When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Lia kembali teringat gantungan kunci beruang yang baru dibelinya, kaki kanannya menyentuh tas kertas yang ada di lantai. Kenapa perasaannya tidak enak soal gantungan kunci itu, ya? Raut wajah Lia memucat. Mendengar kata karma, tenggorokannya seret menelan makanan. Apa di masa lalu, ia punya perbuatan yang membuatnya terkena sial tahun ini? Apakah yang dialaminya saat ini adalah sebuah karma? Karma gara-gara melanggar larangan orangtuanya? Bukan seperti prasangkanya pada Jena tentang sihir? Atau pada sosok perempuan gipsi dengan kutukan mereka, seperti di film-film? Wajah Lia memucat, di matanya terbayang-bayang wajah kecewa kedua orangtuanya. Jika sampai tahu anak perempuan mereka satu-satunya sudah punya mantan pacar, dan disentuh oleh pria yang bukan suaminya, apa jadinya kelak?