1 - Na Jaemin

1157 Words
Jeno memperkenalkan dirinya di depan kelas seadanya. Ia sudah muak dengan rutinitas ini, ini sudah keempat kalinya dia pindah sekolah dalam satu tahun. Ia masih tidak mengerti di usianya sekarang, kenapa orang tuanya begitu takut jika membiarkannya hidup sendiri. Alhasil, ia harus terus berpindah-pindah sekolah sesuai pekerjaan orang tuanya. "Lee Jeno. Panggil saja Jeno." Ujar Jeno. Untuk beberapa detik, kelas hening mengharapkan lanjutan dari mulut Jeno, tapi bibir itu tidak niat bergerak lagi. Akhirnya Pak Jhonny memecah keheningan sambil berdehem. "Baiklah, itu saja dari Jeno. Kamu boleh duduk di belakang anak tembem itu, Haechan." Pak Jhonny menunjuk anak yang memang tembem itu, yang ditunju justru menggembungkan pipinya tak terima. Ia hendak protes tapi di potong Pak Jhonny. "Ah ya, Jaemin. Saya harap kamu bisa membantunya mengurus berkas yang masih di bagian administrasi. Itu saja, akrab-akrab lah dengannya." Tutup Pak Jhonny sambil berlalu meninggalkan kelas. Jeno yang ditinggal begitu saja, hanya diam berniat menuju mejanya. Namun, niat itu terhenti dilangkah pertama. Anak-anak perempuan di kelas itu, sontak berdiri mengerubunginya dengan tambahan tsunami pertanyaan di telinganya. Disaat ia hampir ingin melampiaskan emosinya karena risih akibat ulah para pemujanya, tiba-tiba seseorang menggebrak meja cukup keras membuat kelas seketika hening. "Ah maaf, tanganku kelepasan. Jeno, benarkan? Tolong isi berkas ini sebagai anggota kelas. Lalu untuk urusan administratif, bagaimana jika saat istirahat pertama nanti?" Ucap Jaemin dengan lembut dan tak melepas senyuman di bibirnya. Jaemin menyerahkan kertas yang perlu diisi Jeno, dan membuka jalan untuk Jeno ke meja belajarnya. "Kalian harusnya membiarkan dia duduk dulu, kalau tertarik harusnya kalian tidak ingin membuatnya berkeringat karena kalian kerubungin seperti ini kan?" Lanjut Jaemin sambil mengusap salah satu kepala anak perempuan yang mengepung Jeno sebelumnya. Dalam sekejap perhatian mereka justru beralih pada Jaemin yang begitu lembut, Jaemin memang selalu diurutan pertama sebagai laki-laki yang dipuja di sekolah ini. Jaemin terkenal sebagai Sekretaris OSIS yang telaten hingga disukai senior, sebagai anak berprestasi Olimpiade Matematika hingga dibanggakan guru, dan sebagai ketua kelas yang ramah dan perhatian pada seluruh kelas hingga disenangi teman-temannya. Di sisi lain, Jeno memperhatikan dengan jelas senyuman di bibir Jaemin. Jaemin tersenyum hingga matanya, namun Jeno merasakan keganjalan dari senyum itu. Jeno langsung membuang jauh-jauh pikiran itu. Untuk apa dia peduli dengan laki-laki di depannya ini? Batin Jeno. Ia melengos melewati Jaemin yang membukakan jalan untuknya sambil mendengus saat tepat disamping Jaemin. Setelah itu, anak perempuan mulai kembali tenang. Dan mata Jeno tak lepas dari laki-laki bersurai coklat gelap itu. Jaemin terlihat sibuk membantu anak-anak yang bertanya dan juga tumpukan kertas di mejanya. Jeno memperhatikan bagaimana Jaemin dengan lembut dan perhatian menjawab pertanyaan teman-temannya dan bentuk bibirnya selalu melengkung indah. Karena merasa diperhatikan, Jaemin membalas tatapan Jeno dengan senyum yang sama seperti yang ia berikan pada anak yang lain. Senyuman itu menenggelamkan, Jeno merasa terpaku melihat itu. Apa yang terjadi? Ia bahkan tak bergeming meskipun Jaemin sudah kembali sibuk dengan urusannya. Tiba-tiba seseorang melepas keheningan Jeno. "Hei, gua Renjun. Kalo lu mau tanya apa-apa bisa sama gua aja." Ujar Renjun sambil tersenyum simpul. Renjun duduk di sebelah Jeno, tepat disebelah jendela. Jeno hanya menatap datar laki-laki itu, dalam hati ia berterima kasih karena sudah melepasnya dari jerat 'pesona' Jaemin. "Ah, terima kasih. Tapi kurasa tidak perlu." Jawab Jeno, dalam pikirannya ia bisa memanfaatkan itu untuk jadi alasan berbicara dengan Jaemin. Ada sesuatu tentang Jaemin yang menariknya, sesuatu yang cukup gelap terasa dibalik senyumnya. "Apa lu tertarik dengan Jaemin?" Suara itu seketika membuyarkan lamunan Jeno. "WHAT??" Suara Jeno membuat kelas hening kearahnya. Dengan hambar ia tertawa sambil menundukkan kepala pada teman kelasnya. "Mata lu tidak melepas Jaemin sejak tadi. Apa aku salah? Well, itu sudah biasa. Bukan hanya lu korban pesona Jaemin. Bahkan bukan hanya murid dari sekolah ini yang tertarik padanya tapi dari sekolah lain pun banyak." Jelas Renjun. "Memang apa bagusnya dia?" Karena Renjun sudah terlanjur membahasnya, Jeno tidak ingin menyia-nyiakan kesempatannya. "Dia sekretaris OSIS, disukai senior, anak pintar Olim Matematika, kebanggaan guru, baik sama semua orang, tegas, keluarganya terpandang, ditambah wajahnya yang super cantik." Tutur Renjun. Jeno hanya mengangguk pelan. Saat jam istirahat, Jaemin menghampiri Jeno yang tertidur di mejanya. Dengan tepukan kecil di pipinya, Jeno mengerjapkan matanya merasa terganggu. Jeno terdiam melihat wajah Jaemin yang begitu cantik tersenyum padanya. Sebelumnya ia melihat dari jauh saja sudah terpaku, kini wajah Jeno dengan bodohnya maju untuk menghapus jarak mereka. Sebelum Jeno bertindak lebih jauh, Jaemin sudah mendorong Jeno agar sadar sepenuhnya. "Udah sadar? Kita masih harus mengurus berkas administrasi mu." Ujar Jaemin dengan lembut. Sungguh, Jeno merasa wajah Jaemin sangat tidak adil bagi semua orang. Bagaimana mungkin kecantikan ini dimiliki seorang manusia, dan laki-laki pula. Dia tahu jika dia tidak kalah akan ketampanan tapi di depan Jaemin,... ia seakan ingin olahraga Push-Up. "A.. Ah, Iya. Ayo." Jawab Jeno karena sadar ia hampir melakukan sesuatu yang berbahaya. "Aku akan mengantarmu, setelah itu mungkin kita bisa keliling sekolah agar kamu bisa lebih familiar." Jaemin menaikkan alisnya meminta persetujuan. "Ya, ya.. aku bahkan tidak tahu dimana kantin disini." Jeno akhirnya berdiri mengikuti Jaemin dari belakang. Sepanjang jalan, begitu banyak anak-anak yang menyapa mereka. Selain karena Jaemin yang memang populer, tapi juga Jeno yang tak kalah menarik di sampingnya. Jaemin membalas sapaan mereka satu persatu dengan sangat baik. Sedangkan Jeno hanya acuh karena merasa tidak ada yang dia kenal, buat apa? Jaemin membantu Jeno menyelesaikan dan menyusun berkasnya. Setelah keluar dari ruang administrasi, seseorang menghampiri Jaemin dan membisikkan sesuatu. Jeno hanya diam menunggu Jaemin mengajaknya keliling sekolah. Namun, setelah laki-laki itu pergi, Jaemin kembali masuk ke ruang administrasi. "Maaf, Jeno. mungkin lain kali, atau kau bisa mengajak Renjun atau Haechan menemanimu berkeliling sekolah. Aku ada urusan, kantinnya ada disebelah kanan melalui koridor dua kelas sebelumnya. Maaf, aku harus pergi." Jelas Jaemin begitu keluar dari ruang administrasi sambil membawa segerombol kunci. Jaemin meninggalkan Jeno begitu saja tanpa menunggu jawabannya. Jeno bersiap berbalik sebelum beberapa langkah kemudian, dia berjalan cepat menuju arah Jaemin sebelumnya. Seperti dugaannya, Jaemin menuju rooftop, dimana ada beberapa siswa yang sedang merokok disana. Hanya dengan beberapa kali teguran, mereka menurut pada Jaemin. Jeno yang memperhatikan dari belakang tidak mengerti apa yang terjadi. Siswa itu berjalan melewati Jeno yang bersembunyi dibalik pintu, ia mengutuk diri sendiri karena bersembunyi. Ngapain pake sembunyi segala? Pikir Jeno. Ia membuka pintu rooftop perlahan, memperhatikan Jaemin yang menutup mata menikmati semilir angin menerpa wajahnya. Sungguh, Jeno tak tahu sudah berapa kali wajah itu membangunkan sesuatu dalam dirinya. Seakan melihat sebuah film, Jaemin dihampiri kupu-kupu yang dengan tepat mendarat di telapak tangan Jaemin. Hal berikutnya berhasil membuat jantung Jeno berpacu kuat. Tindakan Jaemin seakan membangkitkan hal lain dalam diri Jeno. Jaemin yang dengan wajah datar meremas kupu-kupu itu, bahkan lebih menarik bagi Jeno dibanding wajah cantiknya yang terus tersenyum. Kemudian, Jaemin tersenyum pada Jeno yang terpaku dengan handphone ditangannya. Jaemin berjalan santai sambil mengusap tangannya dengan sapu tangan. Ia berhenti tepat di depan Jeno. "Ada urusan apa kesini?" Tanya Jaemin dengan senyumnya kembali. Seketika Jeno tak merasakan apa-apa. Jaemin didepannya tersenyum dengan hawa nafsu membunuh. "Aku bisa menghancurkanmu." *** To Be Continued...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD