When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
“Ah! Maaf! Saya seharusnya tak boleh mengatakan hal ini. Ini di luar kuasa saya!” ucapnya seraya membungkuk hormat, membuat sang lawan bicara sedikit terkejut dan keheranan. “Baiklah. Kau pergilah istirahat, wajahmu terlihat sangat letih.” “Ah... aku... masih belum bisa tidur nyenyak di tempat ini, sih.” “Hmmmm.... Kalau begitu, aku boleh tahu, kau ini siapanya Zaflan? Kenapa sejak di telepon tadi kau memanggilnya sebagai tuan muda?” “Itu.... maaf sekali lagi, saya tidak bisa menjelaskan diri saya sebelum mendapat izin dari Matsuyama-sama.” “Begitu. Baiklah. Tidak apa-apa. Nanti aku yang akan tanya semuanya sendiri padanya.” Benar-benar kaku dan formal, batin Jena. Hal yang luput sesaat dari perhatian perempuan ini adalah tata krama yang terlalu sopan dan kaku dari Yuzu seperti meng