NIKAH SIRI

1130 Words
Awalnya usia Hanum di sini, 17, harus direvisi 19. Mungkin ada yang tertinggal Revisi, harap dimaklumi. ISTRI BAYARAN/THE ESCORTED WIFE by Rustina Zahra *** Pramudya Atmajaya (37 tahun), mengusap wajah dengan satu telapak tangan. Ditatapnya Evita Triana (32 tahun), istrinya. Mantan istri tepatnya, karena Pram sudah menjatuhkan talak pada Evita, tepat di hadapan orang tua Evita. Tapi mereka belum mengurus surat cerai mereka. "Itu syaratnya jika Mas ingin kita bersama lagi. Aku perlu bukti kalau Mas bisa mempunyai anak" ujar Evita pada Pram, ditatapnya wajah muram Pram dengan intens. Anak, itulah akar dari permasalahan rumah tangga mereka. Mereka berdua terlahir sebagai anak tunggal, tuntutan untuk mempunyai momongan terus diucapkan orang tua kedua belah pihak. Mereka sudah delapan tahun menikah, tapi belum juga memiliki keturunan. Meski pemeriksaan menyatakan mereka berdua sehat, tapi Evita meyakini kalau Pram lah yang memiliki kelemahan. Karena Evita sendiri sebelumnya pernah hamil sebelum menikah dengan Pram. Hamil saat ia masih sekolah, dan terpaksa digugurkan demi masa depannya. Karena itulah Evita sangat yakin, kalau dirinya sehat. Masalah keturunan yang menjadi problem rumah tangga mereka berasal dari Pram. Bukan dari dirinya. Orang tua Evita sangat menginginkan untuk segera memiliki cucu. Sehingga Evita meminta syarat itu pada Pram. Untuk pembuktian, kalau Pram benar-benar tidak mandul. Pram mengusap wajah dengan satu tangannya. Permintaan Evita terasa di luar nalarnya. Bagaimana ia harus membayar seorang wanita, untuk dinikahi, ditiduri agar bisa hamil. Sebagai bukti kalau dirinya tidak mandul. Itu sangat tidak masuk akal bagi Pram. Tapi, itu yang harus ia lakukan, kalau ingin kembali pada Evita. "Di mana aku harus mencari wanita yang bisa aku bayar untuk aku nikahi Vi?" Tanya Pram dengan perasaan bingung. Ia benar-benar tidak tahu, kemana mencari istri yang bisa ia kawin secara kontrak. "Itu gampang Mas, Mas bisa minta carikan Pak Basuki, di kampungnya aku dengar banyak wanita yang bersedia kawin kontrak" jawab Evita. “Apa tidak bisa kita rujuk tanpa syarat itu, Vi?” “Tidak bisa,Mas. "Aku menyesal sudah mengucapkan kata keramat itu padamu." Pram menggenggam tangan Evita lembut, sorot matanya sangat jelas menyiratkan cinta yang mendalam pada Evita. Cinta yang membuatnya tidak perduli akan masa lalu Evita. Pram jatuh cinta pada pandang pertama dengan Evita. Saat itu mereka bertemu di acara pesta ulang tahun pernikahan orang tua Evita. Pram yang baru pulang dari menuntut ilmu di Amerika, tidak menolak sedikitpun saat orang tuanya dan orang tua Evita menyampaikan keinginan mereka untuk menjadi besan. Evita anak tunggal, begitupun Pram juga. Pastinya kedua keluarga mengharapkan penerus dari pernikahan mereka. Karena cintanya pada Evita, Pram tidak mempermasalahkan Evita yang sudah tidak perawan lagi. Karena Pram sendiripun memiliki kehidupan cukup bebas saat tinggal di luar negeri. Namun, ditahun ke lima pernikahan mereka, mulai muncul riak-riak di antara mereka berdua. Mereka berdua sama-sama sibuk bekerja, tuntutan orang tua tentang keturunan membuat mereka kerap bertengkar dan saling menyalahkan. Pram meminta Evita berhenti bekerja, agar bisa fokus pada rumah tangga mereka. Tapi Evita menuding Pramlah yang bermasalah sehingga Evita belum hamil juga. Pram marah, dan semakin marah, saat Evita meminta cerai, dan mengatakan kalau ia akan membuktikan kalau ia bisa segera hamil bila menikah dengan pria lain. Hal itulah yang membuat Pram tanpa sadar mengucapkan talak di hadapan orang tua Evita. Ucapan yang sangat disesalinya. Evita bersedia rujuk kembali dengannya, dengan syarat seperti yang dikatakannya. Hanum Lestari, gadis yatim piatu. Ia menatap Pak Basuki yang baru saja menyelamatkannya dari kekejaman ibu dan kakak tirinya. Ibu tiri dan kakak tirinya berniat menjualnya, untuk bisa melunasi hutang almarhum ayahnya. Untungnya Pak Basuki datang dengan membawa uang untuk melunasi hutang ayah Hanum, yang merupakan kakak kandung Pak Basuki sendiri. Dan saat ini, Pak Basuki tengah menjelaskan tentang dari mana asal usul uang yang diakai untuk membayar hutang. Hanum mengerjapkan matanya, ia bingung harus berkata apa. "Jujur, sebenarnya Paman pulang untuk mencari wanita di desa ini yang bersedia dinikahi oleh majikan Paman hanya untuk satu tahun saja. Tidak ada sedikitpun niat Paman untuk melibatkanmu, tapi uang yang harusnya Paman pakai untuk diberikan pada wanita yang bersedia ikut ke Jakarta. Sudah Paman pakai sebagian untuk membayar hutang almarhum ayahmu. Kawin kontrak memang bukanlah hal yang baik, tapi saat ini kita tidak punya pilihan Hanum. Setelah satu tahun dan kontrakmu berakhir, bisa kita pikirkan apa yang harus kamu lakukan, Hanum. Sekarang juga kamu harus bersedia menikah dengan majikan Paman, dia sedang menunggu di salah satu penginapan di kota kecamatan, ikutlah dengan Paman, bawalah pakaianmu seperlunya saja" ujar Pak Basuki. "Ya Paman" hanya itu yang bisa Hanum ucapkan. Ia tidak tahu, apakah harus senang karena terbebas dari ibu tiri, dan kakak tirinya. Ataukah harus sedih karena akan menjadi wanita yang akan menjalani kehidupan sebagai istri bayaran. Pram menatap Hanum dari ujung kaki sampai ujung kepalanya. Daster batik yang warnanya sudah pudar, melekat di tubuh kecil Hanum yang bagi Pram tidak ada menariknya. Rambut panjangnyana hanya dikuncir satu di atas kepalanya yang menunduk dalam. Hanya kulitnya yang putih yang menarik perhatian Pram. "Apa tidak ada lagi wanita yang lebih baik dari dia, Pak Basuki? Dia terlalu muda, masih bocah ingusan" ujar Pramudya tajam. "Maaf Tuan, yang gadis tinggal Hanum ini yang saya kenal. Kalau yang lain sudah janda dari kawin kontrak juga" jawab Pak Basuki. "Sebenarnya tidak masalah kalau janda, asalkan bisa taat pada kontrak yang akan ditanda tangani. Hmmm, tapi tidak apalah. Lalu siapa yang akan jadi wali nikahnya? Kenapa ayahnya tidak ikut datang ke sini?" "Hanum ini yatim piatu Tuan, saya yang akan jadi walinya, karena ayahnya adalah kakak kandung saya" "Ooh begitu. Baiklah, surat perjanjiannya sudah disiapkan oleh Malik, kau membawa orang yang akan menikahkan kami jugakan?" Tanya Pram pada Pak Basuki. Malik adalah pengacara sekaligus orang kepercayaan Pram. "Ya Tuan" "Ingat, hal ini jangan sampai terdengar oleh orang lain. Terutama orang tuaku, dan orang tua Evi, mereka tidak boleh tahu. Status, ehmm siapa tadi namanya?" "Hanum, Tuan" "Ya, status Hanum sama seperti statusmu dan juga istrimu. Paham Pak Basuki?" "Paham Tuan" jawab Pak Basuki. Hanum masih berdiri di samping Pak Basuki dengan wajah menunduk. Ia tidak berani mengangkat kepalanya untuk melihat pria di hadapannya. Pria yang akan jadi suaminya hanya untuk sementara. Di kampungnya, hal seperti itu sudah biasa. Dan, Hanum tidak pernah menyangka, kalau ia akan terjebak dalam situasi seperti gadis lain di desanya. **** Info. Jangan klik iklan cerita ini yang bukan dari dreame. Hanya Dreame/Innovel, tempat resmi untuk membaca cerita ini. Diluar itu adalah bajakan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD