bc

My Choice (Indonesia)

book_age18+
2.3K
FOLLOW
31.3K
READ
sweet
like
intro-logo
Blurb

Kisah antara Edward Jacob yang playboy dan Grace Dominica yang setia dengan tipe pria idamannya.

Kaya,tampan,dan cerdas nyatanya tak cukup memenuhi syarat untuk mendapatkan hati seorang Grace Dominica.

Wanita cantik dan anggun, yang pekerja keras dan pemikir.

chap-preview
Free preview
Chapter 1
New York "Terimakasih atas kerjasamanya Mr.Ludwig," ujar Grace seraya tersenyum manis dan menjabat tangan pria berjas hitam di hadapannya. Rapat berakhir dengan kesepakatan kerja sama antara perusahaan Dominic Company dan Jacob Company. Seketika ruangan menjadi sunyi karena semua orang bergegas meninggalkan ruang rapat. Begitu pula Grace, bersama dengan Devani sekretarisnya. Ia melangkah dengan anggun menuju lift. "Luar biasa, Grace."  Grace tersenyum singkat kala mendengar pujian dari Devani. Jauh diluar hubungan kerja, keduanya bersahabat. Seperti saat ini, jika mereka hanya berdua. Tidak akan ada kata atasan dan sekretaris, yang ada hanyalah seorang sahabat. "Kau memang hebat. Kau bahkan bisa menaklukan perusahaan keluarga Jacob yang terkenal sulit dijinakkan itu."  "Tidak, Dev. Bukan aku, tetapi kita yang hebat." Devani tersenyum menyetujui ucapan Grace.                                   ---- Sementara itu, dilain tempat. Suara dentuman musik yang cukup keras menemani seorang pria tengah asik memperhatikan kerumunan wanita yang tengah meliuk-liukkan tubuhnya di atas dance floor . "Hai tampan. Apa yang kau lakukan disini?" tiba-tiba seorang perempuan dengan pakaian minim datang menghampirinya. "Seperti yang kau lihat." pria itu terlihat santai saat dirinya ditatapi dengan tatapan menggoda. "Aku Vina." perempuan itu mengulurkan tangannya.  "Edward." Tanpa diduga gadis bernama Vina tersebut justru semakin mendekati Edward dengan tatapan seolah ingin memakan Edward saat itu juga. "Kau terlihat sendiri. Bagaimana jika kutemani?" tawar Vina sembari mengedipkan sebelah matanya. Edward menaikkan alisnya. Menatap perempuan yang tampak agresif itu sebentar sebelum akhirnya sebuah tepukan mendarat di pundak Edward sehingga ia menoleh. "Ternyata kau disini," ucap Alex-sahabat sekaligus orang kepercayaan Edward. "Ada apa?" tanya Edward. Pria itu menatap sebentar pada perempuan di sebelah Edward.  "Ada hal penting yang perlu kita bicarakan" Edward mengangguk dan mengikuti permintaan Alex untuk kembali ke mansionnya. Tentu saja ini perintah Ludwig-Daddy Edward. Edward berani menjamin bahwa setelah ini dirinya akan mendapat siraman rohani dari Mommy serta wejangan-wejangan dari Daddynya.                                   ---- "Kau sudah 26 Edward. Lalu apa? Kau justru belum bisa bersikap dewasa!" ucap Ludwig dengan tegas dilengkapi sorot mata tajam yang terus menatap anaknya. Edward dengan tanpa rasa bersalah terlihat enggan menundukkan kepala . "Apa saja yang kau lakukan hari ini!" bentak Ludwig tetapi ditanggapi dengan santai oleh Edward. "Aku hanya bersenang-senang, Dad." ujarnya dengan nada datar. "Kau sudah menjadi seorang CEO , seharusnya kau bisa bertanggung jawab pada perusahaanmu dan buka-" "Aku hanya lelah bekerja seharian, Dad." Edward memotong ucapan Ludwig. Yang ia katakan adalah benar. Ia lelah harus mengurus bertumpuk-tumpuk lembaran kertas setiap harinya. Ludwig tampak menghembuskan napasnya kasar. Menahan emosi yang telah sampai keubun-ubunnya. "Tidurlah. Besok kau harus datang pagi ke kantor" tanpa perlu meminta pengulangan, Edward segera keluar dari ruang kerja ayahnya yang lebih pantas disebut ruang introgasi.                              ----                                        "Bagaimana semalam?" tanya Alex menahan tawa ketika Edward baru saja mendaratkan bokongnya di atas kursi kebesaran CEOnya yang empuk. "Pencerahan lagi" Edward berujar dengan raut wajah datar. "Hei, Ed. Apa kau tahu berita terbaik pagi ini?"  Edward masih sibuk menatap layar laptop yang baru ia hidupkan. Namun ia lantas mengalihkan pandangan dengan menatap Alex yang menunggu responnya. "Apa?" "Sudah kuduga. Jadi Ayahanda mu tidak mengatakan apapun?"  Edward hanya menggelengkan kepalanya singkat, terlihat sangat tidak tertarik akan topik pembicaraan Alex yang bahkan entah mengenai apa. "Ayahmu baru saja menyetujui kesepakatan kerja dengan perusahaan Dominic."  "Dominic? Jika tidak salah , CEO nya seorang wanita," gumam Edward, namun tetap dapat didengar oleh Alex yang kini telah duduk dihadapan Edward. "Tepat. Si cantik dan seksi Grace." "Grace?"  "Ya Grace Dominica, CEO Dominic Company yang menjadi buah bibir para pebisnis muda. Selain cantik, dia juga kaya,cerdas, dan sempurna. Kau tahu, banyak pria tampan yang berusaha mendekatinya namun ia tolak mentah-mentah." Alex menjelaskan seserius mungkin dan hanya ditanggapi anggukan dari Edward. "Bagaimana kau bisa mengenalnya? Aku bahkan baru mendengar namanya hari ini."  Alex menggelengkan kepalanya. Merasa heran akan sikap sahabatnya. "Itu akibatnya jika kau terlalu sibuk di atas ranjang bersama wanita yang kau justru tidak ketahui namanya" ucap Alex yang langsung dihadiahi tatapan tajam dari Edward. "Setelah kau bertemu dengannya. Kau akan tahu secantik apa dia."                                          ----  "Selamat pagi Ms.Dominica ada yang bisa saya bantu?" tanya sang resepsionis. "Bisa kau tunjukkan dimana ruangan CEO?" "Tentu saja, ruangannya ada di lantai 28. Disana anda hanya akan menemukan satu ruangan yaitu ruangan CEO Jacob Company," ucap resepsionis tersebut dengan ramah. Setelah mengucapkan terimakasih, Grace segera melangkah menuju lift dan menekan angka 28.  Setelah pintu lift terbuka. Grace dapat melihat hanya ada satu ruangan di lantai ini. "Selamat pagi, Ms. Ada yang bisa saya bantu?" sapa seorang wanita yang Grace taksir berusia 30 tahun. "Saya ada janji bertemu dengan CEO Jacob Company. Apa beliau ada di dalam?" "Apakah anda Ms.Dominica?" Grace mengangguk dan tersenyum. "Mari . Tuan sudah menunggu anda" Grace mengikuti wanita tersebut dan dipersilahkan masuk ketika pintu telah terbuka. Ia lantas memasuki ruangan tersebut. "Selamat pagi, Mr.Ludwig." sapa Grace ketika memasuki ruangan dan mendapati seseorang yang tengah sibuk menatap ke arah jendela sehingga membelakanginya. Merasa disapa, sang pria pun membalikkan tubuhnya yang justru nampak terkejut dan terkesima akan kedatangan Grace. Begitupula Grace yang terkejut ketika yang berbalik ternyata bukan Ludwig, melainkan pria muda yang tampan dan tinggi. "Maaf, sepertinya saya salah ruangan." Grace berniat undur diri namun langkahnya terhenti saat suara bariton dari pria tampan itu menginterupsinya. "Apa Anda Ms.Dominica? Dari Dominic Company?" tanya pria itu sembari mendekati Grace. "Iya."  "Perkenalkan saya Edward Jacob. CEO Jacob Company. Putra dari Ludwig Jacob." Edward mengulurkan tangannya. Grace merasa sedikit tertegun. Setahunya, CEO disini adalah Ludwig. Mungkin sudah berganti tanpa sepengetahuan Grace. Dengan ragu Grace membalas uluran tangan tersebut.  "Grace Dominica" cukup lama Edward tetap menggenggam tangan Grace disertai tatapan yang sulit diartikan.  "Silahkan duduk, Ms.Grace." Grace mengalihkan pandangannya ke segala arah. Ia paling benci berbasa-basi pada orang asing yang orang baru dikenalnya, apalagi jika itu adalah pria tampan seumurannya. Suara sempat hening seketika hingga Edward memulai pembicaraan. "Jadi, mengapa anda ingin bertemu dengan saya?" Grace langsung menatap Edward yang ternyata sedari tadi memperhatikannya. "Sebenarnya saya ada perlu dengan Mr.Ludwig. Saya mengira beliau adalah CEO disini. Tetapi ternyata saya salah," ujar Grace. Dan tanpa Grace sadari, ucapannya itu membuat Edward merasa sedikit tersinggung. Pasalnya, ternyata Grace tidak mengenal tentang dirinya sedikitpun. Padahal selama ini Edward cukup terkenal karena ketampanannya di kalangan para wanita . Dan Grace tidak mengenal Edward sebagai CEO dari Jacob Company. Edward juga tidak mengenal Grace yang selalu menjadi incaran para pria. "Mr.Ludwig belum tiba di kantor hari ini. Beliau sedang ada urusan. Jika memang penting. Saya akan menyampaikannya nanti." Grace menelan salivanya ketika memperhatikan Edward bicara. Pria itu terlalu tampan di mata Grace. Namun perlu diingat, Grace adalah tipe perempuan yang tidak berani menatap mata lawan bicaranya yang sangat tampan-seperti Edward "Em begitu" 'seandainya tadi aku mendengar saran Devani, tentu aku tidak akan berada di keadaan seperi ini.' batin Grace. Tadi melalui telepon, Devani memang menyarankan Grace agar tidak pergi ke Jacob Company karena terlalu pagi, tentu saja Grace dengan keras kepalanya mengabaikan saran Devani. "Tapi saya harus menyampaikannya langsung kepada Mr.Ludwig. Kalau begitu. Saya permisi." ucap Grace beranjak dari tempat duduknya.  "Tunggu." Edward memegang tangan Grace berniat untuk mencegahnya pergi.  "Maaf." Edward langsung melepaskan tangan Grace ketika Grace menatapnya. "Mungkin kau bisa membicarakannya denganku. Karena aku CEOnya." Edward berkata dengan sedikit penekanan, seolah menyadarkan Grace bahwa dia lah uang memang seharusnya Grace temui. Grace berdehem singkat untuk meredakan kecanggungan. "Maaf Mr.Edward. Tetapi ini urusan saya dengan Mr.Ludwig. Saya permisi." Grace masih berusaha formal. Edward hanya menatap Grace ketika membuka pintu dan hilang setelah pintu tertutup. "Cantik," gumam Edward. Setelah itu Edward kembali duduk dikursi kebenarannya. "Halo. Cari info lengkap tentang Grace Dominica. Secepatnya. Aku tunggu!" ucap Edward pada seseorang diseberang telepon. ---- Grace segera bergegas kembali ke kantornya. Sudah cukup membuang waktu dan bertindak bodoh. Seharusnya tadi ia terlebih dahulu menelepon Mr.Ludwig, tidak bertindak gegabah dengan langsung mendatangi kantornya yang justru malah bertemu dengan makhluk tampan yang ternyata adalah CEO Jacob Company. Setelah tiba di kantornya, ia langsung disambut oleh pembicaraan Devani mengenai pria yang baru saja ia temui. "Dia tampan bukan," ucap Devani saat Grace tiba diruangannya dan langsung mengambil tumpukan kertas yang perlu ia periksa dan tanda tangani .  "Dia?" tanya Grace menaikkan alisnya tidak mengerti siapa yang Devani bicarakan. "Edward," ucap Devani. "Darimana kau tahu aku bertemu dengan dia?" tanya Grace "Seseorang memberitahuku"  "Siapa?" Grace nampak terkejut. "Tidak penting. Jadi bagaimana menurutmu? Dia sangat tampan bukan?" Devani mengedipkan matanya berniat menggoda Grace sedangkan Grace hanya menggelengkan kepala. "Jadi apa kau menyukainya?" tanya Devani , kini Grace menatap tajam kearahnya.  "Baiklah Nyonya pemilih . Setidaknya dia ada di dalam daftar tipemu bukan. Kalau tidak salah nomor terakhir, yaitu tampan. Oh, bukan dia justru sangat tampan, dan tinggi." Devani berujar dengan semangat tanpa menyadari perubahan ekspresi Grace. Grace yang kini menatap jam tangannya, mengetuk kan jarinya di atas meja. "Kau tahu. Membicarakan hal yang tidak penting denganku akan mengurangi jumlah gajimu. Jadi sepertinya gaj-" "Oke, oke Grace yang anggun . Aku akan melanjutkan pekerjaanku."                                            

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Akara's Love Story

read
258.2K
bc

Broken

read
6.3K
bc

His Secret : LTP S3

read
649.9K
bc

Fake Marriage

read
8.4K
bc

My Hot Boss (Indonesia)

read
660.6K
bc

Mas DokterKu

read
238.6K
bc

Beautiful Madness (Indonesia)

read
221.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook