When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
“Tante! Pak Rasyid sudah pulang!” Arya muncul menyelamatkan Lia yang diterjang kebingungan. “Oh! Bapak sudah pulang? Ayo, Lia, kita cepat-cepat siapkan makanan. Pasti lelah sudah mengantar pesanan nasi kotak ke beberapa panti asuhan.” Ibu Lia buru-buru mengangkat beberapa sisa lauk dan menuju ruang makan. “Masalah gosip itu, aku yang akan bereskan,” Arya mengedipkan sebelah mata, meraih sebakul nasi di atas meja. Lia menendang kakinya,” tentu saja! Itu, kan, perbuatanmu! Dasar playboy bermasalah!” “Argh! Bisa tidak, sih, berhenti menendangku?! Bisa-bisa sahabatku lari pas kenalan denganmu! Kucing liar!” “Siapa juga yang mau kenalan dengannya!” desis Lia kesal. Selama makan malam itu, sungguh mengherankan Ayah Lia sangat senang dengan kehadiran Arya di keluarga mereka. Rasyid Ahmad