After "us" | 1

978 Words
Setelah semua luka berubah menjadi tawa, Setelah semua buram berubah menjadi kontras Setelah abu-abu berubah menjadi berwarna Setelah semua asa terwujud juga Setelah semua kecewa berubah canda Setelah sebuah rasa dibalas sama, Setelah "aku" dan "kamu" berubah menjadi "kita" Lalu kenapa harus ada "Dia"? ... "Rafa aditya! Rizal! Keluar kalian dari kelas saya!" Teriak Bu Mumun melengking, Naya memejamkan matanya setelah mendengar lengkingan Bu Mumun. Suara bangku yang di geser di susul langkahan kaki terdengar, beberapa murid menahan senyumnya, sementara Rizal dengan santai melangkah keluar kelas dan Rafa dengan senang hati akan menyusul Rizal. "Bu, Rafa gak usah keluar, dia katanya lagi butuh belajar serius, mau ikut olimpiade MIPA kan Bu!" Ucap Rizal di depan pintu dengan senyum jahilnya, "Bacot lo!" "Lo gak usah ikut dihukum bro, lo gak akan kuat, biar gue aja!" Rizal terkekeh kemudian melangkah keluar, "Kembali duduk Rafa!" Teriak Bu Mumun lagi, ia mengelus dadanya, mencoba sesabar mungkin, "kalian ini sudah mau kenaikan kelas 12! Harap jangan main-main ketika jam pelajaran! Matematika itu nilai pokok! Paham kalian?" "Paham Buu!" Ucap mereka serempak, "Lagian Rizal sama Rafa tuh, main mobile legend di kelas, pake suara keras pula, Bu Mumun juga udah tua tapi gak b***k-b***k banget!" Ucap Alya menyikut Naya, Naya sedikit terkekeh, "bicara apa kalian! Bilang saya sudah tua dan b***k! Saya dengar! Keluar kalian berdua! Lari keliling lapang lima putaran!" Lengkingnya lagi, Naya menunduk, "lo sih Al!" "Cepat keluar!" Teriaknya, Naya dan Alya bangkit lalu keluar menuju lapang, "Hai lapang! Terimakasih sudah menjadi lapangan yang luas!" Ucap Naya pada lapang, ia menghirup napasnya kemudian mulai berlari mengelilingi lapangan. "Kenapa sih tuh guru?" Bisik Rafa pada Dimas, "Lagi dapet kali," celetuk Dimas ringan. "Bu, Ibu lagi dapet?" Teriak Rafa yang langsung mendapat lirikan tajam Bu Mumun, sementara murid lainnya hanya menggelengkan kepala. "Kamu ingin keliling lapang juga?" Tanya Bu Mumun sensi, "Enggak Bu, Dimas yang bilang ibu lagi dapet!" Ucapnya kemudian terkekeh, tawa murid-murid pun pecah seketika. Bu Mumun melihat mereka, Dimas melirik Rafa, "k*****t lo!" Ucapnya. "Kalian berdua berdiri dibelakang! Cium tembok kelas!" Ucap Bu Mumun kelewat kesal, "Cepat!" Teriaknya lagi. "Ogah ah Bu! Bibir saya masih perawan, gak boleh cium-cium, apalagi cium tembok," protes Rafa, semua murid tergelak, tidak terkecuali Dimas. "Rafa! Dimas! Nilai kalian mau saya kurangi? cepat berdiri! Cium tembok!" Akhirnya Dimas dan Rafa bangkit dari duduknya, mereka menuju tembok belakang dan mencium tembok tersebut. "Hari ini ibu capek, ibu izin istirahat, kalian kerjakan LKS halaman terakhir saja, di kumpulkan di KM," ucap Bu Mumun kemudian membereskan buku yang ia bawa dan keluar setelah mengucapkan salam. "Wah gimana rasanya cipokan sama tembok?" Tanya Rizal yang datang dari luar, "Enak," ucap Rafa datar setelah kembali lagi ke bangkunya, menimbulkan kekehan bagi Rizal. Alya dan Naya kembali dengan wajah yang memerah, keringat menetes di dahi mereka, Naya duduk di bangku kemudian mengambil botol minum miliknya, begitupun Alya. "Panas ya Al!" Ucap Naya mengipaskan bukunya. "Iya duh," Alya mengikat rambutnya yang sudah memanjang sampai punggung. "Nay, Nay, Nay!" Panggil Rafa dari belakang bangku yang langsung mendapat respon dari Naya. "Kenapa?" "Pulangnya mau nunggu?" "Iya nunggu aja, lagian aku juga kumpul OSIS buat pelpasan kelas 12 entar," "Emang kumpul OSIS sampe jam berapa?" "Jam lima kali, kamu kumpul buat latihan soal olimpiade sampe jam berapa?" Ucap Naya melirik jam tangannya. "Gak akan kumpul, soalnya bawa aja ke rumah, kangen nongkrong sama temen-temen," Naya menganggukan kepalanya, "kalau gitu kamu yang tungguin aku." "Jangan percaya dia nunggin Nay, di tempat tongkrongan kita ada cewek cantik, bodynya beuh mantep! Nempel terus tuh cewek sama Rafa!" Ucap Rizal kemudian menggeser bangkunya untuk bergabung. Naya menaikkan sebelah alisnya melihat Rafa dengan tatapan curiga. "Apa?" ucap Rafa merasa terintimidasi. "Masih aja mau dikibulin dugong Nay!" ucap Rafa kemudian merogoh ponselnya untuk bermain gamenya. Naya sedikit terkekeh kemudian berbalik lagi, "Ya, Dimas ikut nongkrong gitu gak??" Bisik Naya pada Alya. "Gak tau tuhh, kenapa? Lo mau gue mata-matain Rafa?" "Ya gak maksa sih," ucap Naya sedikit kecewa, "Oke nanti gue sama Dimas ikut, ntar gue maksa." "Beneran? Makasih Alya!" Ucap Naya antusias. Pelajaran berlangsung alot, beberapa murid menguap bosan, menunggu detik-detik bel pulang berbunyi. "Pelajaran ibu cukupkan untuk hari ini, jangan lupa kerjakan tugasnya, assallamualaikum!" Ucap Bu Titik menutup pembelajaran. Murid-murid membereskan bukunya, bersiap pulang ke rumahnya masing-masing. Rafa bangkit dari bangkunya, menyampirkan tas ke bahu kanan dan keluar mendahului yang lain. "Eh, duluan Nay! Nanti kalau udah beres telpon aja!" Ucap Rafa sebelum menghilang dibalik pintu. Naya mengerucutkan bibirnya, "buru-buru banget si!" Ucap Naya kesal. "Gue kumpul OSIS ya Al, dah Alya, kalo ada apa-apa jangan lupa lapor ke gue!" Ucap Naya kemudian bangkit dari bangkunya. Naya berjalan menyusuri koridor, menuju ruang OSIS. Teman-teman yang lain sebagian sudah berkumpul, termasuk ketua OSIS baru bernama David itu. "Halo Naya!" Ucap David menyapa ramah Naya, sementara Naya hanya tersenyum seadanya. Rapat berlangsung cukup kondusif, semuanya tertata rapi dan tersampaikan, hingga tak terasa, waktu rapat sudah selesai. Naya mengotak-atik ponselnya menghubungi Rafa, tak lama Rafa mengangkat telponnya dan langsung menuju sekolah, iapun menunggu Rafa di bangku panjang dekat pos satpam, bersama Mang Ujang. "Nay mau bareng?" Ucap seorang cowok yang sengaja memberhentiikan motornya tepat didepan gadis itu. "Gakusah Vid," ucap Naya tersenyum memaksa, akhir-akhir ini ia risih karena ulah David. Bukannya Naya ke- geer-an tapi dilihat Dari gelagatnya, sepertinya David punya rasa lebih terhadap Naya. "Kalau gitu, gue temenin ya!" David mematikan mesin motornya kemudian melepas helm yang ia pakai. "Ish gak usah!" Tepat setelah Naya mengucapkan kalimatnya, David duduk di samping gadis itu, membuat Naya harus menjaga jarak beberapa jengkal darinya. Dan kini Naya berharap Rafa segera datang. Suara klakson yang memecah lamunan Naya kini terdengar, gadis itu segera bangkit dari duduknya, "duluan Vid!" Ucap Naya sedikit berlari menghampiri motor Rafa. Rafa menyodorkan sebuah helm, "itu pipi kamu kenapa merah?" Tanya Naya memperhatikan pipi kanan Rafa. Tangan Naya mengusap merah di pipi Rafa, dan Rafa langsung menjuhkan tangan Naya dari pipinya. Naya mengerutkan keningnya, "ini bekas lipstick!" Naya langsung menyodorkan helm itu kembali pada Rafa. Kemudian mejauh darinya. "Naya, dengerin gue!" Naya tidak berbalik, ia tetap melanjutkan langkahnya. "Anterin gue pulang Vid!" ucap Naya pada David yang kini sudah di gerbang. David terlihat bingung. "Naik!" Ucap David akhirnya. Mereka melaju cepat karena Naya yang memintanya demikian. Sementara Rafa melajukan motornya lebih cepat, mencoba menyusul gadis itu, Naya masih seperti biasanya, ia malas mendengarkan penjelasan. Seperti sekarang, ketika Rafa akan menjelaskan, ia pergi. Namun, gadis mana yang tidak berpikir negatif ketika melihat kejadian seperti itu?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD