Prolog

534 Words
Di sebuah gang kecil di sudut kota terlihat dua orang pria sedang menunggu seseorang. Kedua pria itu terlihat gelisah, terutama pria yang berbadan sedikit bongsor. "Mana barangnya bro, gue dan bini sakau berat," kata pria bongsor itu dengan wajah merana. "Sabar, barang produk geng Drostine dijamin oke, produk terlaris." Pria bongsor itu mengangguk, sabu produksi geng Drostine memang terkenal di dunia hitam. "Nah itu mobil ketuanya, berbanggalah ketuanya langsung yang antar ke sini, gue saja butuh bertahun-tahun baru bisa melihatnya," kata pria satunya dan dia menepuk bahu pria bongsor itu. "Ayo ke sana." Kedua pria itu bergegas menuju mobil sedan sport berwarna hitam yang berhenti di ujung gang. "Bos," ketuk pria itu Kaca jendela terbuka. "Ini barang oke kalo mau seperti biasa," ujar si pengemudi dengan dingin. "Baik bos." Mobil sedan sport itu berlalu meninggalkan kedua pecandu itu. Mendapat barang itu bagai mendapat nasi setelah berhari-hari tak makan. "Kalian bodoh, jangan salahkan Geng Drostine kalau kalian kecanduan barang itu, kalian saja yang bodoh mau merusak diri dengan barang itu," pria yang membawa mobil sport itu tersenyum licik karena akan mendapat pembeli rutin dan pundi-pundi kekayaannya akan semakin menggunung. Pria itu menghentikan mobilnya saat melihat segerombolan pria di sebuah gang sempit tidak jauh dari tempat transaksinya tadi. Pria itu membuka kacamatanya dan melihat seorang wanita di kerubuti preman-preman kampung. Sebagai pria dia enggan ikut campur tapi melihat gadis itu ketakutan dia seakan melihat almarhum adiknya. Adik yang disayanginya yang meninggal akibat diperkosa saingan Geng Drostine. "Hai," teriak pria itu. Para preman itu melihat ke arah suara itu. Terlihat pria muda yang berdiri santai di samping mobilnya, tangan kanannya sibuk menggulung lengan baju. "Siapa lo, mending jangan ikut campur kalo masih mau hidup!" Wanita muda itu terlihat ketakutan, tangannya melindungi dirinya dengan tas yang dibawanya. "Tolongggg tuan," katanya lirih ke arah pria itu. "Kalian apa tidak malu mengganggu wanita itu? Gue saja tidak tertarik dengan tubuhnya" kata pria itu Para preman itu semakin mendekati pria itu. "Lo mau ikut kita cicipi gadis ini, dijamin perawan dan lo boleh lah menjadi pencicip pertama," kata preman itu. "Oh ya, tapi sayang gue tidak suka membagi wanita kepada pria lain, kecuali lo rela memberikannya kepada gue." Preman itu melihat gaya pakaian dan juga mobilnya. "Orang kaya mending kita minta bayaran dan cewek ini bisa untuknya." "Boleh juga, minta saja 10 juta," balas preman lainnya. "Oke." "Hai bung, kalo lo mau 10 juta dan gadis ini bisa lo bawa." "Deal," jawab pria itu tanpa berpikir panjang Pria itu membuka dompetnya dan mengeluarkan uang 10 juta, para preman itu girang tidak terkira karena akan mendapatkan uang banyak. "Sana, pria itu mulai sekarang akan menjadi tuan lo dan lo harus bahagiakan dia," kata preman itu kepada gadis yang masih ketakutan. "Jangan, saya gak mau," wanita itu diseret dan dibawa ke mobil pria yang membayarnya. "Tuan tolong jangan sakiti saya," kata wanita itu mengiba. "Masuk ke dalam," perintahnya dengan dingin. "Tuan." "Masuk kata gue!" katanya dengan nada tinggi. Wanita itu semakin ketakutan dan memutuskan untuk masuk. Dirinya gemetaran dan juga merasa hidupnya sebentar lagi akan hancur, keisengannya untuk melewati gang sempit ke tempat latihan baletnya berujung buruk. Wanita itu takut melihat keadaan di luar, ia hanya bisa menutup mata. 10 menit kemudian pintu disampingnya terbuka. "Tuan, tolong lepaskan saya." Masih dengan wajah mengiba. Pria itu memakai kacamatanya kembali dan melajukan mobilnya meninggalkan para preman yang sudah tersungkur dihajarnya dan uang 10 juta itu berserakan di atas tubuh preman itu. ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD