New School

1030 Words
Stefano's school berhasil memimpin untuk siswa high school terbaik di Los Angeles tahun ini, akibat dari hal tersebut sekolah ini menjadi sasaran empuk orang-orang yang memiliki uang cukup banyak. Selain pendidikan yang lebih terstruktur, warga Amerika sekitar tahu bahwa pemilik gedung tersebut adalah dari keluarga Alex yang sudah di kelola sedemikian rupa Damon, pria yang memiliki segudang prestasi mulai dari akademik, non akademik, keahlian di jalur perindustrian Los Angeles dan dia adalah pria terkaya di dunia untuk sementara ini.  "Kau tahu, sekolah ini kedatangan siswi baru hebatnya tidak ada hal spesial darinya. Gadis miskin, tidak menarik dan pendiam. Aku mulai berfikir bagaimana ia bisa masuk ke sekolah mahal ini?"  "Entahlah, mungkin kau bisa tanyakan pada Drew. Dia yang berkuasa disini karna daddy-nya cukup berhak untuk memasukkan siswa atau siswi manapun kesini."  "Kalian membicarakan ku?" Drew mendekati dua orang yang terlihat menatapnya dingin dan penasaran. Mereka mengangguk lalu mengeluh seakan tidak terima tentang suatu hal.  "Drew, bagaimana seorang gadis miskin bisa menjadi murid pindahan disini? Kau tahu— orang tua kami mengeluarkan uang ribuan hingga ratusan dollar untuk biaya pendidikan dan kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang yang bukan di kelas kami." Seorang pria dengan tubuh tinggi, rambut yang cukup pendek dan memiliki warna mata coklat itu tampak serius.  "Hah, bahkan harga tas ku jutaan dollar lantas kau mengeluh kebijakan sekolah pada ku? Kau fikir aku pemegang sekolah ini?" Drew membuat keduanya diam, pria itu tersenyum tipis lalu meraih kunci mobilnya.  "Oh ayolah Drew. Bukan itu maksud kami, aku rasa kau tahu apa yang bisa kita lakukan dengan gadis itu agar ia keluar dari sini." Ungkap seorang lainnya dengan nada suara yang siap untuk bersenang-senang.  "Mungkin—"Belum sempat Drew melanjutkan ucapannya, seorang gadis tanpa sengaja menabrak dengan begitu kuat hingga ia harus sedikit terbentur oleh loker-loker siswa yang ada disana.  "Apa kau buta? Hahh—" Bentak Drew kuat sembari mencengram lengan gadis yang benar-benar asing baginya.  "Hm.. Maaf— aku tidak sengaja, sungguh aku....."  Draaakkk !!  Drew menarik lengan gadis itu, mendorong nya dan langsung memukul pintu loker dengan keras tepat di sudut wajah gadis tersebut. Mendengar itu, suasana lorong menjadi ramai dan mereka selalu tidak ingin ketinggalan untuk melihat tingkah Drew yang tidak bisa berubah. Temperamental.  "Aku yakin, kau tidak menggunakan matamu saat melewati tempat ini." Drew sedikit berteriak membuat suasana semakin memanas, tidak ada satupun yang bisa menghentikannya dan menonton adalah hal terbaik yang bisa di lakukan.  "Aku tidak sengaja, sungguh!" Gadis itu bergetar lalu mengangkat wajahnya sedikit ke arah Drew hingga mata mereka bertemu. Drew menurunkan pandangannya mengintip sudut papan nama yang bergantung di d**a gadis itu.  "Clara." Batin Drew berusaha mengingat nama gadis yang terlihat asing dipandangannya.  "Tampaknya kau siswi baru disini, Coba aku tanyakan pada yang lainnya. Apa mereka mau memaafkan mu kali ini?" Drew bicara sedikit tinggi, seakan meminta orang-orang melihatnya.  "Aku mohon, aku benar-benar minta maaf. Lagipula kau tidak terluka sedikitpun." Clara membalas mencoba untuk membela dirinya disana. Drew lagi-lagi mendorong Clara, mendekat lebih intents hingga nafas mereka begitu terasa sangat dekat.  "Kau tahu, disini aku penguasanya. Tidak ada satu orang pun yang bisa menyentuh ku." Suara itu terdengar sedikit mengancam tapi pelan hingga Clara mencoba untuk menahan diri. Ia sadar, masuk ke sekolah ini adalah usaha kedua orang tuanya dan beasiswa dari pemilik sekolah jadi ia harus berhati-hati.  Baiklah. Aku akan berhati-hati lain kali." Clara lagi-lagi menatap mata Drew dengan berani, hal itu sedikit membuat pria itu merasa aneh. Ini adalah kali pertamanya ia ingin melepaskan seseorang yang sengaja atau tanpa sengaja mengusiknya. Perlahan tubuh Drew menjauh, ia memutar tubuhnya dan melihat tiap kerumunan yang ada di sana.  "Sial— tatapan gadis ini berbeda dengan tatapan semua orang disini. Huhh." Drew membatin sembari mengeluh dan menoleh kembali ke arah Clara yang merasa ketakutan.  "Aku rasa kau selamat karna mood ku hari ini benar-benar baik." Drew segera meninggalkan Clara, melihat tatapan semua orang yang tampak kecewa karna Drew tidak menjahili orang seperti biasanya. Tidak memaki, memukul atau bertingkah kasar seperti biasanya.  Selepas itu, lorong kembali sepi. Mereka menatap Clara dengan tidak suka seakan gadis itu melakukan kesalahan fatal. Ah— entahlah. Yang jelas saat ini gadis itu hanya butuh pendidikan, ia harus melanjutkan pendidikan dari kotanya yang lama. Ia sudah cukup jauh pindah dan berhasil masuk ke sekolah tersebut selanjutnya yang tersisa adalah rasa tanggung jawab Clara atas usaha orang tuanya.  "Kenapa mereka menatapku." Clara membatin melihat sisa-sisa orang yang masih menatapnya dengan sinis, Ia tidak tahu bahwa kehidupan selanjutnya akan sangat menyakitkan. Akan begitu menyulitkan.  •••• Drew melangkah keluar, mencari tempat untuk menenangkan diri dan menikmati rokok-rokoknya. Ia terlalu bertingkah bebas, dingin, sulit di atur dan kadang-kadang begitu menyebalkan. Tapi satu hal yang membuat Stefano's family mencintainya, Drew bisa di andalkan dan mampu bersikap cukup dewasa melebihi Lyra, kakaknya.  "Clara." Pria itu mengingat bagian dimana mata mereka bertemu, begitu bulat, tajam dan hijau. Perlahan asap rokok memenuhi ruangan dan entah semudah itu Drew sedikit larut dalam pandangan tentang Clara. Hey— ayolah ini baru pertama kali mereka bertemu dan sungguh gadis itu sejujurnya bukan type Drew. Ia harusnya bersenang-senang dengan banyak gadis lainnya, gadis dengan penampilan yang cukup mengesankan bukan dengan gadis yang sangat sederhana seperti Clara.  "Drewww..!" Teriak seseorang dari samping membuat ia sedikit terkejut dan langsung menarik kerah pakaian pria itu untuk meninjunya.  "Hey, tenanglah. Kenapa kau sekaget itu?" tanya pria dengan sigap mengambil rokok Drew dan ikut membakarnya.  "Pergilah. Apa kau tidak punya pekerjaan lain selain mengikuti ku?" tanya Drew dengan nada sedikit terpaksa.  "Aku fikir kau akan bersenang-senang dengan siswi baru itu, aku yakin setelah ini dia akan menjadi bahan bullying disini. Semua orang tahu latar belakangnya."  "Diamlah David, aku tidak mau mendengar tentangnya. Itu tidak penting." Drew kembali menghisap sisa rokoknya dan pernyataan itu seakan membuat teman seperjuangan nya itu membulatkan mata.  "Apa karna sebentar lagi kita akan lulus dari sini, hingga kau ingin bertingkah baik?" tangkas David membuat sorot mata Drew sedikit berubah. Oh- ia tidak punya alasan untuk merubah dirinya sekalipun sebentar lagi sekolah ini akan berakhir.  "Baiklah, kalau kau begitu ingin melihat ku bersenang-senang dengan gadis itu, aku akan berfikir agar ia bisa segera keluar dari sini." Drew merasa sedikit tertantang sekarang, lagipula apa peduli nya dengan Clara? Ia juga tidak ingin berada di barisan yang sama saat kelulusan nanti.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD