menolak karena calon istrinya seperti bocah yang baru saja beranjak dewasa. Dari wajahnya yang masih imut-imut sampai fisik yang seperti belum matang. Arham juga tidak menyangka jika Fasha adalah perempuan hiperaktif yang tidak tahu malu. Walaupun sudah berumur 20 tahun, Fasha tetap bertingkah seperti anak kecil yang kadangkala membuat Arham sebal dan kesal. Namun di satu sisi, dia menyukai pembawaan Fasha.

Lalu, apa yang akan terjadi jika akhirnya mereka berdua menikah? Apakah Arham dan Fasha akan jatuh cinta?

chap-preview
Free preview
ARHAM ALFADHIL JALAL
Nikah! Satu kata ajaib yang rasanya membuat otak Arham ingin meledak saat itu juga. Ingin rasanya ia menumpahkan unek-uneknya pada perempuan yang sudah melahirkannya itu. Berharap ibunya akan mengerti dengan kemauannya yang belum ingin menikah. Atau paling tidak untuk mencari pendamping hidup. Arham masih betah sendiri karena ia ingin mengembangkan karirnya lagi. Lagipula ini sudah jaman modern yang tidak terlalu kolot untuk menikah di usia matang. Arham bukannya tidak mau menikah, ia hanya belum ingin saja. Dan entah kapan inginnya. Yang jelas bukan sekarang. Laki-laki dengan jas putih, dalam kedokteran mereka sebut dengan snelli itu masih duduk di sofa ruang tamu rumah orang tuanya. Rumah khas daerah Jogjakarta yang biasa mereka sebut dengan rumah limasan. Rumah yang lebar dengan tembok kayu atau biasanya dengan anyaman bambu atau gedek. Banyak tiang di dalam rumah yang sering disebut dengan cagak. Arham melepas snelli miliknya dan menaruhnya di lengan kanannya. Selalu saja, jika ia disuruh datang ke rumah orang tuanya sudah pasti untuk membahas pernikahan. Entah itu pernikahan tetangga atau pernikahannya yang selalu tak pernah terlaksana. Ibunya masih berceloteh riang tentang teman-temannya yang sudah memiliki cucu semua. Bercerita jika anak tetangga yang jauh lebih muda darinya sudah menikah beberapa bulan yang lalu. Sampai cerita tentang masa muda ibu dan bapaknya yang juga menikah pada usia muda. "Kamu ini sudah matang. Kurang matang gimana coba? Mau sampai kapan kamu sendiri begini, le? Ibu dan bapakmu sudah semakin tua, apa kamu ndak mau nikah," ucap Bu Wanti dengan logat medok seraya membenarkan posisi duduknya yang dirasa nyaman. "Arham bukannya nggak mau nikah, Bu. Cuma belum ketemu aja yang pas." Hanya alasan itu yang selalu Arham gunakan untuk berkelit dari ibunya. Bu Wanti menarik napasnya kasar. Anak keduanya ini memang sangat keras kepala. Ia hampir lelah untuk menasehati anak keduanya yang sekaligus anak bungsunya itu. Jika masalah cucu, Bu Wanti memang sudah punya dua cucu dari anak pertamanya yang sudah menikah beberapa tahun yang lalu. Maka dari itu Arham merasa santai karena ibunya sudah punya cucu walaupun dari Mbak-nya. "Dengar ya Arham, Ibu akan menjodohkan kamu sama anak teman Ibu. Dan kamu ndak boleh menolak sama sekali." Ultimatum ibunya itu langsung membuat mulut Arham membuka lebar. Ia tak percaya jika ibunya akan bertindak nekat karena ia tidak segera menikah juga. "Nggak bisa gitu dong, Bu. Arham bisa kok cari calon sendiri. Lagian kalau masalah cucu, Ibu kan udah punya dua." Jawab Arham tak setuju dengan ekspresi kesalnya. Mana ada manusia normal yang mau untuk dijodohkan. Apalagi Arham orangnya cukup pemilih. Walaupun tidak ada satupun perempuan yang akan dia pilih menjadi istri. Alasannya karena dia belum niat untuk menikah. "Iya, dua tapi dari Sekar. Ibu maunya dua juga dari kamu. Ndak mau tau, besok kamu harus datang ke rumah lagi. Kita bicarakan semuanya. Ini keputusan Ibu sudah final." Jawab Bu Wanti yang membuat Arham hanya bisa menekuk wajahnya. Apa sebegitu tidak lakunya dirinya sampai orang tua harus turun tangan mencarikan jodoh? Sebenarnya, banyak yang mengantri untuk dijadikan calon istri. Tapi Arham-nya saja yang tidak mau karena memang tidak cocok. Ia harus beribu-ribu kali berpikir, dengan siapa dia akan menikah. Tapi tidak secepat ini juga kan? Siapa yang tak mau dengannya. Punya wajah yang tidak bisa dibilang biasa, karena standar ketampanannya melebihi batas normal. Apalagi profesinya yang sangar menggiurkan itu, tidak bisa dianggap remeh. Arham Alfadhil Jalal, namanya begitu sangat dikenal di sebuah rumah sakit swasta di Jogja. Rumah sakit Panti Rapih adalah tempatnya bekerja sebagai tenaga medis. Khususnya lagi, Arham adalah dokter ortopedi atau yang biasa dikenal dengan dokter spesialis tulang. Ia bekerja sehari-hari untuk mengurusi masalah tulang-tulangan. Mulai dari hanya cidera ringan sampai bedah sana, bedah sini. Umurnya masih tergolong muda untuk ukuran dokter spesialis, baru jalan 28 tahun beberapa hari yang lalu. Belum terlalu tua kan? Tapi bagi masyarakat Jawa khususnya Jogjakarta, umur 25 ke atas sudah dibilang tua dan harusnya sudah berkeluarga. Walaupun tidak semua menerapkan hal itu. Tapi tetap saja, orang tua Arham menganggap jika anak mereka sudah terlalu pantas untuk menikah. Lahir dari keluarga baik-baik dengan bapaknya sebagai purnawirawan TNI dan ibunya sebagai ibu rumah tangga yang baik. Ia dibesarkan dengan banyak kedisiplinan. Arham sendiri adalah anak kedua dari pasangan Pak Susanto dan Bu Wanti. Anak pertamanya adalah Sekarningrum yang sudah menikah dengan seorang Bintara beberapa tahun lalu dan dikaruniai dua anak. Sedangkan Arham, sampai sekarang saja masih men-jomblo. Karir masih menjadi prioritas utama baginya. Ia masih ingin mengembangkan segala potensi dan belum ingin ribet mengurus rumah tangga. Dan karena dia belum siap lahir batin sebenarnya. Bu Wanti datang dengan membawa nampan dengan sebuah cangkir berisi teh manis di atasnya. Kemudian beliau menaruhnya di meja di depan putra keduanya itu. Bu Wanti masih sedikit dongkol dengan anak laki-lakinya itu. Tapi mau dikata apa lagi, Arham juga selalu perhatian pada orang tuanya. Selalu nurut pada perintah mereka, walaupun perintah menikah hanya dibuat angin lalu saja. Begitulah Arham yang kadang membuat ibu dan bapaknya harus ekstra bersabar dan mengelus d**a setiap bicara dengan laki-laki satu ini. "Kamu ini mau berkarir sampai gimana, to? Kata orang, pendidikan dokter itu seumur hidup. Apa ya kamu ini mau nunggu sampai Bapak dan Ibumu ini udah ndak ada dulu, baru mau menikah, le?" Tandas Bu Wanti yang membuat Arham hanya bisa diam dan menyimpan rasa kesalnya karena selalu diburu menikah. "Ibu ngomong apa, sih? Arham bakalan nikah, tapi nggak sekarang. Arham masih pengen bebas bekerja, Bu." Tutur Arham yang kini nadanya melembut walaupun ia masih kekeh dengan pendiriannya. Bu Wanti hanya diam karena sudah lelah dengan berceloteh pada Arham yang nampaknya tidak berefek apa-apa. Susah sekali menjelaskan pada Arham tentang pentingnya menikah. Padahal kemarin Pak Susanto sudah memberinya wejangan, tapi nampaknya tak mempan sama sekali pada dokter muda itu. Dan sekarang nampaknya Bu Wanti juga menemukan jalan buntu. Arham memang susah, apalagi jika sudah menyangkut menikah. Pendiriannya memang terlalu kokoh untuk digulingkan. Arham memang bukan dokter yang terlihat lugu dan culun. Arham malah terlihat seperti model majalah karena tubuhnya yang tegap. Ditambah rambutnya yang rapi dan wajah datarnya yang membuat perempuan-perempuan jatuh pada pesona tak jelasnya. Lagipula siapa yang tidak suka pada dokter, apalagi ganteng dan manis. "Iya ni Arham, ganteng-ganteng kok jomblo. Harusnya kamu itu memanfaatkan kegantengan kamu buat dapat calon istri, lah ini? Nggak berfaedah," tukas Sekar yang tiba-tiba nyelonong masuk ke dalam rumah orang tuanya. Arham mendengus kesal, "nggak usah ikut-ikutan deh, Mbak. Lagian kan wajar kalau dokter nikahnya lama. Lagipula sekarang udah nggak jaman nikah muda," cetus Arham yang semakin membuat Bu Wanti tertekan lahir dan batin. Hati ibu dua anak itu jadi sebal. Selain karena Arham tak menikah-nikah, banyak tetangga yang selalu bertanya. Bahkan mereka sengaja pamer pada Bu Wanti tentang menantu mereka. Padahal ibunya harusnya tinggal tutup telinga saja. Dan kehidupan Arham terselamatkan dari kejamnya pertanyaan "kapan menikah?". Memangnya menikah itu tinggal ijab qabul lalu hidup akan bahagia selamanya seperti cerita Cinderella.   ---oOo---

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Skylove (Indonesia)

read
109.0K
bc

Bridesmaid on Duty

read
162.0K
bc

Marriage Not Dating

read
549.6K
bc

Akara's Love Story

read
258.2K
bc

The Ensnared by Love

read
103.8K
bc

I Love You, Sir! (Indonesia)

read
260.2K
bc

Unpredictable Marriage

read
280.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook