bc

Second Chance

book_age18+
919
FOLLOW
9.9K
READ
dark
twisted
mystery
like
intro-logo
Blurb

River muak terjebak dalam kungkungan bernama keluarga dan suatu tragedi membuat River ingin kembali untuk membayar kesalahannya.

Mampukah River memperbaiki kesalahannya?

chap-preview
Free preview
Bab 1
Aku kembali mengorek kuping dengan jari kelingking saat mendengar Shantie kembali memarahi dua bocah nakal yang tidak mau berhenti berlarian kesana kemari dan membuat rumah ini bagai kapal pecah, aku melonggarkan dasi yang terasa mencengkram erat leherku. Kenapa doaku tadi malam tidak juga dijawab Tuhan, kenapa mereka bertiga masih berada di sini dan membuatku semakin muak dengan tingkah dan juga keberadaan mereka.     “Daddy! Mommy nakal! Ayo tolong aku” teriak Arga dan Angel, kedua anakku yang sibuk melarikan diri dari kejaran Shantie, aku mencoba untuk menahan kejengkelan dengan senyum terpaksa. Imej-ku sebagai Ayah dan suami idaman tidak boleh luntur hanya karena kesalahan kecil. Dunia luar tidak boleh tau betapa muaknya aku berperan sebagai Ayah dan suami idaman. Mereka harus berpikir kalo keluaga River Rivanno Gautama adalah keluarga sempurna tanpa cela.     Shantie terlihat ngos-ngosan dengan baju kebesarannya, daster dan croll rambut masih terpasang di kepalanya. Aku tak habis pikir kenapa Papi dan Mami bisa sangat menyayangi Shantie dan memaksaku dulu menikahinya, Shantie jauh dari kriteria wanita yang cocok dijadikan istri.     “Angel, stop! ayo buruan, Daddy ada meeting pagi ini” aku meraih jas yang tergantung di kursi meja makan, lagi-lagi aku tidak menyentuh sarapan yang telah disiapkan Shantie. Rasanya perutku tidak mau menerima makanan itu walau hanya sepotong roti bakar buatannya.     Aku berjalan mendekati Shantie, ia terlihat kaku sambil memainkan ujung dasternya. Entah kapan aku terakhir berdiri sedekat ini dengannya, wajah kami saling berhadapan. Dulu aku masih bisa menemukan nilai lebih di wajahnya tapi sekarang yang ada hanya rasa muak dan benci.     “A..aku bantu pasang dasi kamu” ujarnya sambil mengarahkan tangannya ke dasiku, aku langsung menghalau tangan itu dan menyambar kunci mobil yang tergantung di belakangnya.     “Tidak perlu” balasku kaku dan dingin, setelah mengambil kunci aku langsung meninggalkan rumah, di belakangku Shantie, Arga dan Angel mengikuti. Entah sampai kapan hidupku direcoki mereka. Aku ingin bebas! aku ingin hidup sendiri tanpa gangguan mereka! tanpa mendengar ocehan Shantie setiap pagi dan mendengar teriakan dua bocah yang memekakkan telinga.     “Kalian berdua harus rajin ya belajarnya, jangan nakal dan turuti perintah Daddy, love you” ya ya ya kalimat yang sama selalu ia ucapkan saat mengantar kedua anaknya saat aku mengantar mereka sekolah.     “We love you more more more, Mommy… bye” balas mereka serempak dan kembali memekakkan telingaku, aku kembali mengorek kuping agar gendang telingaku tidak rusak karena mendengar teriakan mereka setiap pagi.     “Hati-hati dan nyetirnya jangan ngebut” ujarnya kepadaku, aku kembali acuh dan mulai melajukan mobil meninggalkan rumah yang 10 tahun ini lambat laun mulai mencekik leherku.     “Dad, kata teacher lusa ada pertunjukan di sekolah dan aku wajib membawa kedua orangtua, Daddy bisakan hadir?” tanya Angel, aku meliriknya dari kaca spion. Seharusnya aku merasakan kasih sayang Ayah kepada anak-anaknya tapi rasa itu sama sekali tidak bisa aku rasakan setiap melihat mereka, kehadiran mereka membuat langkahku menjadi sulit untuk menceraikan Shantie di awal pernikahan kami.     “Daddy sibuk” balasku, Angel menundukkan kepalanya. Kebanyakan Ayah akan merasa iba dan akhirnya memutuskan untuk menuruti keinginan anaknya, tapi aku sama sekali tidak iba. Mana mungkin aku membatalkan meeting demi menghadiri acara tidak penting itu di sekolahnya, itu tugas Shantie sebagai ibu-nya.     “Jangan sedih Angel, Daddy memang tidak pernah ada waktu untuk kita. Lebih baik kita ajak Uncle Whisnu, bagaimana?” ujar Arga menyindirku, aku melihat dia menantangku dari kaca spion. Anak itu memang tidak tau sopan santun, sejak lahir aku memang tidak menyukainya. Kehadirannya yang membuatku semakin terikat dengan pernikahan ini.     “Uncle Whisnu? Ya kakak benar, Uncle Whisnu selalu punya waktu untuk kita dan Mommy” balas Angel, marahkah aku saat mereka lebih memuji Whisnu dibandingkan aku, ayahnya. Oh tentu tidak, seandainya boleh memilih aku akan menyerahkan semua tanggung jawab ini kepada Whisnu, aku tau dia sangat menyukai Shantie. Aku bukan anak kemarin sore yang tidak bisa membaca isi hatinya, matanya selalu berbinar saat berbicara dengan Shantie.     “Kita sudah sampai” aku menghentikan mobil tepat di depan sekolah mereka, mereka tidak menyalami atau mengucapkan kata perpisahan seperti kelurga lainnya, mereka langsung turun dan mengacuhkan aku.     Aku menghela nafas lega, rasanya puluhan batu yang menghimpit pundakku akhirnya lepas dan hilang setelah kepergian mereka.     “Tuhan! kapan doaku engkau kabulkan!” teriakku sambil menatap langit biru dari Sunroof yang sengaja aku buka, aku menghirup udara kebebasan tanpa Shantie dan anak-anaknya yang selalu membuat nafasku tercekat jika mereka berada di dekatku. **** Tok tok tok     Aku melihat pintu ruang kerjaku terbuka, dua buah kaki jenjang dan mulus melangkah masuk meski aku belum mengizinkan ia untuk masuk, aku menghela nafas. Wanita ini memang terlalu berani menggodaku terang-terangan bahkan di depan sekretarisku yang mengikutinya dari belakang.     “Pagi, Pak River” suara centilnya membuat perutku langsung bergejolak, antara muak dan mual. Aku berdecak kesal saat melihat penampilannya yang lebih cocok untuk ke club malam daripada datang ke kantor.     “Siang, Jasmine” balasku dengan dingin, dia mengangkat tangannya untuk melihat jam yang terpasang di tangan kirinya.     “Upsss sorry, aku kira masih pagi loh” balasnya dengan nada centil dan manja, ckckck andai dia bukan anaknya sahabat Papi, mungkin sejak awal aku sudah menolaknya bekerja sebagai pengacara perusahaan ini.     “Ada apa” tanyaku tanpa basa basi, aku melihatnya duduk dengan sengaja mengangkat kakinya sedikit tinggi agar aku bisa melihat pahanya, Jasmine memang sempurna sebagai wanita. Tubuhnya terawat, sexy, menarik dan siapapun laki-laki akan tergoda. Nilainya sangat sempurna jika dibandingkan Shantie yang jauh bertolak belakang dengannya, awalnya aku sempat sedikit tergoda saat dia menggodaku setiap kami bertemu tapi lambat laun aku akhirnya membantengi diri agar tidak semakin jauh tergoda, memiliki affair dengan wanita lain hanya akan membuat langkahku untuk hidup bebas semakin sulit terlaksana.     “Ya ampun, kapan sih kamu bisa sedikit berbasa basi sama aku, tawarin minum dulu atau bertanya tentang kondisiku”     “Saya tidak akan membuang waktu berharga saya untuk bertanya tentang hal-hal itu, jadi lebih baik kita bicara langsung to the point” balasku sambil menantangnya, Jasmine tertawa dan sengaja mendekati tubuhnya ke mejaku, tubuhnya yang sintal seharusnya menggoyahkan imanku, tapi sampai saat ini tidak ada niat sedikitpun untuk berselingkuh dengan wanita manapun.     “Baiklah, karena Bapak suka yang pasti-pasti dan to the point. Kedatangan saya hanya untuk menyerahkan salinan perjanjian yang Bapak minta semalam” akhirnya aku melihat keseriusannya, dia mengeluarkan sebuah map berisi perjanjian yang kemarin ingin kembali aku pelajari, ada beberapa hal yang mengusik ketenanganku.     “Terima kasih” aku mengambil map itu dan mulai membaca satu persatu salinan perjanjian antara perusahaan ini dengan perusahan Azkalea Advertising, perjanjian yang dibuat Whisnu tanpa sepengetahuanku. Perjanjian ini dibuat saat aku sedang tidak berada di Jakarta, aku tersenyum penuh kemenangan saat mataku menemukan hal yang mencurigakan.     Aku mengambil pena dan mulai mencoret hal yang aku temukan tadi, setelah puas aku kembali menyerahkan map tadi kepada Jasmine, tanpa aku suruh Jasmine langsung membaca dan keningnya berkerut saat sadar ada kesalahan besar dan sangat merugikan perusahaan jika perjanjian ini masih tetap dilaksanakan.     “Batalkan perjanjian itu” kataku dengan tegas, melanjutkan perjanjian ini sama saja mencoreng wajahku dengan arang hitam, Whisnu bodoh! kenapa dia bisa berurusan dengan perusahaan abal-abal itu!     “Tapi…”     “Batalkan ya batalkan, urusan selanjutkan serahkan kepada saya” perkataan sangat tegas dan bagaikan titah raja yang tidak bisa diganggu gugat, aku lebih memilih bertengkar dengan Whisnu daripada merusak kepercayaan para klien karena kesepakatan bodong ini.     “Baik Pak, kalo begitu saya permisi dulu” Jasmine berdiri, aku pikir dia akan segera keluar tapi nyatanya dia kembali berbalik dan mendekatiku, kali ini dia duduk di mejaku tanpa malu.     “Come on River, kamu terlalu kaku.” Sekali lagi dia mencoba menggodaku dengan suara centilnya, aku menatapnya tanpa kedip.     “Jasmine, berulang kali saya memberitahu kamu untuk bersikap profesional. Kamu harus sadar jika kelakuan dan penampilan kamu sekarang ini snagat jauh dari kata profesional, saya tidak akan terpancing meski kamu bugil sekalipun di depan saya, dan…” aku menunjukkan jariku yang rerpasang cincin kawin, “dan saya sudah mempunyai istri” sambungku.     Bukannya menyerah Jasmine kembali tertawa dan berdiri dari tempatnya duduk tadi, lalu dia bertepuk tangan seakan mengejekku.     “Tapi pernikahan itu sepertinya tidak membahagiakan kamu, aku tidak bodoh. Kamu tidak mencintai wanita itu, kamu hanya menjalankan tugas sebagai suami dan ayah idaman, tapi aku yakin isi hati kamu berbeda dengan apa yang kamu tampilkan saat ini. aku…”     Bunyi ponselku menghentikan ucapannya yang sok tau, aku memang tidak mencintai Shantie meski kami sudah menikah 10 tahun, tapi selama ini aku berusaha menutupi dari siapapun. Aku selalu menunjukkan ke khalayak ramai jika aku dan Shantie adalah pasangan paling sempurna di muka bumi.     “Halo”     “River, ini aku Shantie”     Jasmine sepertinya sadar jika yang menghubungiku adalah Shantie, dia memutuskan keluar tanpa banyak kata. Untuk kali ini aku berterima kasih dia menghubungiku meski aku tau tujuannya menghubungiku untuk sekedar basa basi ‘River, malam ini kamu mau makan apa?’ atau ‘River, kamu pulang jam berapa?’, sungguh membosankan!     “Ya, aku tau. Ada apa?”     “Mami menyuruh kita untuk datang berkunjung malam ini”     “Aku sibuk, kamu saja dan jangan lupa bawa anak-anak”     Aku bisa tidur dengan tenang malam ini jika mereka menginap di sana, aku tau tujuan Mami memintaku datang, pasti dia ingin merecokiku lagi dengan nasehat-nasehat untuk memperlakukan Shantie lebih baik, hal yang terus terulang saat aku datang ke sana.     “Tapi Mami ingin bertemu kamu, aku sudah bilang kalo kalo hari ini pasti kamu sibuk di kantor, please jangan kecewakan Mami di hari ulang tahunnya”     Aku menghela nafas kesal, kenapa hidupku selalu direcoki wanita ini dengan rengekan dan gangguan, tak bisakah dia menyelesaikan semuanya tanpa diriku, dasar wanita tak berguna! ****

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Air Mata Maharani

read
1.4M
bc

BRAVE HEART (Indonesia)

read
90.9K
bc

Mrs. Rivera

read
45.3K
bc

MANTAN TERINDAH

read
6.8K
bc

LEO'S EX-SECRETARY

read
121.1K
bc

YUNA

read
3.0M
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook