Chapter 1

1576 Words
Nama : Rama Galireyndra      Usia    : 28 tahun        Status : "Duo Joker"        Job.    : Presdir Alfa D Corp plus si empunya.          Dia sedang berkaca pada cermin seukuran tubuhnya, memperlihatkan tubuh kebanggaan berisi enam kotak yang membentuk di perut. Hari esok adalah hari paling mendebarkan sekaligus menakutkan didunia, melebihi saat akan mengetahui kelulusan sekolah, melebihi saat akan menghadapi ujian nasional, melebihi saat ketahuan Ayah menyolong mangga tetangga.             Ya ampun, Hari ini Rama tengah mempersiapkan segalanya untuk hari spesial itu. Bahkan kata-katanya pun sudah ia siapkan.              "Ayu, aku mengajakmu karena ingin mengatakan sesuatu. Kau sangat cantik hari ini. Aku ingin mengatakan kalau aku sudah lama suka sama kamu. Mau kah kamu menjadi pacaraku?" seraya berbicara dengan cermin dihadapannya.             Ah tidak, itu terlalu biasa. Ok coba lagi.            "I love U. Sudah lama aku menyimpan rasa padamu sejak pandangan pertama kita di kafe enam bulan yang lalu. Mau kah kamu jadi pacarku?"              Ah itu terlalu simpel.              "Mau kah kamu menjadi pendamping hidupku? Aku mencintaimu, sungguh aku benar-benar jatuh cinta sama kamu. Pandangan pertama di kafe membuat hati ku terusik merasakan sesuatu yang berbeda dengan wanita lain yang hanya sekedar lewat dihatiku. Aku ingin kamu jadi pacarku." Rama berlutut di hadapan cermin yang dia anggap sebagai Ayu, dengan memberikan kotak cincin merah yang mewah.                Ah itu terlalu bertele-tele. Rama berdiri dan coba lagi. Rama mengeluarkan napas panjang.              "Tidak boleh membantah ataupun menolak. Kamu harus mau jadi pacar aku. Aku sangat mencintaimu."          Itu terlalu pemaksaan, bukannya diterima malah ditolak mentah-mentah.              Aaahh, Rama menjumput rambutnya kasar. Ia bingung harus menyatakan cinta seperti apa. Perasaannya berkecamuk, membayangkan dirinya akan ditolak atau diterima. Bayangannya masih abu-abu.               "Liona Ayura, will U merry me?"             Itu malah terlalu buru-buru. Sial! Rama mengumpat di depan cermin. Gadis yang disukai nya sudah setuju dengan pertemuan besok yang Rama rencanakan.             Ya, Rama mengajak Ayu jalan-jalan ke taman dengan niat akan menembak Ayu dan mengutarakan cinta yang selama enam bulan ini dia pendam.           Awal pertemuan mereka saat lelaki itu mengunjungi kafe yang telah dibeli olehnya. Maksud untuk melihat keadaan bangunan dan susasana kafe, lantas dia memesan minuman.               "Americano coffe latte." Begitulah dia memesan, agar tidak ketahuan kalau dialah sang pemilik baru. Dia menjadi pelanggan. Tidak perlu untuknya memberitahu pada mereka kalau lelaki ini adalah pemilik. Ia tidak ingin dikenal, dan lebih suka kesederhanaan.                Dia, Rama Galireyndra pengusaha termuda yang sukses saat ini. Bahkan beberapa toko, mall dan kafe sudah beralih tangan kepadanya. Melihat ke segala penjuru arah, dengan mata tak terarah. Detail corak desain kafe itu, dan para pelanggan ramai hampir memenuhi kafe, membuat Rama terkagum dengan senyum mengulum.               "Americano coffe latte nya Tuan," suara seorang gadis membuyarkan fokusnya.             Rama menengadah melihat wajah sang gadis dan, "Cantik." Hanya suara dalam hati. Lelaki itu masih terpaku melihat kecantikan paras ayu nya. Ya cantik, sudah jelas kata itu menggambarkan segala yang ada pada dirinya.                Cantik itu relatif, tapi Rama melihatnya dengan makna yang berbeda. Entah mengapa dalam hatinya langsung bergejolak ingin memiliki. Ada rasa suka dalam dirinya.                "Pak." Lagi-lagi dia menyadarkan nya.               "Terima kasih," timpal Rama. Tidak ingin berkata lebih jauh, ini baru pertemuan pertama. Pandangan pertama memang indah, namun Rama ingin melihat lebih jauh tentangnya. Pelayan kafe itu, bisa membuka hati yang selama ini tertutup karena masa lalu.                 Diseruput kopi sedikit demi sedikit dengan asap yang masih mengepul. "Ah, nikmatnya." Setelah seharian bekerja banting tulang entah untuk siapa. Pekerjaan dikantor dengan berkas yang bertumpuk membuat penat pikiran. Ditambah para staff dan karyawan selalu menanyakan.             "Pak, kapan menikah?"              "Pak, sudah punya gebetan?"               "Usia sudah matang kenapa belum mencari pasangan?"                 Membuatnya ingin mengumpat dan menyumpal mulut mereka. Namun yang dikatakan ada benarnya juga. Sudah berusia 28 tahun memang cocok untuknya menikah. Rama memang tidak pernah melirik wanita manapun, walaupun banyak yang menawarkan. Rama seperti tidak tertarik bukan karena mereka tidak menarik. Lelaki itu masih belum lepas dari kenangan.                 Sekarang? Seperti ada ketertarikan pada Ayu. Apakah ini saatnya ia harus melepas? Mungkinkah saatnya ia memulai hidup baru? Kata-kata seseorang dimasa lalu masih di ingatnya sampai sekarang. "Bahagia lah."                 Dari situ Rama mulai memperhatikan Ayu, mengunjungi kafe nya sendiri sekarang menjadi kebiasaan.                    Mereka mulai dekat saat Rama menceritakan masa lalu nya pada Ayu. Ayu sendiri yang menawarkan untuknya bercerita. Gadis itu tidak tega harus melihatnya setiap hari dengan keadaan penuh keringat akibat mimpi buruk. Rama selalu tertidur dan mimpi buruk di kafe itu. Mungkin akibat lelah sehabis bekerja.                Dan saat itu pula dengan berani Rama menawarkan diri untuk selalu menjemputnya pulang, ia tidak tega harus melihat gadis yang disukai pulang sendiri apalagi gadis itu selalu pulang malam.                 Rama berhasil melakukan pendekatan, benar saja setiap malam lelaki itu selalu menunggu sang gadis untuk pulang bersamanya. Walaupun Ayu masih malu-malu, ia tidak berani menolak. Dengan statusnya yang sudah menjadi "teman". Ayu menghargai pertemanan mereka walaupun Rama yang memaksa.                  Seiring berjalannya waktu, Ayu dan Rama semakin akrab. Rama yang selalu menonjolkan kalau dirinya menyukai Ayu. Tapi belum tahu apa yang Ayu rasakan untuknya. Apakah dia menyukai Rama juga?            Tuuut... Tuuut... Sebuah pesan chat Rama terima. Wajahnya berbinar ketika tahu siapa yang mengirimnya pesan.                 "Besok aku pakai baju merah saja. Yang putih tidak ada, tidak apa-apa kan?"               Tidak cantik, balas Rama dalam hati. Ia tidak berani mengetik dengan kata barusan. Statusnya masih seorang teman bagi Ayu. Hanya sewajarnya saja, namun hati semakin menggebu ingin memiliki sang gadis itu. Semakin hari rasa suka Rama semakin dalam padanya bahkan sudah menjadi cinta. Ayu dengan kepribadiannya yang baik, suka menolong dan berbagi, walaupun dirinya juga kadang hidup serba pas-pasan. Gaji nya di kafe hanya cukup untuk membiayai hidup dirinya dan adiknya. Ia tetap senang berbagi.             Kalau Rama memberi gaji yang lebih tinggi padanya, mungkin pelayan lain juga minta disamakan. Dan Rama tidak bisa lakukan itu, ia harus adil ke semua pekerja nya.                 Lebihnya juga dia cantik, kalau digambarkan mungkin seperti boneka barbie. Tubuhnya yang pas dengan ukuran tubuh wanita membuat Ayu semakin cute. Juga cara berpakaiannya yang Rama suka ialah sederhana. Wanita umumnya senang dengan pakaian yang super mewah dan menarik untuk kaum hawa, dandan dan perhiasan selalu nomor satu untuk wanita.                Tapi Ayu, dia hanya memakai kaos lengan pendek dengan sweater pink, juga celana jeans hitam dan sepatu membuatnya cantik tanpa harus embel-embel perhiasan dan barang branded.              Oh satu lagi, wajah polos tanpa make up membuat Rama semakin di mabuk kepayang. Ayu, sudah menjadi kriteria ideal dan sempurna bagi Rama.             "Ok, tidak apa-apa. Aku juga akan memakai baju merah. See you."                Ok, sekarang aku harus cari baju merah. Cari cari cari ah ketemu, yang ini cocok juga. Segala macam baju mana sih yang tidak cocok untuk lelaki tampan sepertiku. Ujar Rama dengan segala pemikirannya.              Soal bagaimana cara menembak, Rama tidak pikirkan lagi. Biarlah besok dia pikirkan mendadak, toh dadakan juga banyak yang berhasil.                  "Semangat Rama, loe harus buat Ayu nerima cinta loe," seraya membenarkan piyama tidurnya didepan kaca tadi.                 Ah tenang, Ayu pasti juga bakal menerima aku. Kita udah temenan kurang lebih enam bulan. Aku tahu bagaimana sikapnya selama ini padaku. Dia juga mencintai ku. Optimis Rama, fighting!           Rama hempaskan tubuh ke tempat tidur menatap langit-langit kamar besarnya.             "Yu, apa besok kamu akan menerima cintaku? Ah rasanya ini lebih seperti aku menerima jabatan sebagai Presdir tiga tahun lalu. Ini lebih membuatku gugup setengah mati. Sumpah." Rama menghela napas pelan. "Kumohon besok terimalah cinta tulusku ini, hatiku sungguh tidak siap menerima penolakan. Plis jangan nolak aku. Aku akan membahagiakan kamu. Akan kuberi semua yang kamu mau. Ya? Aku laki-laki setia kok, aku akan menjaga cinta kita."             "Ya tuhan, berilah sugesti pada Ayu besok agar bisa dengan mudah mengatakan Ya. Atau kalau bisa hipnotis Ayu agar menerima cintaku dengan mudahnya," Rama terkekeh pelan memukul kepalanya. "Kenapa gue minta kaya gitu? Ya Tuhan maafkan, aku khilaf. Biarlah Ayu menerima ku dengan kesadarannya. Aku tidak ingin ada paksaan pada dirinya. Aku yakin satu hal, jodoh tidak akan kemana."            "I love U Liona Ayura."               
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD