He is Rei

1003 Words
Tampan, tinggi, berbadan tegap, blasteran dan kalem itulah cowok yang sering Julia lihat ketika melewati jalan yang biasa ia tempuh menuju halte bus. Hampir setiap jam tujuh pagi Julia melewati tempat cowok itu bekerja. Terkadang ia melihat wajah cowok itu kotor, lusuh dengan beberapa guratan debu knalpot. Terkadang juga bajunya penuh dengan aroma oli atau pelumas lainnya. Bengkel. Cowok itu bekerja di sebuah bengkel mobil dan motor, tepat di pinggir jalan 500 meter sebelum halte bus yang biasa Julia singgahi untuk menanti bus ke arah Jakarta tempat ia bekerja. Penampilan cowok itu sangat menarik perhatian Juli dan membuatnya ingin mengenal dan menaklukkannya. Jika ia mendapat kesempatan dan berhasil berkenalan, sedetik pun tak akan ia abaikan. Karena tujuannya hanya satu. Menaklukkan hati dan berpacaran dengan cowok itu. Hari ini adalah hari Senin, hari tersibuk di seluruh penjuru dunia. Hari dimana anak sekolah, pekerja, pedagang, pengamen bahkan gembel sekalipun memulai aktivitas. Seperti hari sebelumnya, Juli bersiap berangkat bekerja di hari pertama minggu kedua ini. Ia mengambil motor Honda Beat miliknya lalu melajukannya pelan. Setelah tiga kilometer membawa motor, ia berhenti di bahu jalan karena merasa motornya berjalan aneh, berlenggak lenggok seperti penari jaipong. Juli menoleh ke belakang dan terkejut melihat ban belakangnya sudah mengempis atau lebih tepatnya disebut bocor. Ia turun dari motor lalu menepuk joknya kencang. "Dasar ban sialan! Pake bocor lagi, Lu!" umpatnya kesal dan tak peduli walau beberapa pengendara lain yang melintas sempat memperhatikannya. Rasa kesal Juli perlahan menghilang setelah teringat tak jauh dari tempatnya berada sekarang, ada sebuah bengkel motor yang biasa ia lintasi dan di tempat itu juga cowok ganteng itu bekerja. Dengan perasaan campur aduk antara senang dan kesal ia terpaksa menenteng motornya dengan memegang moto 'Menyelam sambil minum air'. Memperbaiki motor sekaligus bertemu cowok ganteng itu. Setelah sejauh 200 meter Juli berjalan, tibalah di bengkel yang dituju. Lelahnya pun terbayarkan setelah cowok ganteng itu menyapa dan melayaninya. Juli melihat nama yang melekat pada jumpsuit cowok itu kenakan. Rei. Nama yang singkat dan mudah diingat. "Bocor ya?" tanya Rei yang langsung memegang ban motor dan memeriksanya. "Iya nih, Mas. Tolong ditambal ya," pinta Juli sambil membuka helm dan masker. Ia menaruh helm di atas kursi lalu melihat arloji dan menggerutu lagi, "Aduh bisa telat gue!" gumamnya dan Rei mendengar jelas. Rei berjongkok melirik Juli. ”Ini kelarnya lama, Mbak. Teman saya belum datang lagipula saya juga harus kerjain itu dulu," ujar Rei, menunjuk sebuah motor yang duluan datang sebelum milik Juli. Juli menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Mau tak mau ia harus meninggalkan motor di bengkel dan kembali menjemputnya nanti malam. "Ya sudah, motornya saya tinggal di sini dulu deh," ucapnya pasrah lalu mengambil handphone dari dalam sling bag. "Berapa nomor handphonenya, Mas? Biar nanti saya tanya keadaan motor saya lagi." Ia meminta dan bersiap untuk mengetik. Rei menunjuk spanduk yang berada di atas dinding. "Itu, Mbak,” jawabnya santai. Juli melihat spanduk dan memang tertera nomor telepon bengkel. Ia melihat Rei yang sudah berpindah menuju motor yang berada di sebelahnya. "Saya minta nomor handphone Mas, bukan bengkel ini!" pintanya lagi dengan nada ketus. Rei membalas tatapan Juli dan tahu jika wanita di depannya itu agak keras kepala. Jika ia berdebat dengannya mungkin tidak akan selesai sampai nanti sore, mau tak mau ia menuruti permintaan Juli. Rei mengambil handphone Juli dari genggamannya lalu mengetik beberapa angka dan memberikannya lagi. Julia tersenyum lebar lalu memberi nama dan menyimpannya. "Oke, nanti saya telepon ya." Wajahnya berseri-seri setelah mendapat nomor Rei. “Thank you buat nomornya,” ucapnya lagi sambil mengangkat handphone lalu beranjak meninggalkan Rei yang hanya bisa menggeleng sambil tersenyum. Juli kembali berjalan sejauh 500 meter untuk sampai halte Transjakarta. Senyumnya mengembang di bibir merahnya setelah mendapatkan nomor handphone Rei, cowok yang selama ini menjadi gebetannya. Tiba-tiba Julia teringat novel yang berjudul 'Sengsara membawa nikmat', judul novel yang membuat nya ia tersadar sekarang, bahwa ia akan merasakan nikmat untuk pertemuan selanjutnya dengan Rei. Dan ia menyakini bahwa bisa mendapatkan Rei, seperti pada motto hidupnya, 'Jangan panggil gue Julia kalau gue gak bisa naklukkin cowok!' Lebay memang, tetapi itulah Julia. Setelah lima menit menanti, tak lama bus rute Blok.M tiba dan ia pun menaikinya. Julia bekerja di sebuah counter handphone milik saudara sahabatnya, Elis. Sudah 4 tahun lamanya ia bekerja di tempat itu. Semenjak lulus SMA Juli memang tidak melanjutkan ke bangku perkuliahan karena ayahnya hanya seorang buruh pabrik yang gajinya pas-pasan untuk menyambung hidup dan membiayai hidup dua anaknya. Julia hidup bersama ayah dan adiknya yang masih duduk di kelas 1 SMP. Sedangkan Ibunya sudah tujuh tahun lamanya meninggalkan mereka, karena terlibat skandal dengan teman ayahnya. Ya, skandal seks yang ia lihat dengan mata kepalanya sendiri. Saat menonton adegan itu Juli hanya terdiam dan tidak menghentikan justru membiarkan hingga mereka usai. Julia tidak menceritakan pada siapa pun termasuk temannya, Kinan. Ia menganggap tak terjadi apapun terhadap ibunya hingga suatu saat ayahnya memergoki ibunya menyinggahi hotel dan berhasil menggerebek mereka berdua. Semenjak itulah ibunya meninggalkan keluarga hanya demi seorang selingkuhan. Saat ini usia Julia sudah 22 tahun, statusnya kembali jomblo setelah tiga kali putus sambung hubungannya dengan Erik, pria yang 5 tahun lebih tua darinya. Pria yang bekerja di Koperasi Simpan Pinjam yang wajahnya mirip dengan artis Dwi Andhika. Julia bosan dengan Erik yang kerap memohon untuk mengajaknya bercinta. Erik selalu membandingkan dengan temannya yang sudah melepas keperjakaan dengan kekasihnya, bahkan Erik pernah membawanya ke hotel melati, tetapi untungnya Juli berhasil melarikan diri ketika Erik sudah melepas semua baju yang ia kenakan. Julia memahami pergaulan di zaman sekarang, dimana film porno bisa dikonsumsi dengan mudah oleh semua orang, bahkan film itu bisa membius seseorang yang sedang mabuk asmara untuk melakukannya. Tetapi, tidak dengan Juli, ia tak ingin melakukannya dengan sembarangan pria termasuk Erik. Setelah tiga bulan memutuskan hubungan dengan Erik, Juli mendapat kabar bahwa mantannya itu sudah menghamili rekan kerjanya, Lusi. Kemarin malam Julia menerima surat undangan pernikahan Erik dengan Lusi. Ia menganggap tidak penting untuk menghadiri acara pernikahan mereka. Saat ini ia sedang tertarik dengan seorang pria. Pria yang sudah menghiasi mimpinya tiap malam. Pria itu adalah ... Rei. .
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD