When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
“Jika kau tak punya keperluan lain, sebaiknya segera keluar. Aku sedang sibuk.” “Jangan memberiku tatapan menakutkan begitu,” So Ra tersenyum lembut. “Nanti aku malah semakin jatuh hati padamu.” Kali ini Han So Ra berbicara dalam bahasa Indonesia yang fasih menjawab suara tak ramah Lee Jun Min, perempuan itu duduk pada kursi sofa hitam yang terbuat dari kulit di ruang kerja Jun Min tanpa disuruh. Di belakang set kursi sofa itu terlihat dinding-dinding kaca tinggi dengan pemandangan ibukota sepanjang dinding ruangan. Lee Jun Min, pria berkacamata tipis itu duduk di balik meja kerjanya yang berbentuk L, raut wajahnya serius dan kaku. “Leluconmu tidak lucu, Han So Ra!” “Aku tidak sedang membuat lelucon. Ini tulus dari lubuk hatiku yang paling dalam,” So Ra meski terlihat memiliki pemb