When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
"Apa kamu ingin menciptakan perang dengan masuk ke wilayah ini?!" Brian memandang marah anak remaja di depannya. Surai hitamnya berayun ditiup angin, sementara mata merahnya memandang licik seorang pria mungil yang baru turun dari mobil dan menujukan helai hitam birunya yang khas. "Untuk apa, bangsa vampire memasuki kawasan bangsa werewolf hah?" tanya Brian sinis. Remaja itu tidak menjawab. Matanya malah asik mengikuti pergerakan anak itu, yang terlonjak-lonjak senang sambil sesekali tersenyum. Mata laki-laki itu melembut. Dia tersenyum kecil, sebelum berbalik untuk menghadap Brian sinis. "Apa kalian bangsa werewolf hanya menganggap perjanjian damai itu hisapan jempol belaka? Kami bahkan membebaskan kaum werewolf masuk ke wilayah kami. Kenapa kami tidak bebas masuk ke wilayah kalian?"