bc

Terjerat Cinta ART (Indonesia)

book_age16+
1.4K
FOLLOW
8.8K
READ
second chance
playboy
goodgirl
sensitive
drama
comedy
sweet
bxg
like
intro-logo
Blurb

Terjerat Cinta ART

Dia tidak canitk dan juga tidak seksi, dia hanya ART dari kampung yang memiliki kulit gelap, bertubuh pendek, berhidung pesek dan berbibir tebal namun mampu memikat hati seorang Deri Hadiwijaya, anak majikannya yang berprofesi sebagai seniman. Pria tampan dengan rambut gondrong itu sampai mengejarnya dan berniat memperistrinya, tak peduli jika ibunya menentang niat putra ke tiganya. Deri sudah terjerat cinta ARTnya yang bernama Ambarwati. Apa yang membuat sosok Ambar begitu istimewa di mata Deri? Akankah Deri dan Ambar bersatu?

chap-preview
Free preview
1. Ke Stasiun
Sore ini Deri tidak pergi kemana-mana. Pria berambut gondrong yang berprofesi sebagai seniman itu asyik di depan layar komputer dengan program corel draw -nya mendesain motif batik terbaru. "Deri...!!" Tiba-tiba terdengar suara  wanita di balik pintu kamarnya. "Iya Mi, ada apa?" tanya Deri seraya menoleh ke arah sumber suara. Wanita itu segera mendekat. "Bisa tolong Mami? jemput ART baru kita ke stasiun," ucap mami Deri yang bernama Bu Ratih Hadiwijaya setengah memohon. "Kapan?" tanya Deri. "Tahun depan! Ya Sekarang lah. Pak Sukri kan lagi mudik dan Pak Budi lagi menemani Papi, please ya Deri. Kasihan dia belum pernah ke Jakarta." Bu Ratih kembali memohon. "Oke, siap Mi." Deri mengiyakan. Deri adalah anak Bu Ratih yang paling nurut, sesibuk apapun dirinya ia akan memprioritaskan perintah sang Mami. Meskipun penampilannya terkesan acak-acakan dan garang namun ia memiliki hati yang lembut serta jiwa kemanusiaan yang tinggi. "Ini nomor ponselnya, namanya Ambarwati dari Yogya. Nanti kamu telepon saja dia untuk mencari posisinya ada dimana." Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu memberikan selembar kertas berisi deretan angka. Deri langsung menyalinnya ke kontak ponsel miliknya. Tanpa menunggu lama pemuda tinggi tegap itu segera bergegas mengambil kunci mobil. "Deri pergi dulu ya Mi. Muach..." pamitnya seraya mengecup pipi kanan ibunya.Ia memang selalu begitu. "Hati-hati ya." Bu Ratih mengikuti langkah anaknya hingga masuk ke dalam mobil jadulnya. *** Tiba di stasiun Deri langsung menghubungi nomor yang diberikan oleh sang Mami tercinta. Maaf nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif. Sekali, dua kali hingga berulang kali tetap tidak tersambung. Deri berjalan mondar mandir tak jelas sambil memperhatikan para penumpang. Sudah sejam yang lalu kereta dari Yogya tiba di stasiun itu, namun tak ada tanda-tanda orang yang dicarinya menampakkan diri atau menghubunginya. Ya Allah kenapa ga bisa dihubungi sih. Ambar...lupa nanya ciri-ciri fisiknya. Deri kembali mencoba menghubunginya lagi tapi tetap saja tidak aktif. Pemuda brewokan itu mulai frustasi. Deri lalu duduk di pojok tepat di samping seorang wanita berkulit gelap, bertubuh pendek sedikit gemuk,  dengan kucir rambut tak rapi, tampak bibir tebal dan wajah yang tidak menarik. Ia memegangi tasnya yang berisi baju-baju. Raut wajahnya tampak muram, sepertinya ia linglung. "Mau kemana mbak?" tanya Deri kepo. Sambil menunggu Ambar, lebih baik ia ngobrol-ngobrol dulu. "Ke Jakarta," jawabnya dengan nada ketakutan. Ini kota Jakarta yang baru saja dia kunjungi, jadi ada rasa takut yang luar biasa bertemu dengan orang asing. "lho ini kan lagi di jakarta," ucap Deri tersenyum. Ia yakin gadis di sampingnya pasti dari kampung. "Menunggu jemputan bibi saya." Katanya tanpa mau memandang Deri. Wajah Deri tampan namun terlihat menyeramkan. Deri bertubuh atletis, tinggi tegap juga berotot, rambutnya gondrong, tumbuh brewok di wajahnya. Satu Anting di telinga kiri dan jari-jarinya yang dihiasi batu akik serta kalung rantai di lehernya menambah aura sangar. Wajar jika wanita itu tampak ketakutan dengan penampilan Deri yang mirip preman stasiun. Celana jeans yang dikenakannya juga sobek-sobek. "Punya HP?" Tanya Deri. Wanita itu semakin curiga jika pria disampingnya berniat jahat. " Maaf, HP saya hilang. Dompet saya juga hilang Mas." Beritahu gadis itu. Ia ingin segera melarikan diri namun ia juga harus bertahan juka pergi peluang bertemu bibinya sirna. Apalagi ia tidak bisa menghubunginya. "Kamu kaya ketakutan gitu ya? Habis kecopetan? saya mau pinjam HP bukan mau malak. HP saya mati kehabisan batre." Deri tersenyum menyadari perubahan raut muka wanita itu. Wanita itu sudah kehilangan HP dan dompetnya entah sejak kapan entah di kereta atau saat turun karena ketika akan menghubungi bibinya, barang-barang berharganya raib begitu saja. "Iya Mas...Saya kecopetan." Wanita itu menangis. Ia bingung dengan nasibnya. "Aduh kasihan sekali. Kamu jangan takut. Saya bukan preman atau orang jahat." Ucap Deri. Wanita di sampingnya tetap tidak percaya. Ia ingat pesan ibu dan bibinya bahwa di Jakarta itu rawan kejahatan dan jangan percaya begitu saja dengan orang asing. "O iya kamu ke Jakarta mau kemana? ada alamatnya?" Tanya Deri iba. "Saya tidak tahu alamatnya. Bibi saya akan menjemput. Tapi sudah tiga jam belum juga." Tuturnya. "Kamu mau menunggunya terus? gimana kalau sampai malam dia tidak menjemput kamu." Ucap Deri lagi. Gadis itu diam, benar juga kata pemuda itu. Tapi mengapa Mbok Inah tidak menjemputnya, apa dia lupa? " Saya pasti menunggu.," Gadis itu mengangguk. Tak ada pilihan lain selain menunggu. Di Jakarta ini ia tak memiliki saudara, teman ataupun kerabat lainnya. "Sebenarnya saya juga mau menjemput orang ke sini tapi sulit dihubungi mana HP saya mati lagi. Dari Sleman Yogya juga sih namanya Ambar umur 20 tahun tapi tidak tahu rupanya seperti apa." Deri menjelaskan niatnya. Gadis itu langsung menatap Deri. " Nama saya Ambar Mas, bibi saya Mbok Inah. Saya ke Jakarta mau kerja di rumah Bu Ratih Hadiwijaya," ucap gadis yang mengaku Ambar itu. "Jadi kamu Ambar? Saya nyari kamu dari tadi. Kenapa ga bilang kalau nama kamu Ambar. Ayo buruan ikut saya pulang. Mbok Inah sama Mami lagi nungguin kamu." Deri bernafas lega akhirnya ART yang sedang dicarinya ketemu juga. Bagaimana saya mengatakan kalau saya Ambar, mas kan tidak bertanya. "Mas siapa?" Ambar tetap ragu. "Saya Deri Hadiwijaya, Bu Ratih itu Mami saya," ucap Deri tersenyum ramah. Deri berdiri lalu mengambil barang bawaan Ambar. "Tunggu Mas, tapi kenapa Mbok Inah tidak jemput saya?" tanya Ambar penasaran. "Ga ada supir yang anter, Ayo buruan kita pulang. Udah sore banget nih." Deri mempercepat langkahnya diikuti Ambar. *** Deri dan Ambar langsung menuju mobil Deri yang terparkir. Usai menyimpan barang bawaan Ambar di Bagasi. "Ayo masuk!" Perintah Deri. "Saya duduk di depan Mas?" tanyanya ragu. Ambar merasa tidak pantas. "Daripada di belakang. Nanti saya dikira sopir kamu. Cepet masuk!" Deri setengah mendorong badan Ambar agar segera masuk mobil. Pemuda berusia 24 itu pun langsung menutup pintu mobilnya. Ambar pun menurut perintah anak majikannya. Di dalam mobil suasana hening karena Ambar terlihat tidur dengan suara dengkuran halus. Kursi mobil yang empuk dan dinginnya AC mobil membuatnya nyaman tanpa sadar tertidur. Deri sendiri sibuk bergelut dengan kemacetan lalu lintas jalanan kota Jakarta. "Ambar....Ambar bangun udah sampai rumah!" Deri membangunkan Ambar. "Maaf saya ketiduran." Ambar nengusap sudut bibirnya yang basah. Ia malu sekali kepada Deri. "Iya ini udah ada di depan rumah. Ayo turun!" Perintah Deri lagi. *** TBC

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Bad Prince

read
508.7K
bc

Suamiku Bocah SMA

read
2.6M
bc

Mendadak Jadi Istri CEO

read
1.6M
bc

Marry Me If You Dare

read
222.8K
bc

Marry The Devil Doctor (Indonesia)

read
1.2M
bc

f****d Marriage (Indonesia)

read
7.1M
bc

Secret Marriage

read
942.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook