When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
"Jangan ikut campur kau bilang? Sadar, Van! Dia ini sangat berbahaya. Seharusnya dari awal aku sudah menyabet lehernya. Dengan begitu dia tidak akan melukain Bran. Bahkan sekarang dia mau melukai Duyuta? Ini yang kau yakini sebagai Cel Ales?” tanya gadis itu dengan suara bergetar. Gadis itu jelas sedang menahan emosinya yang hendak meluap. “Tak salah jika dari awal aku memang tidak percaya, bahwa dia adalah seorang Cel Ales. Harus berapa orang lagi yang terluka karenanya?" ucap Kareen sinis, bermaksud menyindir Beno. Gadis berambut merah itu lalu menatap tajam ke arah Revano tanpa menurunkan pedangnya sedikitpun dari leher Beno. Beno melirik ke arah pintu yang sekarang sedang kosong tanpa ada penjaga di sana. Sepertinya para penjaga yang sebelumnya berdiri di sana, benar-benar pergi menja