Prologue

902 Words
Annabelle adalah boneka kecil dengan mimik senyum tipis, dan rambut merah lurus. Matanya bulat dengan hidung segitiga. Tidak terlihat menyeramkan sama sekali. Tapi, apa yang bersemayam di dalamnya membuat semua orang merinding. Itulah kenapa boneka tersebut harus disimpan di dalam kotak kaca di Museum Okultisme Ed dan Lorraine Warren, di Monroe, Connecticut. Kisah tentang boneke ini bermula sejak tahun 1970, lewat cerita yang beredar dari mulut ke mulut. Tidak ada yang pernah menyaksikannya secara langsung tapi kisah itu menjadi legenda urban yang sangat dipercayai oleh sebagian orang. Boneka tersebut awalnya dihadiahkan kepada saudara kembar Donna dan Angie. Tak disangka, boneka itu justru menjadi mimpi buruk bagi keluarga mereka. Boneka mulai kerap kali berpindah tempat dengan sendirinya. Pada suatu ketika, boneka itu melayang dengan sendirinya kemudian muncul kertas misterius di rumah itu yang berisi tulisan 'tolong kami'. Saat ibu Donna dan Angie mendapati ada noda darah di tangan boneka tersebut, dia langsung berpikir bahwa ia butuh bantuan seorang paranormal. Terungkap, bahwa dalam tubuh boneka itu bersemayam roh jahat gadis kecil bernama Annabelle Higgins. Annabelle sangat dekat dengan boneka tersebut sehingga ia tak pernah lepas darinya. Suatu ketika, boneka itu benar-benar marah pada Lou, teman dari Donna dan Angie. Boneka itu tepergok sudah menduduki d**a Lou dan mulai menyerangnya. Lou pingsan, kemudian tersadar namun dia tak bisa memastikan apakah itu halusinasi atau kenyataan. Pada hari berikutnya, Lou dan Angie mendengar suara misterius dari sebuah ruangan. Saat dihampiri, mereka sudah menemukan boneka sudah duduk di kursi dengan senyuman tersungging. Mereka kaget ketika tiba-tiba sudah ada bekas cakaran di d**a mereka. Ed dan Lorraine kemudian mendatangi rumah Donna dan Angie setelah sebelumnya diberitahu oleh seorang pendeta setempat. Mereka mendengar kisah tentang boneka jahat yang sangat misterius. Setelah melakukan penyelidikan secara menyeluruh, Ed berkesimpulan bahwa ada roh jahat yang bersemayam di boneka itu. Mereka lantas mengikat roh jahat tersebut supaya tidak keluar dari tubuh boneka. Boneka ini pun lantas dibungkus dan disimpan di dalam kotak kaca di Museum Okultisme hingga sekarang. Pengunjung museum boleh melihat boneka itu dari jarak dekat sekalipun lantaran dianggap tidak berbahaya. Tapi jangan coba-coba untuk mengejeknya. Suatu ketika ada seorang pria yang nekat mengejeknya, tak lama setelah keluar dari museum, pria itu tewas dengan cara menabrakan diri ke pohon. Pacarnya yang juga ikut, harus dirawat di rumah sakit selama setahun. Kisah tersebut dipercayai kebenarannya meskipun tidak ada satupun bukti otentik yang memperlihatkan bahwa boneka itu benar-benar hidup. Annabelle mendengus dan meletakkan ponsel dengan tampilan artikel yang baru saja ia baca. Kisah hidupnya begitu suram dan semistis boneka setan. Entah kenapa ia harus menyandang nama itu. Walau ia tahu bahwa kedua orang tuanya berpisah dan ia adalah hasil dari kehancuran keluarga, namun tetap saja rasnya aneh, seolah kehadirannya di dunia sejak awal sudah dianggap hantu yang tidak pernah diharapkan. Wanita itu mengambil kembali gelas berisi cairan kekuningan dan menenggak isinya dengan serampangan. Ia tersedak, lalu terbatuk dan mengumpat, "Sialan!" "Yah.." sahut seorang pria yang entah sejak kapan sudah duduk disampingnya, "Hidup ini memang sialan." Annabelle tidak menanggapi dan memilih mengusurkan gelasnya agar kembali diisi. Bartender menjalankan tugasnya dengan baik dengan menuang setengah gelas sesuai takaran. Dengan kesadaran hampir hilang, Annabelle merasakan tangannya tertahan dan wangi musk yang begitu tajam menyeruak bersamaan dengan sebelah tangan yang sudah tersampir di pinggangnya. "Kamu sudah cukup mabuk, Nona." "Bukan urusanmu!" ketus Annabelle yang membuat pria itu terkekeh lalu merampas gelasnya dan meletakkannya begitu saja di meja. Annabelle meronta marah atas kelancangan itu. Ia berniat untuk menggampar siapapun ia dan gagal saat sebuah suara terasa begitu dekat dengan gendang telingannya. "Siapa namamu?" bisik pria itu sembari menyusurkan bibirnya untuk merambat dan terus merambat hingga Annabelle semakin merasa pening. "Menjauh dariku," ucapnya lemah sambil berusaha mendorong bahu kekar itu menjauh darinya. Namun begitu bibir mereka saling dipertemukan, Annabelle seolah tersengat dan tidak bisa mengatakan apapun selain erangan parau, "Ngh.." Ciuman itu berubah liar dan semakin panas. Dengan tidak sabar, pria itu membopong tubuh Annabelle dengan bibir tertaut. Ia berjalan cepat menyusuri koridor demi koridor hingga masuk ke elevator dan berhenti di lantai tempatnya menginap. Annabelle dibaringkan dan ditindih setelahnya. Napas mereka berdua terengah, namun tetap keras kepala untuk kembali menautkan bibir mereka satu sama lain. Jauh di dalam hati Annabelle sadar ini bukan hal yang baik. Sebejad-bejadnya ia di masa lalu, ia tidak pernah melakukan seks dengan sembarang pria, apalagi dengan orang asing yang baru pertama kali dia temui tanpa tahu nama masing-masing. Tapi kenikmatan ini terasa begitu tepat. Ia merasa seolah apa yang sudah pria itu lakukan memang sudah seharusnya. Jadi ia mulai membiarkan dirinya larut dalam arus yang membawanya terseret hingga ke dasarnya. Pria itu membuka setiap lapis pakaian wanita dibawahnya. Membuang penghalang yang tersisa dan meraup apa yang tersaji di hadapannya dengan kedua tangan sekaligus mulut penuh. Napasnya terengah. Kelembutan wanita itu begitu luar biasa hingga membuatnya bisa meledak kapan saja. "Kau. Sangat. Lembut." Setiap suku kata diucapkan dengan jeda kecupan di masing-masing p******a. Mendapat respon erangan, tangannya berpindah untuk meremas dan menjelajah kemana saja hingga keduanya sama-sama tidak menyisakan apapun di tubuh mereka. Pria itu membuka lebar kedua paha Annabelle, lalu mengecupi leher dan berbisik, "Namaku Sean," ia berpindah ke dagu, pipi, dan sampai ke bibir mungil yang tengah membuka untuknya. Ia mengecup singkat dan bertanya, "Siapa namamu?" "Abell," sahutnya terengah-engah, "namaku Abell." "Nama yang cantik," balas pria itu. Lalu mulai memposisikan dirinya tepat di selubung hangat perempuan itu, "mulai sekarang, kamu milikku." Satu kesiap tajam terdengar ketika tubuh mereka menyatu dengan begitu dalam. pria itu menggeram dan Annabelle secara insting melingkarkan tangan le leher pria itu yang dibalas geraman buas dan gerakan cepat saat kakinya diangkat semakin tinggi untuk melingkar di pinggang yang tengah menghentak di bawah sana. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD