5. Family

1555 Words
Adilia membawa Felia ke kamar yang di siapkan untuk Felia tentunya. "Tidur dulu, kalau sudah makan malam nanti bunda bangunin." Felia mengangguk dan menutup matanya. _U16_ "Sayang bangun." Felia membuka matanya. "Mandi sana, kamu bau." Ucap Adilia sambil terkikik.  Felia bangun dari tidurnya dan berjalan ke kamar mandi yang ada di kamarnya itu, tapi sebelum itu tentunya dia bertanya pada Adilia di mana kamar mandi nya. Satu kata. Wow. Kamar mandi nya bahkan kalau di bandingkan dengan kamar nya yang ada di indonesia, jauh lebih besar dan.. Rapi. Sekitar 30 menit dia selesai mandi. Tapi yang dia bingung sekarang adalah, dia mau pakai baju apa? Seingat nya dia tidak membawa baju barang satu pun ke mari. "Ini baju yang di siapkan oleh putri Adilia." Felia menerima baju dari pelayan itu. "Saya permisi." Pelayan itu berlalu. Seriously? Baju dress biru muda polos, selutut mungkin panjangnya. "Harus gue make baju kek gini?" Tanya nya pada dirinya sendiri. Tidak punya pilihan lain dia akhirnya memakai baju itu. "Putri Alicia sudah menunggu." Pelayan menunjukan jalan pada Felia. Mejanya udah kaya rel kereta api, panjang amat. Batin Felia. "Sayang ayo sini." Ajak Adilia. Felia menurut saja, kalau di hitung ada kira-kira 15 orang, dan ada satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, orang yang tidak di kenal nya. "Nah gini dong, anak ayah makin cantik." Felia mendengus. "Bunda. Tolong jangan bawakan lagi baju yang aneh-aneh." "Aneh dari mana, cantik kok." "Sejak kapan Feli mau make baju kek gini?" "Kan di pake juga." Rasanya Felia ingin membenturkan kepala nya ke tembok. "Ngak ada pilihan lain." "Ya udah." Felia mendengus dia memang tidak pernah bisa menang kalau sudah berdebat dengan bunda nya. "Felia." Panggil Alicia. Felia menoleh dan menatap malas Alicia. "Apa?" "Kamu mau hadiah apa buat ulang tahun kamu?" Felia berfikir sejenak. "1 hal." "Apa?" "Jangan pernah suruh atau maksa aku pake dress." Adilia tersedak mendengar penuturan Felia. "Nggak bisa gitu dong sayang." Ucap Adilia. "Kenapa?" "Kamu 'kan putri kamu bangsawan. Masa iya kamu ke acara ke pesta dansa pake celana jins." "Nggak pa-pa dong. Kan lebih leluasa bergerak, lah ini. Lompat aja langsung ke buka rok nya." Ucap Felia blak-blakan. "Nggak boleh. Ganti." Felia mendengus. "Ok. Aku ganti, dan yang ini nggak, boleh nggak." Adilia mengangguk. "Aku mau cuma waktu pergi ke pesta aja make dress kalau di rumah nggak, bebas make apapun. Deal?" Terpaksa. "Deal." Felia tersenyum senang. "Felia. Ini dari nenek." Felia menyirngit. "Ini apa?" "Buka aja sendiri." Felia membuka kotak kecil berwarna biru itu. Kalian tau isi nya. Isinya kunci. "Kunci?" "Nenek tau kamu ngak punya mobil di sini, jadi nenek belikan."  Mata Felia berbinar. "Makasih nek." Ucapnya girang. Dia memeluk Amelia. Felia berbisik ke Amelia. "Sebenar nya nek, nenek cuma bilang 'selamat ulang tahun' aja itu artinya melebihi mobil yang nenek belikan ke Felia." Felia melepas pelukan nya. Amelia memandang Felia. "Dengar nek, aku dari kecil nggak pernah di ajari buat buang-buang uang untuk membelikan kado atau membuat pesta. Cukup kata itu saja sudah lebih dari cukup." Felia tersenyum dan duduk kembali di samping Adilia. "Felia. Kenalkan ini sepupu dan adik mu." Amelia mengalihkan pembicaraan. Felia memandang ke arah enam orang laki-laki yang mungkin seumuran dengan nya. "Yang paling ujung, namanya Leardo Geovardi Alexander Scowatis sebelahnya Leonard Geardo Alexis Scowatis kembaran nya. Lalu sebelahnya lagi Sebastian Aviano Ivander Scowatis, mereka anak dari Alberto." Jeda sebentar. "Yang di sebelah nya Sebastian namanya Benedict Lutfi Anthoni Scowatis sebelahnya adik nya namanya Andrea Nevan Faustin Scowatis." "Banyak amat. Nama nya panjang lagi" Guman Felia terdengar Adilia. "Kamu ini." Adilia berbicara dengan suara kecil. "Dan yang itu adik mu, namanya Flavian Cleandro Istivan Scowatis." "Gue punya adik." Adilia kembali menyenggol lengan Felia. "Bunda ih apaan sih?" "Language." Felila menyengir. "Sebenarnya kalau dari silsilah keluarga kamu yang paling tua, tapi kalau menurut umur Leardo dan Leonard lebih tua, sedangkan Sebastian dan Benedict itu seumuran dengan kamu. Adik mu dan Andrea lebih muda satu tahun dari mu, tapi berhubung mereka ikut akselerasi, mereka sekarang kelas sebelas sama kaya kamu." "Buset. Muka nya semua flat amat. Nggak ada ekspresi " Felia asal celetuk. Adik dan sepupunya yang lain langsung memandang nya tajam. "Apa? Kenyataan kok." Felia tidak menghiraukan tatapan tajam mereka. "Kenapa sih liatin mulu? Cantik? Tau kok cantik, kalian aja yang ngak sadar." Felia tersenyum manis. Mereka berenam langsung mengalihkan pandangan nya. "Yang lain nya sudah datang." Ucap salah satu pelayan ke pada Amelia. "Panggil mereka masuk." Pelayan itu berlalu. "Halo semua. Dimana orang yang berulang tahun." Felia seperti mengenal suara itu. Berbalik, wajah sumringah langsung tercetak di wajah Felia. "Aaaa. Papa." Felia memeluk Edward-Ayah Aldrian-. Felia memang memanggil Edward Papa. "Aduh papa susah nafas, honey." Felia melepas pelukan nya. "Papa doang yang di peluk mami nggak?" Felia langsung memeluk Aster-Ibu Aldrian-. "Cuma mami, papi nya yang itu doang yang di peluk, yang ini ngak." Ucap Arys-Ayah duo sableng- dan Calya-Ibu duo sableng- Felia langsung memeluk mereka berdua bersamaan. Mereka melepas pelukan mereka karena suara Nicholas. "Kalian saling kenal?" "Iya, dari kecil malah." Ucap Edward. Felia mencium ada nya aura tidak mengenak kan. "Yang lain mana?" Felia mengalihkan pembicaraan. "Ada." "Yuhu. Selamat malam semua." Itu suara Aldrian dan duo kunyuk. Lalitha dan Zelena langsung memeluk Felia. "Gue rindu elo." Ucap Lalitha. "Belum juga sehari." Cibir Zelena. Felia melepaskan pelukan mereka. "Lah kita nggak di peluk bro." Ucap Aldrian. "Sini Kean peluk." Aldrian memandang Kean jijik. "Jauh-jauh dari gue." Kean cemberut. "Eh, yang satu lagi udah main peluk aja." Ucap Kean melihat kembaran nya itu sudah memeluk Felia dan mencium puncak kepalanya. Mereka memang sudah membuat tradisi kalau salah satu atau dua orang diantara mereka ulang tahun harus di peluk dan di cium. Kalau perempuan di kepala kalau laki-laki di pipi. So sweet kan mereka. Tapi cium mencium itu hanya berlaku untuk yang berbeda gender ya. "Kalah cepat." Kean langsung memeluk Felia. "Tingkatan nilai kegilaan mu kawan" "Sip kawan." Mereka berdua lalu  ber-hi five. Terakhir Aldrian yang memeluk Felia dan mencium puncak kepala nya. "Ayo kita makan." Ajak Adilia. Mereka lalu duduk di meja makan yang besar itu. Tiba-tiba pelayan datang membawa piring yang berisi makanan yang sangat banyak, mereka semua makan dengan tenang. Orang tua Lalitha dan Zelena datang sedikit terlambat tapi mereka tetap menikmati makanan mereka. Setelah selesai makan mereka semua menuju ke ruang keluarga yang ada di istana itu. Ruangan itu sangat besar ada televisi yang sangat besar, sofa, kulkas yang berisikan minuman ada juga yang berisikan makanan. "Felia kamar lo dimana?" Tanya Aldrian. "Gue lupa." Ucap Felia sambil menyengir. "Tanya sama pelayan aja, pasti tau." "Ayo temanin gue di kamar." Ucap Aldrian menarik tangan Felia. "Kalian mau kemana?" Tanya Flavian atau yang akrab di panggil Lean. "Ke kamar." Ucap Aldrian. "Heh! Gue ikut! Ngak ngajak-ngajak." Karel dan Kean bangkit dari duduk nya dan mengejar Aldrian. "Kalian ngak ikut?" Tanya Leardo. Zelena dan Lalitha menggeleng. "Males." Jawab mereka serempak. "Kalian ngak takut teman kalian di apa-apai sama Aldrian?" Zelena menatap aneh Sebastian atau yang akrab di panggil Tian. "Otak kotor lo tolong jangan di pakai ya." "Otak gue ngak kotor." "Halah. Lo kira gue ngak tau apa yang ada di pikiran lo." Ucap Zelena, karen tadi dia sempat membaca pikiran Tian. "Gue mau nyusul mereka." Lalitha berdiri dan berjalan ke luar di ikuti Zelena. _U16_ "Tumben kamar lo rapi." Ucap Karel. Memandang kamar Felia yang berwarna biru muda. "Paling pelayan yang bersihkan, nggak mungkin banget Felia yang bersihin." Felia menyengir. "Itu tau." Karel dan Kean duduk di sofa sambil menonton televisi. Sedang kan Aldrian dia sudah tepat di kasur Felia. Felia? Dia sedang berselancar ria di internet dengan hape nya. "Yuhu." Lalitha membuka pintu lebar-lebar sambil berteriak. "Diam napa." Ucap Aldrian dengan mata terpejam. "Sewot banget lo. Tidur, ya tidur aja." Ucap Lalitha cuek. Zelena malah masuk ke, walk in closet milik Felia. "Aaaaa!" Semua langsung berlari ke asal suara. "Kenapa?" "Ini." Zelena menunjukan baju seragam sekolah. "Itu seragam sekolah," Ucap Felia. "Itu aja kok sampai histeris." "Hore!" Ucap mereka semua minus Felia karena dia tidak tau apa-apa. "Lo satu sekolah dengan kita." "Hah?" "Ini seragam sekolah Miracle. Yang artinya kita satu sekolah." Mereka lalu berpelukan seperti teletabis. "Berarti kalian juga sekolah di sekolah ini." Mereka mengangguk. "Bagus deh, jadi nggak susah kalau ada apa-apa." "Akhir nya kita bisa satu sekolah. Tapi lebih bagus lagi kalau kita sekelas, pasti seru." Pekik Lalitha. "Bener tuh. Kita bisa sama-sama terus." Ucap Zelena. Lalu datang seorang pelayan yang di minta untuk memanggil Aldrian dan yang lain nya untuk pulang, Felia pengantar mereka sampai di pintu istana itu. "Sayang, tidur udah malam." Adilia mencium puncak kepala Felia. Dan itu di lakukan Kalvian juga. Felia berjalan menaiki tangga untuk sampai di kamar nya, tepatnya lantai dua kalau lantai tiga adalah kamar khusus para orang tua tidur. "Lo sekolah di Miracle juga?" Tanya seseorang dari belakang Felia dan hampir membuat nya berteriak. "Jantung gue hampir copot." Felia memegangi dadanya detak jantungnya yang masih berlabuh cepat. "Jawab aja." Ucap nya. "Elo..... Yang di bilang adek gue 'kan?" "Iya. Udah jawab." Ucapnya dingin. "Elah. Bicara nya biasa aja kaleus, nggak usah pasang nada sok dingin. Kalau lo pikir dengan suara dingin lo itu bisa buat gue bicara, lo salah gue malah udah kebal dengan nada suara kek gitu. Bosan dengar nya." Felia berucap. "Nggak usah dengerin nih perempuan. Nggak guna juga." Ucap Andrea atau yang di panggil Nevan. "Emang gue perempuan. Kenapa? Nggak suka?" "Nih cewek banyak bacot amat ya." Ucap Nevan. "Emang. Kenapa nggak suka?" "Kenapa kalian berdiri di tangga?" Tanya Leardo. "Karena nih cewek." Ucap Lean. "Nggak usah di ladeni lah, biarin aja." Ucap Leonard atau di panggil Alex. "Kenapa gue yang jadi di salahin? Bukan gue yang ajak ribut duluan, dia tuh yang ngajak ribut duluan." Ucap Felia menunjuk Lean. "Gue 'kan cuma tanya." Ucap Lean tidak terima di salah kan. "Ini ada apaan lagi." Benedict datang tapi panggilan nya Lutfi. "Nih cewek." Ucap Nevan. "Auh ah gue ngantuk. Males lihat muka lo pada." Felia langsung berjalan dan masuk ke dalam kamar nya. "Tuh cewek udah cerewet banyak bacot lagi." Ucap Nevan. "Gitu-gitu dia satu-satu nya saudara kita yang cewek." Ucap Alex. "Gue ngantuk. Mau tidur." Ucap Lutfi berlalu ke kamar nya di ikuti yang lain menuju ke kamar mereka masing-masing. . . .
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD