When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
"Oh, begitu." Beno menjawab singkat. Cowok itu malas memperdebatkan hal yang menurutnya tak perlu. “Lagian, kenapa ekspresinya harus seperti itu? Apa aku membuatnya marah?” pikir Beno. Ada sedikit rasa tak enak melihat wajah Kareen yang memerah. Beno mengira bahwa gadis berambut merah itu menahan amarah padanya. Namun tidak dengan Kareen. Jawaban singkat Beno yang diterimanya, membuatnya merasa seperti sedang diejek. Dalam pemikiran Kareen, cowok itu seperti meragukan alasan yang diberikannya. "Yah, memang begitu. Dan asal kau tahu, aku tidak memiliki sedikitpun rasa suka padamu," jawab Kareen cepat. Sebenarnya gadis itu ingin menegaskan pada Beno tentang perasaannya pada cowok itu. Tidak, lebih tepatnya menegaskan pada dirinya sendiri. Beno hanya mengangkat kedua tangannya sambil men