bc

DAVINO

book_age12+
1.9K
FOLLOW
16.3K
READ
arrogant
badboy
drama
tragedy
comedy
sweet
like
intro-logo
Blurb

KRISANAYA PRASASTY, cewek mungil yang ketiban s**l karena terus menerus berurusan dengan Davi. Cowok yang di hari pertamanya menjadi murid baru sudah ia cap sebagai kakak kelas paling menyebalkan.

DAVINO MUHAMMAD FAISHAL, Ketua Ambalan yang kepalang cakep. Sangat suka Pramuka dan pembenci awan mendung.

Saat Masa Orientasi Pramuka, Davi tidak sengaja menenukan sebuah foto yang dijatuhkan oleh Naya, Adik kelasnya.

Davi menjadikan itu sebagai kartu AS-nya dan meminta Naya agar menuruti semua kemauannya selama satu bulan penuh jika tidak ingin foto tersebut tersebar ke seluruh penjuru sekolah SMA PERTIWI.

Tidak ada pilihan lain, Naya akhirnya menyetujui hal itu. Namun, ia tidak pernah menyangka akan separah itu kejadiannya. Menurut ibunya, itu adalah jimat keberuntungan. Tapi bukannya beruntung, ia malah harus berhadapan dengan Davi, si cowok tergila sejagat raya.

Tapi, itu hanyalah sekedar basa basi semata. Sebenarnya, Davi mempunyai alasan lain. Alasan kenapa dirinya memilih Naya. Alasan yang juga pada akhirnya menghancurkan Naya. Sebuah rahasia terperih untuk Naya.

Review :

"Cerita Davino keren! Suka deh! Apalagi overprotektifnya. Suka sama gayanya Davino pokoknya!" -Beta Rizki [Penulis buku Preman Sekolah Jatuh Cinta]

"Bep, Cerita Davinonya keren! Bikin nggak mau berhenti baca. Suka sama konfliknya!" - Aniswa Hasanah [Penulis buku Yaa Jaujiy]

chap-preview
Free preview
PROLOG
          Kesibukan dan suara riuh yang khas terjadi di kantin sebuah SMA di kota Bandung. Mulai dari yang berebut memesan makanan, rebutan tempat duduk yang memang terbatas keberadaannya, sampai mengobrol ria membicarakan siapa kakak kelas, adik kelas, atau teman seangkatan yang lebih tampan, lebih cantik, siapa yang most wanted, dan lain sebagainya seolah tak ada habisnya. Dari arah pojok kantin, terlihat seorang cowok dengan perawakan tinggi, kulit putih, wajah tegas dan tampan bersandar pada tiang sambil melipat kedua tangannya di d**a. Sebutlah dia Davi, cowok most wanted yang terkenal angkuh dan seenaknya. Matanya yang hitam legam sibuk memperhatikan seorang gadis yang sedang membayar makanannya. Seseorang yang sejak pagi tadi telah merebut perhatiannya. Bahkan, namanya seolah sudah ia save baik-baik dalam otaknya.           Ketika gadis itu berlalu, Davi buru-buru menghampiri tempat di mana tadi gadis tersebut berdiri. Diambilnya kertas berbentuk segi empat di bawah sepatunya kemudian membaliknya. Ternyata, sebuah foto yang seketika membuat senyumnya mengembang dengan langkah santai, dihampirinya cewek yang beberapa saat lalu menjatuhkan benda tersebut dan tanpa meminta persetujuan si penghuni meja, ia duduk tepat di hadapan cewek tersebut. Suara riuh kantin pun mendadak senyap saat dilihatnya Davi tiba-tiba saja menghampiri seorang cewek. Adik kelasnya pula. Sebuah pemandangan yang amat langka dan baru terjadi kali ini. "Kenapa? Kok natap gue kayak gitu? Enggak boleh gue duduk di sini?" tanyanya ketus. "Eh? Ng—nggak kok, Kak. Boleh-boleh aja," jawab gadis itu cepat.  "Lo yang namanya Naya?"  Cewek berkucir kuda itu mengangguk. "I—iya, Kak." "Lo bisa cari tempat duduk lain, gak?" liriknya pada cewek yang duduk di samping Naya. Cewek dengan name tag Ranita itu pun mengangguk. "Bi—bisa kok, Kak. Emmm Nay ... gue pindah tempat duduk dulu, ya. Bye," pamitnya cepat sambil membawa mangkuk mie instan dan es teh manisnya ke meja Novitri yang kebetulan masih kosong.  "Kenapa, Ran?"  "Enggak tahu. Tapi firasat gue bilang kayaknya bakal ada bencana besar, deh."  "Hus! Ngomong kok sembarangan banget sih lo. Temen kita, tuh!"  "Ya nggak gitu maksudnya, Nov. Tapi tuh emang kalau urusannya udah sama kak Davi ..." Ranita memperkecil nada suaranya.  "Kelar idup lo!" sambungnya.  "Serius? Tau dari mana?" Novitri membelalakkan matanya tak percaya. "Dari sepupu gue, kak Tiara. Dia kan sekelas sama Davi. Jadi sering cerita gitu. Pokoknya berurusan sama kak Davi tuh bikin naik darah. Ngeri banget deh!"  "Separah itu?"  "He'eh."  "Kita doain aja deh semoga enggak bakal kenapa-napa."  "Aamiin." Davi menatap lekat cewek di hadapannya. Menarik, ujarnya dalam hati. Kemudian ia menyodorkan benda yang ditemukannya tadi "Ini ... punya lo, kan?" Naya sontak kaget saat melihat foto itu yang kini berada di tangan Kakak kelasnya. Ia berusaha mengambilnya tapi naas, tangannya kalah cepat dengan Davi.  "Eits ... mau apa lo, hmm?"  "Kak Davi dapet dari mana foto itu? Balikin, gak? Itu punya saya."  Davi menaikkan satu alisnya. "Dari mana, itu enggak penting. Balikin? In your dream! Punya, lo? Jelas-jelas ini ada di tangan gue," ucapnya kalem. Benar-benar tipikal cowok yang sangat menyebalkan. "Tapi kak itu—"  "Lo pengen foto ini balik, kan? Bisa. Tapi ada syaratnya," ujarnya cepat memotong kalimat Naya dengan seenak jidatnya. Naya mengerutkan keningnya. "Sya—syarat?"  Davi mengangguk. Ia mendekatkan wajahnya ke arah Naya. Semakin dekat hingga sampai ke telinganya. "Lo harus nurutin kemauan gue selama satu bulan penuh," bisiknya pelan hampir tidak terdengar. Seketika, keadaan kantin semakin senyap melihat pemandangan menarik itu. "A—apa?"  Davi menjauhkan wajahnya dan kembali ke posisi semula sambil melipat kedua tangannya di d**a. "Gue bukan televisi yang nyediain siaran ulang.  "Ta—tapi, Kak?"  "Itu juga kalau lo gak mau foto ini gue sebarin ke seluruh penjuru sekolah," lanjutnya enteng.  "Hah? Ja—jangan, Kak. Saya mohon jangan. Please, please, please ..." pintanya sambil menyatukan kedua tangannya seperti sedang sedang memohon.  No! Big No! Apa jadinya kalau seluruh penghuni sekolah ini tahu? Bisa tamat riwayat gue!!! protes Naya dalam hati. Melihat itu, penghuni kantin semakin penasaran. Mereka mulai berspekulasi bahwa Davi telah mengatakan hal yang berbau peringatan. Ada juga yang beranggapan bahwa Davi telah melakukan penindasan. Semua tahu sosok seperti apa Davi ini. Davi kembali menaikkan satu alisnya. "Jadi?"  "I—iya deh, Kak. Sa—saya mau," ucap Naya akhirnya. Enggak ada pilihan lain lagi. Daripada nolak konsekuensinya mati berdiri? Ya Allah kok begini amat sih nasibnya? Belum juga resmi jadi anak SMA ... batinnya. "Good!" Davi tersenyum sinis. Senyum yang amat berbeda dengan saat ia melihat foto itu. Ia bangkit dari duduknya, memasukkan kedua tangannya ke saku celana, dan melenggang pergi.  "Apa lo liat-liat?" tanyanya galak pada salah satu siswa.  "Eh? Ng—nggak kok, Kak," jawab siswa itu gugup dan langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain.  Ranita dan Novitri yang melihat Davi sudah pergi pun langsung menghampiri Naya. "Kenapa, Nay? Kak Davi gak ngapa-ngapain lo, kan?" tanya Novitri. "Dia tadi ngomong apaan, Nay?" sambung Ranita.  "Huaaaa, kelar ... kelar semuanya kelar ... nasib gue, hidup gue, masa SMA yang udah gue cita-citain bakalan indah, hancur sudah ....."  *To be continue ....

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Sekretarisku Canduku

read
6.6M
bc

Kujaga Takdirku (Bahasa Indonesia)

read
75.9K
bc

Suddenly in Love (Bahasa Indonesia)

read
76.0K
bc

MOVE ON

read
94.9K
bc

Aksara untuk Elea (21+)

read
836.1K
bc

Mengikat Mutiara

read
142.1K
bc

Partner in Bed 21+ (Indonesia)

read
2.0M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook