When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
“BUKAN! Bukan dia! Bukan dia orangnya...” Lia tiba-tiba menjadi panik, dan spontan menarik salah satu ujung lengan baju Arya. Kepalanya kemudian menunduk dengan pupil bergetar, takut dan malu di saat bersamaan. Sesaat, hawa dingin di sekitar mereka berdua lebih dingin daripada udara malam di hari itu. Lia menelan ludah gugup, merasa gelisah. “Bukan? Lalu siapa?” ia memasukkan kembali ponselnya ke saku, masih dengan nada dingin dan seriusnya. “I-itu... itu...” tenggorokannya tercekat, Lia tak bisa mengatakan begitu saja aibnya pada orang lain. Tapi, sejauh ini meski Arya sangat sulit ditebak dan menyebalkan serta kurang ajar, lelaki itu selalu menyelesaikan masalahnya begitu mudah dan cepat bagaikan kedipan mata. Apakah laki-laki di depannya benar-benar bisa dipercaya? Bagaimana ka