bc

Truly Yours

book_age18+
827
FOLLOW
8.2K
READ
arrogant
badboy
goodgirl
drama
sweet
like
intro-logo
Blurb

[COMPLETE]

Jasmine selalu menolak mati-matian saat Varlo kakak dari sahabatnya mendekatinya. Namun, semakin Jasmine menolak semakin pula Varlo gencar mendekat. Di saat Jasmine mulai membiarkan Varlo mendekatinya, Valan sahabatnya bersikap aneh dan menunjukkan ketidak sukaannya jika Jasmine dekat dengan Varlo. Bagaimana hubungan kakak beradik, dan sahabat antara lelaki dan perempuan ini? Akankah Jasmine memilih sahabatnya? Atau kakak dari sahabatnya?

Cover by Lana Media

chap-preview
Free preview
1-Bertemu Lelaki Gila
Sebagian orang pertemuan pertama dianggap sebagai penyimpulan karakter sesorang ***  “Gue haus, nih.” “Ambil sendiri di dapur.” Jasmine meletakkan bantal sofa yang ada di pangkuannya ke tempat yang tadi dia duduki. Dia meninggalkan Valan sahabatnya menuju ke dapur rumah lelaki itu. Bukan hal baru bagi Jasmine menggambil minum sendiri di rumah Valan. Valandio Baktirajasa adalah sahabatnya sejak SMP. Sahabat antara lelaki dan wanita? Yups. Orang bilang tidak ada wanita dan lelaki yang murni bersahabat, pasti di antaranya terselip rasa cinta. Ya itu memang benar dan dialami oleh Valan, tapi tidak dengan Jasmine. Valan pernah menyukai Jasmine dan menembak wanita itu ketika SMA. Namun, Jasmine menolak karena dia hanya menganggap Valan sahabat, tidak lebih. Sekarang hubungan keduanya murni persahabatan. Valan juga sudah memiliki pacar, sedangkan Jasmine masih betah menjomlo. Entahlah wanita berusia 28 tahun itu menginginkan lelaki seperti apa. Jasmine lalu sampai di dapur rumah Valan. Perhatiannya tertuju ke gelas besar berisi cairan berwarna orange. Jasmine mengambil gelas itu dan menuangkan di gelasnya. Usai mengambil minum Jasmine berbalik, meminum orange jus itu sambil berjalan. Dia sudah tidak tahan ingin merasakan cairan orange segar itu. Jasmine berjalan ke arah samping rumah. Dia merasa gerah dan ingin mendinginkan tubuhnya dengan angin segar yang biasanya berembus di samping rumah Valan. “Sstt... Diam.” Samar-samar dia mendengar suara wanita. Dia menajamkan pendengarannya, setahunya Valan hanya tinggal sendiri di rumah ini. Kedua orang tua Valan lebih memilih hidup tenang di desa daripada di pusat kota. “Varlo.” Jasmine mengernyit mendengar wanita itu menyebut nama Varlo. Karena rasa penasaran, dia buru-buru keluar ke samping rumah. Dia mencari ke sumber suara hingga mata Jasmine terbelalak. Di depannya—tepatnya di kolam—renang ada sepasang kekasih yang sedang melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan di tempat umum. “Siapa kalian?!!” teriak Jasmine. Sepasang yang sedang berciuman itu seketika menoleh. Si wanita menatap Jasmine dengan pandangan kesal karena kegiatannya terganggu. Sedangkan si lelaki menatap Jasmine dari ujung rambut hingga ujung kaki. “Kalian berdua kenapa diam aja? Kenapa kalian ciuman di kolam renang seperti itu? Tidak modal sekali,” sindir Jasmine. Jasmine menatap lelaki yang terlihat tampan dengan rambut basahnya itu. Dia sempat terpana dengan wajah dewasa dan tegas lelaki itu. “Ada apa ini?” Terdengar suara seseorang dan derap langkah mendekat. Jasmine menoleh dan mendapati Valan berjalan ke arahnya. Jasmine melihat tidak ada raut terkejut dari Valan ketika lelaki itu menatap ke arah kolam renang. “Ada apa si lo kok teriak-teriak?” tanya Valan ke Jasmine. “Pasangan m***m itu siapa, sih? “ tanya Jasmine sambil menunjuk ke arah kolam renang. Jasmine terkesiap ketika tangannya tiba-tiba digenggam oleh tangan besar yang terasa dingin itu. Dia mendongak tersentak melihat lelaki itu tengah berdiri di depannya dan menggenggam tangannya. Jasmine lalu buru-buru melepas genggaman tangan lelaki itu. “Jangan sentuh-sentuh. Nggak sudi,” Jasmine mundur selangkah sambil tangannya terlipat di depan d**a. Valan mendesah sebal melihat kakaknya bersama wanita lain. Ya, lelaki itu adalah kakak Valan. Kakak yang baru satu minggu balik dari NY. Dari SMP Varlo memang tinggal di NY bersama sang kakek dan nenek. Itulah kenapa Jasmine tidak tahu menahu soal Varlo. “Jasmine dia Kak Varlo yang baru balik dari NY.” Jasmine menatap Valan tidak percaya kalau lelaki m***m itu kakak Valan. Jasmine hanya sekadar tahu kalau Valan memiliki kakak lelaki, tapi soal bagaimana rupanya, Jasmine tidak tahu. “Jadi dia kakak lo?” tanya Jasmine. “Ya. Lelaki yang kau maki tadi kakak sahabatmu,” jawab Varlo setelah tadi hanya diam mengamati wanita mungil di depannya itu. Valan menarik pergelangan tangan Jasmine lalu menariknya keluar. Dia memang tidak memarahi kakaknya karena bermesraan di kolam renang. Dia tahu kehidupan kakaknya di NY. Dia memang tidak bisa langsung mengubah kebiasaan kakaknya, tapi dia tengah berjuang mengubah kebiasaan kakaknya yang bergonta-ganti wanita itu. “Beneran itu kakak lo? Gila kelakuannya gitu banget. Nggak kayak lo,” ucap Jasmine kesal. Sekarang mereka berdua kembali duduk di ruang tengah. Jasmine duduk di tempat semula sambil memeluk bantal sofa. Sedangkan Valan duduk di sofa single sibuk sendiri dengan ponselnya. “Secara nggak langsung lo muji gue baik, loh,” jawab Valan masih sibuk dengan ponselnya. Jasmine mengangguk mengakui sifat Valan jauh lebih baik daripada kakak lelaki itu. Valan tipe lelaki yang mudah bergaul, juga tidak pernah berbuat macam-macam—oke mungkin pernah macam-macam—tapi tidak pernah seperti kakaknya yang berciuman di kolam renang rumah. “Beneran dia kakak lo?” tanya Jasmine masih tidak percaya. Valan meletakkan ponsel di atas meja lalu memutar tubuh menghadap Jasmine. Valan lalu menarik hidung wanita di depannya itu dengan gemas. “Iya. Apa perlu gue buktiin pakai kartu keluarga?” Jasmine mengusap hidungnya yang memerah. “Nggak perlu. Ck! Gue nggak nyangka malem ini mata gue terkontaminasi pemandangan kayak tadi.” “Gaya lo kayak anak belasan aja, Jas. Inget udah dua puluh delapan tahun lo.” Jasmine mengangkat bahu. Dia memang tidak pernah melihat adengan seperti itu secara langsung, kalau melihat di film tentu saja dia pernah. “Eh. Udah jam sepuluh, nih. Gue pulang aja, ya,” ujar Jasmine sambil melihat arloji di pergelangan tangannya. “Yuk gue anter.” “Biar gue aja.” Jasmine dan Valan menoleh ke sumber suara. Di dekat tangga, Varlo dan teman wanitanya berdiri sambil berangkulan. Jasmine mengalihkan pandang, melihat wajah kakak Valan membuat ingatan kejadian di kolam renang menyeruak. “Biar gue aja. Sekalian gue nganter dia,” ucap Varlo sambil melirik wanita di sampingnya itu. Varlo mendekat, terkekeh melihat Jasmine yang enggan menatapnya. Dia lalu menatap Valan yang seperti keberatan membiarkan sahabatnya itu pulang bersamanya. “Gue aja deh yang anter,” ucap Valan. “Kalau lo yang anter lo mau pakai apa? Ini kunci mobil lo, gue pinjem dulu. Mobil gue tadi di bengkel,” jawab Varlo sambil memainkan kunci mobil yang dia pegang. Jasmine berdiri dari posisinya, mengambil tasnya lalu menatap Valan. “Gue pulang sendiri naik taksi.” “Beneran lo?” tanya Valan tak yakin. “Iya bawel. Bye. Sampai ketemu hari Senin di kantor.” Jasmine melirik Varlo sekilas lalu berjalan cepat dengan keluar. “Mending lo anter dia, deh. Gue nggak tega malem-malem dia naik taksi,” kata Valan ke Varlo. “Baiklah.” Varlo berjalan keluar. Sesampainya di depan, dia melihat Jasmine hendak membuka pintu pagar. Varlo melepas pelukannya dari pinggang teman kencannya, lalu mendekat menarik lengan Jasmine . “Yuk gue anter aja.” Jasmine menghentakkan lengan ketika merasakan tangan Varlo mencengkeram kuat. “Gue pulang naik taksi aja.” “Ck! Keras kepala.” Varlo melingkarkan tangan ke leher Jasmine lalu menarik wanita itu ke mobil. Da membuka pintu dan mendorong Jasmine duduk di kursi penumpang. “Ah sial. Apa-apaan sih lo!!” Jasmine menoleh ke samping ketika Varlo masuk. Lalu dia menoleh ke bekalang dan menemukan wanita berwajah tirus itu duduk tenang di belakang. Jasmine mengernyit, kenapa wanita itu diam saja dan tidak protes? “Kayaknya gue salah tempat, nih. Gue keluar aja, ya. Kayaknya kalian bakal ngelanjutin yang tadi di kolam renang di mobil ini deh,” ucap Jasmine mencari alasan. “Lo bisa diem nggak sih? Dengan lo ngomong, rasanya gue pengen nyium lo.” Jasmine melotot mendengar ucapan Varlo. Dia buru-buru menutup mulut dengan kedua tangan. Dia tidak akan membiarkan Varlo menciumnya. Varlo melirik Jasmine yang menutup bibirnya rapat-rapat itu. Perhatian Varlo lalu tertuju ke teman kencannya yang duduk diam di belakang itu. Dia lalu menepikan mobilnya di pinggir jalan dan mengusir wanita itu dengan gerakan tangan. Setelah kepergian teman kencan Varlo, dia kembali melanjutkan perjalanan menuju rumah Jasmine. Varlo tidak perlu bertanya di mana alamat wanita di sebelahnya itu, sebab adiknya tadi sudah mengirimkan pesan berisi alamat rumah Jasmine.   *** Varlo menatap wanita di depannya yang sedang terlelap itu. Dia kerkekeh ketika ingat sepanjang perjalanan hanya dilalui dengan diam. Sudah lebih dari tiga puluh menit mobil Varlo sampai di depan rumah Jasmine. Bukannya membangunkan, lelaki itu malah melipat kedua tangannya di atas kemudi lalu menyandarkan kepala di atas tumpuan lengan. “Ehm.” Jasmine merasa lehernya pegal. Dia menegakkan tubuh dengan satu tangan memijit leher. “Pegal, ya?” Mendengar suara lelaki, Jasmine seketika membuka mata. Dia tersentak melihat Varlo menatapnya dengan senyum tersungging. “Ngapain lo di sini?” tanyanya ketus. Varlo menegakkan tubuh, tatapannya tidak pernah lepas dari Jasmine. “Nungguin Nyonya yang lagi tidur.” Jasmine menoleh ke kiri dan ke kanan. Dia baru sadar kalau mobil telah berhenti di depan rumahnya. “Makasih tumpangannya.” Tangan kiri Jasmine hendak membuka pintu, tapi tangan kanannya ditahan oleh Varlo. Jasmine menoleh cepat hingga tidak menyadari wajah Varlo terlampau dekat dengannya. “Apa-apaan sih lo. Gue mau balik!!” Varlo tersenyum manis. Dia semakin mendekatkan wajah ke Jasmine lalu menggesekkan hidungnya ke hidung wanita itu. “Lo apaan sih!!” gerutu Jasmine. Jasmine mendorong kening Varlo dengan tangan kiri. Dia menarik tangan Varlo yang masih mencekal pergelangan tangannya, lantas menjauh. “Mulai hari ini kamu pacarku.” Jasmine menatap Varlo tidak percaya. Baru beberapa jam bertemu langsung menjadikan pacar. Fix! Kakak Valan ini memang gila. “Lo gila,” ucap Jasmine di depan wajah Varlo. “Orang gila ini sekarang pacarmu.” Jasmine menggeleng. Semalam dia mimpi apa sampai bertemu dengan lelaki gila ini? Jasmine menyentak tangannya lalu buru-buru keluar mobil. Di dalam mobil, Varlo terkekeh melihat wanita itu.   ***   “Kakak lo gila. Masa nganter gue terus ngeklaim gue sama dia pacaran. Gila nggak, tuh!!” Jasmine berjalan mondar-mandir sambil memaki. Sesampainya di kamar, dia segera menghubungi Valan, mengadu tentang kelakukan kakak sahabatnya itu. “Masa? Dia beneran suka kali ke lo.” “Ya kali baru ketemu beberapa jam langsung suka.” Jasmine menghempaskan tubuh di ranjang. Dia memijit pelipis tiba-tiba pusing hanya karena Varlo. “Ya siapa tahu kakak gue langsung jatuh cinta.” “Lo nggak usah ngomong aneh-aneh. Udah ah gue capek. Bhay!” Setelah mengucapkan itu Jasmine memutuskan sambungan secara sepihak dan meletakkan ponsel di sebelah kepala. “Kakak Valan kenapa beda banget sama Valan? Jangan-jangan kakak tiri,” gumam Jasmine sambil terkekeh geli atas pemikirannya itu. Don't let me don't let me don't let me down. Jasmine mendengar nada ponselnya. Dia mengambil ponsel tanpa beranjak sedikitpun dan melihat sebuah nomor baru. Nomor siapa? “Halo.” “Halo, Jasmine.” Jasmine seketika terduduk mendengar suara seseorang yang membuatnya pusing itu. Tentu saja Varlo. “Ha!! Lo lagi. Lo ngapain, sih? Kok lo tahu nomor gue?” “Nggak susah, Sayang, dapet nomormu.” Jasmine menarik guling dan memukul guling itu dengan tinjuannya. “Ck! Gila!!” “Apaan, sih. Dari tadi kamu nyebut aku gila.” Jasmine menarik napas panjang. Sepertinya lawannya ini sangat tidak peka. Sudah dibilang gila, malah nggak marah. “Stop deh. Lo jangan bikin gue pusing!!” “Kamu pusing, Sayang? Aku ke sana, ya.” “Diam!! Lo beneran gila!!” Jasmine tidak perlu khawatir akan ada orang yang terganggu karena teriakannya. Kamarnya kedap suara, jadi dia bisa beteriak sesuka hati. “Ya-ya ya. Aku gila karenamu. Kamu lagi ngapain?” “Pengen bunuh diri.” “Aku ikut, ya.” Jasmine memandang ponselnya, melotot seolah benda itu adalah lelaki yang menyebalkan itu. “Oke gue matiin. Males ngomong sama lo.” “Eh, Sayang. Masa sama pacar sendiri gitu.” “Pacar mbahmu!! Ke laut sana!!” Jasmine memutuskan sambungan secara sepihak lalu menonaktifkan ponselnya. Kedua tangannya memijit pelipisnya. Ini bulan apa? Bukan bulan april jadi bukan April mop. Sekarang ini bulan Juni, adakah juni mop? Jasmine mengacak rambut panjangnya frustrasi. Harinya buruk karena bertemu dengan kakak sahabatnya. Varlo.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

T E A R S

read
312.4K
bc

Suddenly in Love (Bahasa Indonesia)

read
75.9K
bc

Kupu Kupu Kertas#sequel BraveHeart

read
44.0K
bc

Kujaga Takdirku (Bahasa Indonesia)

read
75.8K
bc

Noda Masa Lalu

read
183.3K
bc

Sacred Lotus [Indonesia]

read
49.8K
bc

Air Mata Maharani

read
1.4M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook