bc

Gaze (INDONESIA)

book_age4+
1.6K
FOLLOW
11.9K
READ
billionaire
possessive
arrogant
dominant
goodgirl
sensitive
independent
CEO
boss
comedy
like
intro-logo
Blurb

Oza adalah seorang wanita dewasa berumur dua puluh enam tahun yang sangat anti berurusan dengan para 'Pria Kaya'. Bukan tanpa alasan ia bersikap begitu, hanya saja Oza sangat malas menghadapi drama beda kasta ataupun drama cinta terhalang restu. Rasanya semakin membuat hidupnya yang sudah sulit ini, jadi semakin sulit walau hanya sekedar membayangkan.

Oleh karena itu ia sangat menghindari adanya perasaan terlarang pada pria kaya beda kasta diatasnya.

Mungkin ia berhasil untuk menghindar dan tidak jatuh cinta pada kategori pria yang masuk daftar hitamnya tersebut, tapi apa jadinya jika takdirlah yang berbalik mengerjainya?

Seorang pria tampan berotak cerdas yang setiap bulannya membayar pajak hampir menyentuh angka puluhan milyar itu, justru menyukainya dengan cara yang kaku. Pria berfikiran teramat logis yang pada awalnya tidak percaya rasa Cinta itu, mampu mengubah pola pikir Oza begitu saja ketika bertemu tak sengaja dengan Oza saat Lingga tengah melakukan pemerikasaan di anak perusahaannya.

Sejak saat itu lah pria pekerja keras ini percaya akan sebuah kata pepatah 'Orang cerdas pun dapat menjadi bodoh karena cinta'.

Tapi tiga hal yang membuat Oza langsung tidak menyukai pria itu.

Ia kaku, tatapannya abstrak, dan ia kaya.

let's cek and vote!

chap-preview
Free preview
01. Oza Alsava
Jarak Jarak itu menyakitkan. Jarak  yang tak bisa di ukur dengan satuan angka, tak terlihat, namun sangat menyedihkan ketika dirasakan. Jarak tersebut seolah memberi peringatan untuk keduanya agar tau posisi masing-masing. Dan jarak menyakitkan itu, biasa kita kenal dengan strata sosial. Lebih dalam maknanya dari pada yang pasangan LDR bayangkan.   *** Oza Alsava, seorang wanita berumur  dua puluh enam tahun yang bekerja di sebuah jasa photo copy kecil. Ruko tempatya bekerja terletak di tengah-tengah ibu kota, tepatnya di depan sebuah kantor perusahaan real estate. Berpuluh tahun ia pontang-panting mencari uang hanya untuk pengobatan ibunya saja. Bahkan untuk urusan penampilan baju yang bagus dan peralatan make up, tak pernah terpikir untuk memiliki selama kesembuhan sang ibu belum di pastikan sehat sepenuhnya. Terkadang ada terselip rasa iri kala melihat perempuan sebayanya bahkan remaja yang baru lulus Sekolah Menengah A tas mampu melanjutkan sekolah tanpa beban, atau bekerja untuk menyenangkan dirinya sendiri. Oza bukanlah wanita tak berpendidikan yang luntang lantung di Jakarta. Ia lulus empat tahun yang lalu dari bangku kuliah dengan gelar Sarjana Ekonomi dan predikat c*m laude di salah satu Universitas ter-Akreditasi bagus di daerah Jakarta. Namun nasib baik nampaknya belum berpihak padanya. Waktu dua tahun setelah lulus, sudah ia habiskan hanya untuk mengetik, mencetak, dan mengantar lamaran pekerjaan dari satu perusahaan satu, ke perusahaan lain. Hanya sampai tahap mengantar lamaran pekerjaan, level tertinggi yang pernah ia rasakan hanya sampai tahap wawancara kerja saja. Dan setiap di tahap itu pula ia selalu gagal. Pewawancara perusahaan yang ingin ia masuki selalu menanyakan apa ia mempunyai orang yang dikenal di perusahaan tersebut. Bahkan ada yang sampai secara blak-blakan meminta uang padanya agar ia dapat masuk ke perusahaan tersebut. Yang benar saja, ia mencari kerja untuk mendapat uang bukannya memberi perusahaan uang 'kan? Untuk itu lah Oza memutuskan mencari pekerjaan yang menurutnya lebih logis dengan syarat yang lebih manusiawi untuk dirinya. Dan dapat lah ia disini, Sebuah jasa photo copy kecil di dekat area perkantoran yang sejalur dengan beberapa kampus dan sekolah. Letaknya yang cukup strategis serta berkat kemampuan Oza mengelola bisnis kecil milik teman ibunya tersebut, menjadikan usaha kecil tersebut semakin pesat berkat ide-ide out of the box yang ia miliki. Sayang sekali sederet perusahaan raksasa itu menolak dirinya untuk di jadikan karyawan. Padahal ‘kan Oza ini mutiara tersembunyi! "Mbak Oza, Fotocopy ini rangkap lima belas ya" Oza mendongak dari ponsel yang tengah ia mainkan kemudian berdiri seraya tersenyum kearah wanita cantik berkemeja tosca di depannya ini. "Rusak lagi ya Rin mesin fotocopy di kantornya?" Oza mengambil tumpukan kertas yang Rina ulurkan kemudian berjalan kearah mesin fotocopy dan mulai mengerjakan permintaan Rina, salah satu karyawan perusahaan di depan ruko tempatnya ini. "Ya namanya juga anak perusahaan Mbak, kesenjangannya jauh banget sama kantor pusat. Padahal orang pusat setiap tiga bulan sekali ngasih uang khusus buat peralatan baru, ga tau deh kemana-mana duitnya. Peralatan rusak juga ga di ganti-ganti lagi, masak mau nyebrang terus kesini sih Mbak" Rina mulai mengeluh pada Oza, gadis cantik dua tahun dibawah Oza itu sudah sangat akrab dengan Oza saking seringnya mereka bertemu di ruko ini. "Ya bagus dong Rin, kan Mbak bisa dapet uang banyak kalau peralatannya masih rusak" Oza tertawa di akhir kalimatnya. "Masalahnya aku di suruh-suruh mulu Mbak. Sampai bosen bolak-balik nyebrang jalan ketemu Mbak lagi ujung-ujungnya. Kalau aku ketabrak saking seringnya nyebrang jalan gimana?" Oza kembali tertawa mendengar perkataan Rina. Keluhan yang sering keluar dari mulut Rina tak jauh dari seputar pekerjaan. "Nikmatin aja sih Rin, bisa kerja ditempat bagus kayak gitu." Ucap Oza kemudian. "Iya sih Mbak, Rina kadang-kadang suka kelepasan ga bersyukur" Rina tersenyum canggung kala melihat perubahan raut Oza yang sangat signifikan. Sempat terjadi hening setelahnya, Rina jadi merutuki dirinya yang membuat suasana menjadi awkward begini. Namun dering pesan dari saku kemeja Rina membuat wanita itu buru-buru mengambil ponselnya. Matanya terbelalak lebar kala membaca pesan What's App dari salah satu rekannya yang menyuruhnya agar segera kembali ke divisi mereka. Tiba-tiba saja ada pemeriksaan langsung dari kantor pusat Bandung yang berkunjung ke cabang perusahaan mereka. Sentral perusahaan terletak bukan di daerah Ibu Kota, ya walaupun sama-sama kota besar jika di pikir lagi lebih work it jika sentral perusahaan terletak di kota semacam Jakarta 'kan? "Mbak! Itu udah selesai belum?" Rina berteriak heboh seraya berdiri dari duduk nya. "Masih banyak Rin, kamu kenapa?" "Mbak, Rina mau balik dulu ke kantor. Ini jam kerja tapi Rina di luar, tiba-tiba ada kunjungan aja dari pusat. Entar kalau selesai anterin aja ke kantor ya Mbak, titip sama Mbak Ayu Resepsionis loby" "Loh Rin, kamu gimana sih? Rina!" ketika sudah menyebrang jalan, Rina berhenti berlari dan kembali berbalik kearah ruko tempat kerja Oza. "Tolong ya Mbak, nanti pas jam makan siang duit nya Rina anterin" "Astagfirullahaladzim" Oza mengusap wajahnya kasar. Entah mengapa ia punya firasat buruk kala menatap tumpukan berkas milik Rina yang tengah ia kerjakan. *** Oza membawa paper bag berisi berkas pekerjaan Rina yang telah ia copy, ke kantor yang ada di seberang ruko tempat ia bekerja. Untung saja ada Bu Mira yang sedang memeriksa jasa photo copy miliknya, jadi nya Oza izin sebentar mengantar tumpukan berkas ke kantor Rina. Sesampainya di dekat pintu loby, Oza mengernyitkan dahi bingung kala melihat tidak ada security yang biasanya berdiri di dekat pintu masuk kantor. Jadi lah Oza sedikit maju kearah pintu guna melihat keadaan loby. Dan betapa terkejutnya Oza ketika melihat puluhan karyawan kantor tersebut yang tengah di kumpulkan di tengah-tengah loby. Keadaan hening mencekam, di depan semua karyawan tersebut ada seorang pria berjas abu-abu gelap menatap mereka nyalang tajam. Pria itu adalah Lingga Prabuyasa, pemilik perusahaan sentral yang baru saja datang mendadak dari Bandung. Oza pun memutuskan untuk mengurungkan niat nya mengantar berkas milik Rina, entah mengapa perasaannya semakin tak enak. Biarlah nanti Rina saja yang mengambil sendiri ke tempat nya. Namun saat Oza berbalik, bahu nya tak sengaja menabrak pintu kaca semi buram yang ada di depannya. Ia meringis pelan seraya merutuki kebodohannya. Ia yakin di belakang punggungnya sekarang berpuluh pasang mata sudah menatapnya mencela. Sungguh kebodohan yang tiada habisnya, Oza! "Masuk, Kamu!" suara tersebut terdengar jauh dari telinga Oza, tapi Oza yakin suara berat itu adalah suara pria. Buru-buru Oza melangkahkan kaki nya tanpa sudi melihat kembali arah belakang, ia terlanjur malu. Namun baru dua langkah Oza berjalan, seseorang merampas paper bag yang ada di tangannya dari belakang. Oza kaget bukan main, spontan ia membalikkan tubuhnya melihat siapa pelaku 'perampasan' paper bag di tangannya. Dan kali ini, kembali Oza di buat kaget untuk yang kesekian kalinya kala melihat siapa yang mengambil paksa paper bag tersebut. Pria bertatapan mengintimidasi yang berdiri di depan puluhan karyawan tadi, sekarang sudah berdiri di hadapannya seraya membaca kilat berkas photocopy penting milik Rina yang ia bawa. "Milik siapa ini?" Bulu kuduk Oza sontak meremang kala mendengar suara Lingga yang ada di hadapannya ini, Dingin dan dalam. Hening. Semua karyawan saling tatap satu sama lain, sedangkan Rina sudah memucat berdiri di tempatnya. Tatapan Rina dan Oza pun tak sengaja bertemu, Rina yang menatap Oza memelas, Oza pun menatap Rina seolah meminta pertanggung jawaban. "Saya tanya sekali lagi, Milik siapa ini?" Rina pasrah, ia mengangkat tangannya dan bersuara mengakui bahwa itu miliknya. "Kerjaan saya Pak." "Kamu nyalin hard copy di luar? Kalau kerjaan ga sepantasnya di ketahui orang luar. Kamu tahu ‘kan kode etik perusahaan yang menjaga kerahasiaan?" "Saya minta maaf, Pak" Ucap Rina pelan. "Kamu tidak bisa mengoperasikan mesin photocopy kantor?" "Atau kamu sengaja agar data perusahaan di ketahui orang lain?" Lingga terus-terusan mengacungkan kertas yang ada ditangan nya kearah Rina, melampiaskan kekesalannya akan mekanisme kantor cabang yang lamban. Entah mengapa Oza mendadak geram. Melihat Rina yang di permalukan seperti itu membuat Oza tersulut emosi juga. "Mohon maaf, tapi ini bukan sepenuhnya salah dia Pak. Peralatan di kantor Bapak ini sudah lama tidak bisa digunakan, jadi mereka tidak punya pilihan selain photocopy ditempat lain" Lingga sontak menoleh, menatap Oza datar. Ia sampai lupa akan keberadaan wanita satu ini. "Jadi sudah lama. Bagus, kamu harus memberi keterangan untuk itu." "Saya? Saya Cuma tukang photocopy. Bukan karyawan sini" Oza berbalik hendak pergi, meredam kekesalannya. Bisa-bisa nya ia di sangkut pautkan akan hal ini. "Saya harap kamu mau bekerja sama, saya akan melakukan PHK besar-besaran setelah ini karena kemunculan kamu" What the hell! Apa hubungan nya dengan Oza? Suara karyawan pun mulai kembali ricuh kala mendengar ucapan Lingga. Beberapa dari mereka menatap Oza sinis dan tak percaya kala Oza spontan bicara begitu. Padahal kan niat Oza ini tadi nya baik, ingin membela mereka semua agar tidak disalah-salahkan. Benar kan? Berurusan dengan orang kaya sangat merugikan! ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Skylove (Indonesia)

read
109.0K
bc

My Ex Boss (Indonesia)

read
3.9M
bc

Loving The Pain

read
2.9M
bc

Mengikat Mutiara

read
142.1K
bc

I Love You, Sir! (Indonesia)

read
260.3K
bc

MANTAN TERINDAH

read
6.8K
bc

AHSAN (Terpaksa Menikah)

read
304.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook