Prolog

1133 Words
Waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore kala pria berbaju hitam dengan luaran jaket Bomber navy itu duduk di kedai kopi samping kampusnya. Tidah hanya ia kedua temannya pun juga turut meramaikan tempat yang selalu anak kampus datangi dengan kedok 'wifi gratis' itu "Fan ikut kita nggak malam ini nongkrong?" Suara temannya satu itu berhasil memecahkan konsentrasi Arfan dari game di tangannya "Males." "Banyak cewek cantik bro yakin lo nggak ikut?" Belum menyerah, temannya yang berdiri di depan turut membujuknya "Nggak ada kerjaan lo pada." Kedua temannya jika sudah berkumpul yang menjadi topik pembicaran selalu cewek cantik, atau sekedar saling membandingkan sebanyak apa mantan mereka. Katakan mereka itu b******k, meski begitu jika sudah menemukan orang yang betul betul mereka sayangi bucinnya mengalahkan anak SD pacaran. Ia pernah melihat bucin temannya secara langsung, bahkan kala mantan temannya meminta putus kedua temannya itu pernah mengurung diri di kos, tanpa mandi, tanpa makan, hanya merenung di atas kasur seharian. Memang lebay bagi orang sepertinya yang tidak pernah pacaran--biarkan saja selama tidak merugikannya "Lo nggak tah--Prfttt" "Anjing!! Jorok banget lo k*****t!" Teman di sampingnya mengumpat kasar ketika menerima muntahan air dari mulut teman di depannya langsung, alhasil kaos coklat yang dipakainya basah  "Anjritt. Ada khanza bro ada khanza!!" Jerit temannya heboh Ketiga pria itu menoleh cepat, termasuk Arfan Dhafin Ghifari yang saat itu masih asyik dengan gamenya. Ia pikir hanya sekedar wanita cantik biasa yang temannya tunjukkan di **, tetapi hari itu entah bagaimana mata Arfan malah terpaku menatap sosok wanita--junior nya yang masuk di kampus dua tahun lalu--menggunakan cardigan berwarna coklat muda dengan rambut di kuncir kuda sedang berdiri bingung di bawah terik matahari sore, wanita itu memang biasa, sangat sangat biasa jika di bandingkan wanita **, tetapi entah bagaimana bagi Arfan ada yang berbeda saat matanya menatap wanita itu. Matanya bahkan sampai bergerak mengikuti setiap langkah wanita yang sedang menanyai beberapa orang yang lewat dengan wajah bingungnya, sesekali dia nampak nyengir saat orang yang dia tanyai berucap Sampai akhirnya matanya bertemu, untuk pertama kalinya saat itu juga Arfan merasa sekelilingnya berhenti bergerak. Wanita itu tersenyum lebar, senyuman yang membuat 2 teman di sampingnya saling mengumpat kasar. Bagaimana bisa ada wanita seramah dan secantik itu di kampusnya kali ini. Arfan  bahkan sampai di buat tidak bisa berkutik, wanita itu selain karena kecantikan sederhananya yang begitu memukau dia juga nampak begitu ramah dan baik hatinya yang menjadi paket lengkap--shit Wanita itu ternyata begitu populer di kampusnya. Sedikit demi sedikit Arfan ingat kedua temannya itu pernah menceritakan sosoknya--yang di kejar kedua temannya pula mati matian meski berulang kali di tolak. Bodoh memang wanita mana yang menolak dua temannya yang tampan dan kaya raya itu Tepat saat wanita itu berdiri di hadapannya dengan senyum lebar Arfan masih terus terkagum kagum dan sulit mengontrol ekspresinya sendiri Love at first sight "Sorry, lo Arfan Dhafin Ghifari kan? Di panggil bapak wahyu di ruangan." suara yang terdengar lembut itu mampu membuat lidahnya kelu bahkan kaku karena di detik itu juga Arfan mengakui bahwa ia telah menyukai sosok wanita yang berdiri di hadapannya 5 detik yang lalu dengan senyum manisnya "Gue gue gue Arfan, Khanza gue Arfan!" "Eh Khanza nyari gue ya?" Kedua temannya yang saling berabut mendekat pun tak bisa berhenti membuat mata Arfan menatap sosok cantik dengan kesederhanaanya sendiri Setelahnya selama hampir satu bulan Arfan mengagumi sosok yang katanya bernama Khanza itu diam diam, hingga pada akhirnya dia tahu beberapa hal tentang wanita itu Wanita itu tidak pernah menggunakan pakaian orang kaya seperti wanita kampus lainnya, apalagi datang menggunakan mobil atau bermake up tebal setiap ke kampus. Wanita itu hanya menggunakan kaos dan celana bahan, datang menggunakan motor matic keluaran lama, tanpa make up sedikitpun atau mungkin hanya memakai bedak bayi dan liptint tipis Arfan jatuh cinta dengan segala kesederhanaan wanita itu yang apa adanya. Soal kecantikan yang dimiliki Khanza itu hanya kelebihan yang Arfan dapatkan dari menyukai wanita sederhana namun populer karena kecantikan dan keramahannya Setelahnya Arfan kembali di buat kagum tatkala ia duduk di pinggir lapangan basket sambil memperhatikan wanita itu yang berdiri santai di depan senior, bahkan ketika senior itu sudah menatapnya marah siap untuk mengeluarkan lavanya wanita itu masih sempat sempatnya membenarkan tali sepatu yang lepas. Ajaib "Jadi, cowok gue mutusin gue cuma demi wanita.. ewhh, wanita jelek kayak lo?" Sinis si senior itu Harusnya sebagai seorang junior yang baru memasuki kuliah wanita itu menangis dan memohon maaf. Harusnya pun wanita itu tahu, tentang hal yang sudah tertulis di otak para senior yang 'gila hormat' itu bahwa jika ada junior yang berani sedikit saja pada senior seperti mereka maka bersiap saja akan di bully habis habisan tanpa ampun "Kok diam? Nggak bisu kan lo! Kalau di ajak ngomong tuh di jawab!" Suara teriakan senior tadi mampu membuat sekelilingnya menunduk takut tapi tidak untuk wanita berkaos putih dengan celana bahan hijaunya itu "Kata kakak saya jelek? Kok bisa pacar kakak lebih suka sama cewek jelek dari pada cewek cantik kayak kakak ya?" Dengan lugas wanita itu menyahut beserta wajah bingungnya "HEH!! Gue tahu gue cantik! Nggak usah di perjelas. Makanya lo tuh harus sadar diri apa perlu gue bawain kaca?! Nggak usah ganjen deh ngegoda cowok orang!" "Sadar diri kok saya kak, kan barusan di sadarin sama kakak. Eh tapi kalau kakak mau bawain saya kaca boleh juga kebetulan kak kaca di rumah saya retak." "Lo ngejawab mulu ya! Udah ngerasa hebat lo hah!! Muka jelek aja belagu, jangan jangan lo pakai pelet ya? Atau pakai susuk? Gue laporin ke ketua jurusan tahu rasa lo--apa lihat lihat? Masih berani ngelawan gue?" Bukannya segera mengakhiri dan meminta maaf wanita itu malah diam menatap lawan bicaranya "Jawab! Punya mulut kan lo!" "Aduh kumaha atuh kak tadi saya ngejawab di marahin saya diam di suruh ngejawab si kakak lucu ihh." Jawaban tanpa beban dari wanita itu berhasil membuat Arfan tersenyum tipis "b*****t! siapa sih nama lo belagu banget," "Siapa? Saya kak?" "Nenek lo!" Wanita itu tertawa kencang, benar benar begitu kencang dan sangat lepas, Arfan bahkan sampai geleng geleng kepala melihat itu "Sorry kak sorry habis si kakak lucu. Nama saya Kayrala Khanza Pradipa. Kalau di kampus di panggil Khanza sih biasanya tapi kalau sama keluarga di panggil ayra, nah khusus untuk kakak panggil saya aya saja biar nanti kalau ada yang panggil 'aya' saya hapal pasti itu si kakak. Terus nanti siap siap ngobrol cantik bareng kakak deh." "Nggak perduli! Mau lo dipanggil aya, ayam, angsa nggak per-du-li. Mulai hari ini hidup lo selama disini nggak akan tenang. Inget! Baik baik nama gue, catet! Nama gue Elvina aprilia!" Wanita itu mengangguk paham dengan mulut berbentuk o "Di panggil?" "El," "Oke sudah di ingat, sampai jumpa lagi kak El jangan lupa kalau ketemu panggil saya aya. Sorry saya tinggal dulu, saya ada kelas. Selamat siang dan selamat beraktivitas kak El." Arfan tersenyum. Demi tuhan Arfan sangat menyukai wanita itu Kayrala Khanza Pradipa
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD