1. Bad Girl

1061 Words
Hap! Dengan mengendap endap berjalan. "Aman." Gumannya. "Rafelia!!" "Mampus." Gadis itu membalikkan badannya. "Pagi pak! Makin ganteng aja." "Kamu ini terlambat terus." "Aaww sakit pak jangan di tarik." Ucap gadis itu karena dia kena jeweran maut dari Pak Didi yang notabe nya Wakil kesiswaan di sekolah itu. Jeweran yang kadar manis bahkan melebihi manis dari gula plus madu. "Ikut saya ke ruang Bk." Pak Didi melepaskan jewerannya pada telinga Rafelia. Cklek! "Kamu lagi! Ngak bosan kamu masuk ruangan saya? Saya saja sudah bosan lihat muka kamu!" Ucap Bu Tiar yang sedang duduk di kursi kebesarannya dengan kaca mata nya yang bulat membingkai di wajahnya. "Saya mah udah bosan juga lihat muka ibu." Rafelia langsung mendudukkan badannya di kursi yang ada di depan meja Bu Tiar. Dia sudah menganggap ruang Bk adalah kelas ke dua baginya, bagaimana tidak setiap hari dia masuk ke dalamnya. "Tapi Pak Didi yang rajin bawa saya ke sini bu." "Kamu kan salah. Ya bapak bawa ke sini. Ini lagi rambut sudah di bilang berapa kali jangan di cat warna warni." Ucap Pak Didi gemas dengan kelakuan muridnya yang satu ini. "Besok saya ganti warna nya pak. Tenang aja." Rafelia mengibaskan rambutnya ke belakang. "Bapak mau rambut saya warna apa? Merah, kuning, hijau , biru , toska , pink, atau ungu atau warna lain mungkin?" "Warna hitam!" Ucap Pak Didi tegas. "Pak, kalau warna itu saya ngak punya. Ada nya warna yang tadi saya sebutin pak, tapi jangan warna biru lagi pak, kan hari ini sudah warna biru besok jangan warna biru lagi." "Warna hitam. Kalau besok sampai ngak warna hitam kamu bapak skors." Pak Didi sudah sangat jengkel dengan kelakuan Rafelia. "Coklat deh pak, jangan hitam ya... " Rafelia memandang Pak Didi dengan puppy eyes nya, yang katanya bisa membuat orang luluh. Tapi itu tidak berpengaruh pada pak Didi. Anggaplah pak Didi sudah kebal. "Sekarang kamu masuk ke kelas kamu." Rafelia keluar dari ruang Bk dengan santai, bahkan terlalau santai, bagai bukan dia yang tadi baru dipanggil ke ruang Bk. "Gila Felia keren amat." "Makin hari makin cantik." "Rambutnya udah kaya pelangi aja, padahal kemarin baru ganti ini udah ganti lagi." "Bad Girl banget." Rafelia Griselda Emeraldi Atau yang lebih sering di sapa Felia, gadis yang cantik dan ramah, tapi terkadang jutek, satu lagi, dia suka berkelahi walaupun dia cewek. Sifatnya itulah yang banyak membuat orang menjauhi nya, apalagi kalau tau dia adalah ketua dari Gang yang nama nya Peaky sesuai namanya, yang artinya tajam. Memang dia dan anggota Gang nya sangat tajam. Mereka kalau sudah berkelahi tidak pandang siapa lo? Siapa gue?, kalau cari masalah siap siap aja kena batunya. XI IPA 5 Kelas yang tadi nya ribut mendadak hening saat Felia masuk ke kelas. Semua sepeti mencari kesibukan masing masing, Felia memang di takuti oleh semua orang di sekolahnya. Siapa coba yang tidak mengenalnya. Jika anak murid dari sekolah ini di tanya siapa orang yang paling memiliki kekuasaan terbesar di Sma Meranti pasti jawabnya ya Felia. "Napa lo muka di tekuk, masuk Bk lagi?" Tanya Nirmala, teman sebangku Felia dan salah satu orang yang tidak takut padanya. Felia hanya berguman. "Fel!" Panggil Karel. "Apa?" Felia menjawab dengan malas. "Aldrian di keroyok sama anak Permata." Sambung Kean. "Apa!" Felia berteriak. "Rafelia kenapa kamu berteriak?" Ternyata sudah ada guru yang mengajar di depan. Tapi tidak di hiraukan oleh Felia dia langsung berdiri dan menarik tangan si duo kembar. Karel dan Kean kembar dan identik jadi sangat sulit membedakan mereka, apalagi sikap dan kelakuan mereka sama. Yang membedakan mungkin hanya Kean yang selalu memakai earphone di telinganya, sedangkan Karel tidak. "Kalian mau ke mana? Ini masih jam pelajaran." "Ada urusan pak." Felia langsung keluar dari kelas di ikuti duo kembar. "Lo mau ke mana?" Tanya Karel. "Gue bakalan ke Permata." Karel dan Kean langsung menghentikan jalan nya, otomatis Felia juga berhenti karena dia masih memegang tangan mereka berdua. "Lo gila? Ini masih jam sekolah! Gila lo!" Ucap Kean. "Gue ngak terima kalau teman gue di keroyok." "Felia ku sayang, lo itu cewek dan yang bakalan lo lawan itu laki, ya mana bisa." Ucap Karel. "Peduli amat. Siapa suruh cari gara-gara dengan gue." Felia melepaskan genggaman tangan nya pada duo kembar itu dan berjalan. Tapi langkah nya langsung tertahan ketika melihat Bunda nya yang sedang berjalan di koridor. "Sono ke Permata! Biar Bunda lo lihat kelakuan anak nya." Felia menatap Kean tajam. "Aw! Sakit." Kean memegangi kakinya yang di injak Felia. "Rafelia! Datang ke ruangan saya, SEKARANG!" Suara lauspeaker yang tertempel di koridor menggema, suara Bu Tiar yang berbicara dengan menekan kata Sekarang. "Awas lo." Felia meninggalkan duo kembar dan berjalan ke ruang kelas ke duanya, alias ruang Bk. "Pagi bu." Felia tersenyum cerah. "Duduk." "Maafkan anak saya bu, dia memang bandel. Sudah di bilang juga masih ngak mau dengar." Felia mendengus mendengar ucapan bunda-Adilia- tentang nya. "Rafelia jangan di ulangi lagi." Ucap Bu Tiar. Felia hanya mengangguk wajahnya nampak bersalah. "Baik bu itu saja yang saya ingin bicarakan dengan, ibu." Adilia tersenyum. Dan bangkit dari duduk nya. "Bu saya mau membawa Felia pulang, ayah nya baru saja pulang hari ini dan sangat ingin bertemu dengan Felia jadi saya ingin meminta izin dari sekolah." Bu Tiar mau tidak mau mengizinkan. "Bunda memang mengerti Felia banget deh, sampai tau kalau Felia bosan di sekolah." Ucap Felia pada bunda nya itu. "Kamu makin lama makin nakal ya." "Awww.. Sakit lho bun, telinga Feli ntar lepas." Ucap nya mencoba melepas jeweran maut Adilia yang bahkan lebih maut dari milik Pak Didi. Untung saja masih jam pelajaran dan pasti nya koridor sedang dalam keadaan sepi. "Ayo cepat!" Adilia tidak menghiraukan Felia yang tengah mengelus telinga nya yang memerah. "Copot lama lama nih telinga di jewer mulu." Ucapnya. Dia meminta seorang murid yang tidak sengaja lewat untuk mengambilkan tas nya di kelas. Mau tidak mau pasti anak itu akan menurut, karena kalau tidak, tau lah apa yang akan terjadi nantinya. Felia dan Adilia sudah sampai di bandara. Perlu di informasi kan kalau Ayah Felia adalah seorang Pilot yang namanya Kapten Kalvian. Tidak lama muncullah seorang pria yang tegap dan tinggi, masih dengan baju pilot lengkap bahkan dia masih memakai topi kebesarannya. "Aku merindukan mu." Ucap Kalvian mengecup bibir Adilia yang a.k.a istrinya. "Yuhu! Di sini masih ada anak di bawah umur." Ucap Felia yang melihat Ayahnya yang datang langsung main nyosor ke Bunda nya. "Anak ayah udah besar ya." Kalvian memeluk putri semata wayang nya itu. "Ayah lama sih perginya." "Ini 'kan ayah udah ada di sini." Kalvian melepaskan pelukan nya. "Kita pulang yuk." Felia da Adilia berjalan bersama menuju mobil milik Adilia yang terparkir di tempat parkir di bandara Soekarno Hatta. Sepanjang perjalanan mereka tertawa bersama, kehangatan keluarga ini lah yang Felia paling sukai. Dia paling suka melihat ayah dan ibunya tertawa. Bercanda ria bersama. Dia bahagia. . . .
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD