bc

Dipaksa Menikahi Mantan Napi

book_age18+
33
FOLLOW
1K
READ
HE
forced
heir/heiress
bxg
lighthearted
like
intro-logo
Blurb

Kehadiran Sherly di pesta ulang tahun yang diadakan teman semasa sekolah menengah atas itu berujung bencana. Sherly yang tak sadarkan diri saat itu harus terjebak dalam kenikmatan penuh hasrat bersama seorang mantan narapidana yang baru tadi pagi keluar dari penjara. Hubungan intim penuh kenikmatan itu membawa dua orang dengan karakter berbeda dalam sebuah ikatan sakral. Akankah mereka mampu menjalani ini semua?

chap-preview
Free preview
Bab 1. Gairah Dua Orang Asing
Seorang perempuan menari dengan liar di lantai dansa, sedangkan dua orang perempuan lainnya hanya mampu mendesah kasar melihat semua itu. Perempuan itu di kelilingi oleh banyak pria yang merasa tertarik dengan lekuk tubuhnya, tetapi dia sama sekali tak peduli. Kesadaran perempuan itu berhasil direnggut oleh wine yang bahkan masih dia minum sampai lantai dansa. "Akh ... mantep banget ...!" lenguh perempuan itu dengan tangan kiri yang dia angkat ke udara. Badan perempuan itu semakin liar, bergerak ke sana dan ke mari diiringi dengan desahan-desahan kecil yang begitu sensual. Pinggang perempuan itu meliuk-liuk dengan sensual, berulang kali dia juga menjilati bibirnya dengan wajah dibuat menggoda. Mata perempuan itu terpejam, satu sudut bibirnya terangkat ke atas membentuk sebuah seringaian tipis. Dua perempuan yang sedari tadi memperhatikannya menghela napas panjang. Perempuan dengan rambut berwarna cokelat itu melirik sang sahabat, dia mendesah lirih. Rasanya kepala perempuan itu pening melihat satu sahabatnya bergoyang dengan liar di kelilingi oleh pria-pria yang memandangi sosok Sherly dengan tatapan penuh nafsu. Tak jarang tangan-tangan nakal itu meraba tubuh Sherly, tetapi Sherly dengan cepat Sherly menepisnya. "Bunda Tari bisa serangan jantung kalau ngeliat anaknya kayak gini," lirih Adelia seraya memandang Sherly dengan tatapan pasrah. "Sialan!" Elesya berdecak keras, perempuan itu lantas bangkit dari duduknya saat melihat Sherly menggalungkan tangan di leher seorang pria asing. Adelia mengelus d**a naik turun, dari tempat perempuan itu duduk dia dapat melihat bagaimana raut wajah marah Elesya. Adelia juga dapat melihat dengan jelas bagaimana mulut Elesya bergerak dengan ekspresi kesal dan geram bercampur, sedangkan di depan sana Elesya mengepalkan tangan sembari memandang Sherly dengan tatapan tajam. "Ananda Sherly Anatasya ...!"geram Elesya penuh penekanan, alis perempuan itu menukik, dia mendesis tertahan saat Sherly membuka mata dan memandang dirinya dengan tatapan sayu. "Hehe ... El! El di sini?! Ayo kita goyang, El! Yuhu ... digoyang ...!" pekik Sherly dengan senyuman lebar, mata perempuan itu bahkan menyipit. Elesya menyorot nyalang pria-pria di sekitar mereka yang tengah memperhatikan dirinya dan Sherly dengan tatapan lancang. Perempuan itu menarik tangan Sherly dengan kasar membuat Sherly meringis kesakitan, sedangkan Elesya menulikan telinganya dia terus berjalan menerobos keramaian. Setibanya di tempat Adelia duduk, Elesya menekan bahu Sherly dengan kasar. Perempuan itu memandang Sherly dengan tatapan tajam, kedua tangan Elesya di depan d**a. Sementara itu, bibir Sherly mengerucut dengan mata berembun membuat pandangan perempuan itu memburam. Adelia yang melihat itu hanya mampu menggelengkan kepala, sedangkan Elesya sama sekali tak menunjukkan ekspresi apa pun selain wajah perempuan itu yang begitu datar. "El sadar udah gangguin Sherly yang lagi goyang-goyang?" tanya perempuan itu dengan nada lirih, bibir Sherly bahkan gemetar menahan Isak tangis. "Udah? Udah dramanya? Lu nggak inget lu ke sini pake alasan apa ke Nyokap lu? Lu ke sini dengan alasan ke apartemen gue! Dan dengan hebatnya lu malah berulah, are you kidding me?!" raung Elesya dengan tatapan menyorot marah. "Kok jadi salahin Sherly? Salahin aja yang bikin pesta, kenapa bikin pesta di bar?" Sherly mendongak, dia memandang Elesya dengan tatapan sayu. Meskipun Elesya terlihat jauh lebih tinggi dan besar di pandangan Sherly saat perempuan itu marah, tetapi Sherly berusaha untuk memberanikan diri menyahut ucapan Elesya. "Bego banget sih!" Adelia menoyor kepala Sherly dengan gemas. "Udah diamuk Elesya masih aja ngelak, mau dipasung lu sama dia, ha?!" sambung Adelia dengan wajah geram. Elesya membuang muka, perempuan itu membuang napas panjang. Mengurusi satu orang seperti Sherly saja sudah bisa membuat kepala perempuan itu rasanya pecah apalagi harus mengurusi sepuluh perempuan seperti Sherly. Pandangan Elesya beralih pada Adelia, perempuan itu memandang Adelia dengan tatapan serius. "Jaga Sherly jangan sampai dia bikin tingkah lagi!" titah Elesya yang diangguki oleh Adelia. "Gue mau bilang ke Mimi dulu, kalau kita bakalan pulang. Takutnya Sherly makin berulah," lanjut Elesya. "Okelah," jawab Adelia seadanya. Elesya pergi dari sana, sedangkan Adelia mengambil benda pipih miliknya. Perempuan itu menundukkan kepala, raut wajah Adelia begitu fokus saat melihat layar ponselnya. Berulang kali dia juga cekikikan, perempuan itu benar-benar melupakan apa yang diperintahkan oleh Elesya. Sementara itu, Sherly bergerak tak nyaman di tempatnya. Sherly merasakan tubuhnya memanas, ada gejolak rasa aneh yang duduk perempuan itu tak tenang. Kepala Sherly bahkan bergerak ke kanan dan ke kiri dengan gelisah. "Akh ... panas!" lirih Sherly dengan bibir mengerucut. Perempuan itu turun perlahan dari tempatnya duduk, dia berencana untuk mencari kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya. Sherly berjalan sempoyongan, kepala perempuan itu bahkan menunduk. Sesekali dia meringis pelan seraya memegang kepalanya yang terasa pening. Sherly yang berjalan dengan kepala tertunduk tidak sadar jika di depan sana ada seorang pria matang juga tengah berjalan ke arahnya dengan keadaan mabuk. Perempuan itu terus berjalan, sedangkan pria itu dari arah sebaliknya semakin mendekat. Suara benturan yang cukup kuat itu berhasil membuat Sherly meringis kesakitan, mata perempuan itu kembali berkaca-kaca. Sementara itu, pria yang menabrak Sherly mendesis tertahan. Dia membuka mata dan menundukkan kepala, tatapan pria itu begitu sayu saat memandang Sherly yang tingginya hanya sebatas d**a pria itu. "Uh ... kening Sherly sakit, pasti benjol ...!" erang perempuan itu. "Anak kecil sepertimu untuk apa di sini, hm? Apa kau tak tahu ini berbahaya untukmu, Sayang?" bisik Dimas seraya menarik pinggang Sherly mendekat. Mata Sherly berkedip lambat, dia mendongakkan kepalanya. Tatapan perempuan itu berubah berbinar saat mendapatkan seorang pria tampan yang kini menatap dirinya dengan pandangan sayu. Tangan Sherly terangkat, dia mengelus rahang pria itu dengan lembut berhasil membuat Dimas menggeram tertahan. "Kamu ganteng," ungkap Sherly dengan diikuti suara tawa yang begitu kecil. "Kau menggodaku, hm?" Dimas meremas pinggang Sherly dengan sensual. Tatapan Sherly berhasil membuat sesuatu dalam diri pria itu bangkit, dia mendesah pelan saat tangan Sherly turun membelai lehernya. Dimas yang sudah tak tahan dengan apa yang dilakukan Sherly langsung mengendong perempuan itu, sedangkan Sherly secara spontan melingkarkan kakinya di pinggang milik Dimas. Perempuan itu memandang sayu mata tajam Dimas sebelum akhirnya kepala Sherly terjatuh di pundak lebar milik Dimas. Langkah Dimas membawa pria itu memasuki salah satu kamar, dia membuka kamar itu dengan kakinya. Pria itu berjalan mendekati ranjang, satu sudut bibir Dimas terangkat sebelum pria itu melempar Sherly ke ranjang. Dia segera mengukung tubuh kecil Sherly, Dimas dengan sengaja membenamkan wajahnya di ceruk leher milik Sherly. Pria itu menghirup dalam-dalam aroma tubuh milik perempuan asing yang tengah melenguh pelan sembari meremas pakaian yang dia kenakan. "Akan saya pastikan kau akan menjeritkan nama saya dengan penuh gairah, Honey," bisik Dimas lantas menjauhkan wajahnya. Sherly terkikik. "Om tampan mau apa, hum?" tanya perempuan itu dengan suara lembut dan seperti anak kecil yang berhasil membuat Dimas semakin tak tahan. "Sialan!" Dimas menggeram tertahan, pria itu langsung membukam bibir Sherly dengan bibirnya. Pria itu memangut bibir Sherly dengan ganas. Ciuman Dimas semakin panas dan menuntut, pria itu meremas salah satu gundukan kembar milik Sherly membuat wanita itu mendesah lirih. Tak ingin membuang kesempatan, Dimas memasukkan lidahnya ke dalam mulut Sherly. Lidah pria itu menjelajah di dalam mulut Sherly, sedangkan Sherly memejamkan mata perempuan itu perlahan terbawa arus permainan Dimas. Tak merasa puas, bibir Dimas berpindah ke leher Sherly, pria itu memberikan beberapa tanda di sana membuat Sherly secara spontan mendesah lebih keras. "Akh ... Om ...," desah Sherly. Dimas mendongak, dia tersenyum miring memandangi wajah memerah Sherly. "Nikmati semuanya, Baby. Saya pastikan ini akan menyenangkan," bisik Dimas.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Her Triplet Alphas

read
7.5M
bc

The Heartless Alpha

read
1.5M
bc

My Professor Is My Alpha Mate

read
462.4K
bc

The Guardian Wolf and her Alpha Mate

read
496.2K
bc

The Perfect Luna

read
4.0M
bc

The Billionaire CEO's Runaway Wife

read
601.2K
bc

Their Bullied and Broken Mate

read
463.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook