Tak Pernah Salah

Dia adalah sosok yang tak pernah aku bayangkan untuk mendapatkan cintaku. Dia yang selalu diam ketika aku sambang ke rumahnnya. Sososknya yang begitu dingin membuat aku enggan bertegur sapa barang sebentar. Dia adalah adik dari ibu sahabatku ,yaa... dia adalah Om sahabatku. Hanya dengan melihat saja aku takut, mata yang tajam seakan menghunus tepat di netra mataku membuatku tak bisa dengan baik mengendalikan diriku yang  seakan-akan terhipnotis olehnya. begitu besar pengaruhnya terhadapku hingga aku tak menyadari jika semakin lama semakin dalam dia masuk ke dalam hati dan jiwaku. katakanlah aku berlebihan tapi jika berkaitan dengannya aku rasa itu tidak berlebihan. Dia bukan sosok pria tampan yang kebanyakan di idam-idamkan oleh banyak wanita di luar sana. Dia laki-laki sederhada namun dengan berjuta pesona dapat memikatku dengan hanya manatap matanya. Seringkali aku menyangkal tentang hal perasaan ini namun perasaan itu akan selalu datang lagi dan lagi. Aku kerap tersenyum sendiri ketika membayangkannya berada dalam jangkauan mataku. Dia terlalu indah untuk dipandang. Ya Tuhan aku seperti tida kmengenali diriku sendiri ketika membayangkannya. Aku takut ketika nanti dia menemukan seseorang yang akan mendampinginya menjalani sisa hidup dengannya. Lalu bagaimana dengan diriku, lalu bagaimana dengan perasaanku aku takut merasakan sakit aku takut merasakan luka, aku benar-benar takut Tuhan. Tuhan apakah aku egois jika aku menginginkannya bersanding bersamaku bukan dengan wanita lain?. Akan kuselipkan namanya dalam setiap sujudku, aku hanya berharap padamu Tuhan tidak ada yang lain. Hari itu dimana pertama kalinya aku melihatnya untuk pertama kali, di pesta ulang tahun sahabatku yang ke-15. Dia begitu gagah ketika aku melihanya melewati pintu dengan membawa hadiah yang akan di berikan kepada ponakan tercintanya. Dengan senyum tipis dia berkata "Selamat ulang tahun ya ponakan tercinta Om". Ya tuhan jantungku berdetak kencang ada apa ini, itu pertanyaan yang terlintas dalam hatiku. Dia mulai mengitari pandangannya untuk melihat betapa meriahnya ruang tamu serta keluarga di sulap menjadi tempat pesta. "Om kenapa baru datang sih?" "Maaf ya cantik tadi Om ada urusan sebentar yang tidak bisa Om tinggalkan." "Urusan  perempuanya?" "Huss anak kecil gak perlu tau" itu sepenggal percakapan yang aku dengar. Entah kenapa aku tidak suka ketika Anindira Putri Bagaskara atau yang biasa aku panggil Dira bertanya mengenai perempuan yang dekat dengan pria itu. "Oh iya Om ini aku kenalin dengan sahabat tercinta aku" kata Dira sambil menarik tanganku mendekat kearah Omnya. Aku menunduk ketika netra tajam itu menatapku penuh selidik seakan manilaiku. "Om ini aku kenalin temanku Ghaliba Maheswari atau biasa di panggil Hali, Hali ini Om aku dari pihak mama aku dia ini anak terakhir dan belum menikah hehehe" Dira tertawa seakan apa yang dia ucapkan itu lucu. kulihat pria itu hanya senyum tipis ketika ponakan tercintanya meledikinya. "Om aku namya Fatih Emeir Abimanyu, dan kamu harus tau kalau Om aku udah berumur tapi bbelum  nikah-nikah, kan sebel padahal aku pengen gendong debay" aku dengan segenap keberanianku mengeuarkan suara yang sejak tadi aku pendam. "Memang Ommu umur Berapa Dir?" "Saya umur 33 tahun" Sahut pria yang itu, ya ampun aku terkejut sontak aku menoleh kearahnya dan tepat pada saat itu manik coklatnya melihatku dengan tajam. Dia tampan dengan tatapan itu. "Hali Omku sudah tua kan?" "Om tidak tua hanya matang" ternyata dia bisa juga menyahut dengan penuh candaan, sungguh indah dirimu om.